Fetish padaku, ketegaran baru! Tapi akulah fetishnya dan bukan kekerasan yang aku lakukan?
Kelompok tentara bayaran, Moon Blossom, memesan tempat latihan
luar polisi militer selama sehari untuk melatih sihir mereka.
“Mantra seranganku, Mines, hanya bisa menghasilkan maksimal
tujuh kelopak sekaligus. Aku masih belum yakin ini karena kelemahanku atau
hanya batas mantranya. Aku sudah berusaha membuat kelopak kedelapan, tapi tidak
berjalan dengan baik,” kata Asura, terdengar seperti dia sedang
bersenang-senang.
Reko dan Salume sedang duduk di depan Asura yang berdiri. Meski
keduanya berkonsentrasi untuk merasakan aliran MP, mereka masih memperhatikan
apa yang Asura katakan.
“Aku bisa merapal dua mantra sekaligus, tapi karena alasan
tertentu, aku tidak bisa merapalkan dua Mines secara bersamaan. Jika aku bisa
melakukan itu, aku bisa membuat empat belas bom. Namun, ini mungkin karena
kurangnya bakatku atau aku masih terlalu lemah. Itu karena Jeanne bisa
mengeluarkan mantra serangan yang sama tiga kali pada waktu bersamaan.”
Karena Reko dan Salume menjalani latihan tempur jarak dekat
sepanjang pagi, mereka dipenuhi luka ringan dan terlihat sangat kotor.
“Pertama-tama, belum ada seorang pun yang benar-benar
menguasai sihir, jadi batas atasnya masih belum jelas. Pada titik ini, kami
menganggap puncaknya saat memperoleh Elemen Tetap. Sejujurnya, aku tidak
terkejut jika ada sesuatu yang lebih kuat dari itu. Berbicara sebagai orang
yang penuh fantasi, aku ingin ada orang seperti itu.”
Mereka bertiga sudah makan siang dan istirahat. Sekarang
waktunya latihan sore mereka. Anggota Moon Blossom lainnya menghabiskan pagi
hari mengerjakan latihan kerja sama tim, mereka semua kecuali Lumia telah
beralih ke latihan sihir. Satu-satunya cara untuk meningkatkan sihirmu adalah
dengan sering menggunakannya, mendapatkan lebih banyak pengalaman dengannya,
dan meningkatkan MP-mu. Lalu, suatu hari, kamu akan membangkitkan Elemen Tetap
milikmu.
“Mengenai sifat sihir, terkadang aku penasaran apa sebenarnya
hanya ada empat elemen. Mungkin 'sistem' kata yang lebih baik daripada 'sifat'.
Pelatihan pribadiku adalah menghasilkan sistem baru, dan itu masih cukup kasar.
Namun aku melihat ada beberapa kemajuan, jadi aku merasa bisa segera membangun
sesuatu.”
Asura selalu berusaha menguji kemungkinan sihir.
“Ada apa, Iris? Ini bukan satu-satunya yang kamu punya!”
Sementara itu, Lumia sedang melatih Iris dalam ilmu pedang.
Lebih tepatnya, Iris mengayunkan pedangnya sendirian sepanjang pagi dan Lumia
menyarankan untuk berlatih bersama, “Lebih baik jika berpasangan, kan?”
Tidak peduli bagaimana Lumia memperlakukan Iris di masa lalu,
dialah yang paling bersemangat saat mengajarinya. Asura menduga gagasan tentang
pahlawan berusia lima belas tahun mengingatkan Lumia pada Jeanne. Mereka berdua
saling berhadapan dengan pedang latihan kayu, tapi itu pertarungan gaya bebas
tanpa aturan khusus.
“Um, Bos, boleh aku bertanya?”
“Silakan, Salume.”
“Apa MP berbeda dengan aura?”
“Mereka berasal dari hal yang sama.”
“Um, Iina bilang aura punya kecocokan yang buruk dengan sihir.
Tapi setelah melihat Nona Iris, kupikir itu kemampuan yang cukup efektif....”
Salume mengalihkan pandangannya ke Iris dan Lumia. Karena Iris
mengaktifkan aura sebagai respon terhadap betapa buruknya pertandingan dirinya
dengan Lumia, Salume pasti memikirkan pertanyaan itu saat ini.
"Kamu bodoh. Menurutmu, apa yang kamu lakukan, terus-menerus
mengirimkan spam aura? Gunakan hanya dalam keadaan darurat.” Saat dia
mengatakan itu, Lumia melepaskan auranya sendiri.
Dia tidak punya pilihan selain melakukan hal itu sebagai
respon terhadap Iris. Atau lebih tepatnya, itu karena dia belum ingin kalah
dari Iris. Itu yang Asura baca mengenai situasinya.
“Kamu kuat, tapi tidak berpengalaman,” Lumia melanjutkan.
“Meski tanpa aura, Matias lebih kuat dariku. Tapi memang seharusnya begitu. Tidak
bagus jika seorang pahlawan perlu melepaskan aura melawan warga sipil, kan?”
Di masa lalu, Lumia adalah seorang petarung-penyihir, jadi
sangat aneh baginya untuk menggunakan aura. Iris terlihat terkejut karena dia
bisa menggunakannya.
“Salume, saat kamu berlatih dengan aura, kamu menggunakan
kekuatan penuhmu. Tidak ada yang perlu ditingkatkan, jadi kamu tidak bisa
tumbuh lebih kuat lagi. Kamu mengerti?"
“Sedikit. Tapi itu terlihat berguna dalam pertarungan normal.”
“Apa kamu bertanya mengapa kami tidak menggunakan aura?”
"Ya. Aku sangat penasaran.”
“Kalau begitu, izinkan aku menjelaskannya.”
Lumia menghantamkan pedangnya ke perut Iris. Jika ini
pertarungan sesungguhnya, maka Iris pasti sudah terbunuh. Keterkejutan saat
melihat aura Lumia membuat Iris terbuka. Kurangnya pengalaman menjadi masalah
besar baginya. Gagasan lawannya bisa menggunakan aura mungkin sesuatu yang
bahkan tidak pernah terpikir olehnya.
“Kalau boleh terus terang, aura hal paling buruk di dunia,”
kata Asura. “Pertama, itu memakan MP, jadi itu tidak bisa bertahan lama. Namun
yang dilakukan hanya membiarkanmu menggunakan kekuatan penuh aslimu. Tentu
saja, karena kamu menggunakan MP, kamu dapat memperpanjang durasinya semakin sering
kamu menggunakannya. Pada akhirnya, semuanya tergantung pada pengguna. Namun,
jauh lebih baik untuk melakukan penyesuaian diri secara teratur sehingga kamu
bisa sedekat mungkin dengan kondisi terbaikmu.”
Iris berguling-guling di tanah, meringkuk menahan rasa sakit
di perutnya. Ambang batas rasa sakitnya yang rendah juga menjadi masalah besar.
Asura bertanya-tanya apa dia harus menjalani pelatihan ketahanan terhadap
penyiksaan.
“Kedua,” lanjutnya, “saat kamu menggunakan aura, kamu tidak
bisa menggunakan sihir. Jika kamu ingin menggunakan sesuatu seperti aura dalam
pertarungan, sebaiknya kamu belajar sihir saja. Seorang prajurit-penyihir yang
tidak bisa merapal mantra bahkan tidak lucu jika dijadikan lelucon.”
Lumia menatap Iris dan menggelengkan kepalanya dengan kecewa.
Iris benar-benar kuat, tapi masih banyak rintangan yang harus dia atasi.
“Ketiga, aura terlalu meningkatkan kehadiranmu. Kamu pastinya
tidak bisa menggunakannya dalam operasi rahasia, dalam pertarungan normal, itu
membuat gerakanmu mudah dibaca. Jika kamu begitu lincah tidak masalah jika
lawanmu bisa memprediksimu, maka itu masalah yang berbeda. Aura hanya efektif
jika digunakan oleh pahlawan yang kuat tanpanya.”
“Jadi jika orang seperti wakil kapten atau Marx menggunakannya,
maka....”
“Seperti yang kubilang, itu memakan MP. Apa yang akan mereka
lakukan setelah efeknya hilang? Mereka tidak bisa menggunakan sihir lagi. MP
mereka bisa terkuras, kecuali mereka mematikan aura di tengah pertempuran. Apa
yang akan mereka lakukan jika musuh mampu mempertahankan diri melawan kekuatan
maksimalmu? Atau jika musuh menunggu efeknya habis? Yang bisa mereka lakukan
hanya kalah.”
"Aku .... mengerti. Aku sudah paham. Tapi di sisi lain, jika
kamu mempunyai sumber MP tak terbatas, kamu bisa dengan mudah beralih di antara
keduanya, kan?”
“Jika kamu mempunyai sumber MP tak terbatas, ya,” Asura
tertawa. “Tetapi tidak satu pun dari kita memilikinya. Jadi lebih baik jangan
ambil pusing soal aura. Jauh lebih bermanfaat jika memiliki banyak alat. Tetapi
jika kamu ingin mempelajarinya, aku secara pribadi dapat mengajarimu setelah kamu
menjadi prajurit-penyihir.”
“Bos, kamu juga bisa menggunakannya?”
“Lumia mengajariku, tapi aku segera menyadari itu tidak berguna
dan aku belum mengaktifkannya lagi sejak saat itu. Aku juga tidak berencana
menggunakannya di masa depan. Jika aku menjadi Pahlawan Agung, aku akan
mengajarkan sihir, bukan aura, kepada semua pahlawan pemula.”
“Bos, sepertinya aku bisa merasakan MP milikku,” kata Reko
dengan tenang.
"Oh? Itu lebih cepat dari perkiraanku. Kamu harus
memiliki fokus yang bagus,” kata Asura sambil tersenyum. Reko terus melanjutkan
latihannya bahkan sambil mendengarkan penjelasan Asura tentang aura.
“Grr!” Salume tidak ingin kalah darinya, jadi dia segera mengubah
posisinya untuk berkonsentrasi pada MP.
***
“Hei, Asura!!!”
Malam harinya, Iris membuka pintu kamar Asura, matanya
terbakar amarah. Asura mendongak dari buku mantra yang dia baca.
“Reko menyentuh payudaraku!!!”
"Aku mengerti." Asura mengembalikan pandangannya ke
buku mantra.
Buku mantra adalah sumber daya berharga. Tidak banyak orang
yang meneliti sihir, jadi hanya sekitar satu buku yang diterbitkan setiap
dekade oleh kolaborasi para penyihir agung. Asura sebenarnya sedang mengerjakan
bukunya sendiri secara rahasia, tapi dia belum memberitahukan kepada siapa pun.
Dia sedang membaca yang terbaru.
“Apa maksudmu, 'Aku mengerti'?! Dia menyentuh payudaraku!!!
Kenapa kamu tidak menyuruhnya berhenti?!”
“Ini bukan masalah besar. Bukan berarti kamu kehilangan apapun
darinya.”
“Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu?! Kamu juga
perempuan, Asura?! Kamu tidak ingin seseorang menyentuh payudaramu, kan?!”
“Reko lebih sering menyentuhku daripada menyentuhmu. Dia juga
pernah memeluk dan mengendusku, tapi aku belum pernah begitu marah padanya
sepertimu. Aku hanya mengatakan padanya untuk tidak menyentuhku.” Asura menatap
Iris. Dia sudah melipat jubahnya, hanya mengenakan kemeja dan pakaian dalam.
“Oh, tapi, aku pernah menanduknya secara tidak sengaja sekali. Dia meraba-raba payudaraku,
lalu bertanya, 'Bos, payudaramu hilang, jadi aku boleh mencarinya?'”
“Kau marah padanya karena mengatakan payudaramu rata?! Kamu
seharusnya sejak awal marah padanya karena menyentuhmu! Reko sangat menyukaimu,
jadi jika kamu memarahinya, dia akan mendengarkanmu!”
“Bukannya payudaraku rata. Ukurannya sedikit kecil karena
persentase lemak tubuhku rendah. Karena aku merasa senang dilahirkan dalam
tubuh perempuan, aku juga menikmati menyentuh payudaraku sendiri. Tapi karena
aku seorang tentara bayaran, aku harus melatih tubuhku. Ketika aku melakukannya,
persentase lemak tubuhku turun. Itu juga menyakitkan bagiku, tahu?”
"Apa sih yang kamu bicarakan?! Aku tidak sedang
membicarakan payudaramu! Aku menyuruhmu memarahi Reko!”
“Pikiran Reko sudah rusak, sehingga dia tidak mudah menyesali
perbuatannya. Dia berumur sebelas tahun, jadi bukan hal yang aneh jika dia
penasaran dengan tubuh wanita.”
“Eh, bukan berarti dia boleh menyentuhnya!”
“Kenapa kamu tidak memarahinya? Kau yang dia sentuh, jadi kamu
bisa langsung memukulnya. Bagaimanapun, dia harus bertanggung jawab atas
tindakannya sendiri.”
“Baik.... aku mengerti .... aku akan memberitahunya. Aku juga
akan bersikap keras padanya, oke? Bukan masalahku kalau membuat Reko menangis.”
"Lakukan apa yang kamu inginkan. Namun jika kamu ingin
melakukan kekerasan, pastikan kamu menahan diri. Tidak apa-apa jika kamu
memukulnya, tapi pastikan itu tidak menjadi—” Di tengah kalimat Asura, Iris
meninggalkan ruangan dan membanting pintu hingga tertutup. “Kamu harus
mendengarkan seseorang ketika mereka sedang berbicara....”
Setelah Asura menghela nafas, dia kembali ke buku mantranya.
Waktu berlalu dalam keheningan.
“Asuraaaaaaaaa!!!” Iris berlari ke kamar, air mata mengalir di
matanya.
“Ada apa sekarang?”
“Dia menyentuhku lagi!!!”
“Bukankah kamu seorang pahlawan....? Kenapa kamu tidak menghindarinya
saja? Itu hanya Reko....”
“Ka-Karena .... karena aku tidak menyangka dia tiba-tiba meraba-rabaku
saat aku sedang menguliahinya!!!”
“Baiklah, aku mengerti. Aku mengerti, jadi berhentilah
berteriak, Iris. Panggil Reko. Aku akan memarahinya.”
“Pastikan kamu memberitahunya dengan benar....” kata Iris
sambil terisak sebelum dia meninggalkan ruangan lagi.
“Selamat tinggal, waktu membaca senyapku....” Asura menghela
nafas. Dia menunggu sebentar, lalu Reko dan Iris memasuki kamarnya. “Reko,
kudengar kamu menyentuh payudara Iris? Dua kali?”
"Ya."
“Bagaimana rasanya?”
"Lembut."
"Aku mengerti. Apa kamu senang?”
"Sangat. Maksudku, ini milik Iris.”
“Tunggu sebentar!!!! ‘Maksudku, ini milik Iris?!’ Ada apa
dengan itu?!"
“Apa kamu ingin dia lebih bergairah?”
“Tidak, tidak mau! tapi bukankah menurutmu itu terlalu kasar?!
Lalu kenapa aku yang disentuh?!”
“Karena aku penasaran dengan payudara. Wakil Kapten lebih
seperti seorang ibu, Iina ya Iina. Salume berhenti menjadi pelacur karena dia
tidak menyukai hal semacam ini, jadi kupikir aku bisa puas dengan Iris.”
“AKU JUGA TIDAK MENYUKAI HAL INI, HELLOOOOOOO?! LALU APA MAKSUDMU
DENGAN ‘AKU BISA PUAS DENGAN IRIS'?! DIMANA POSISIKU DALAM PERINGKAT WANITA?!”
“Kerja bagus, Reko! Jika kamu meraba-raba Salume, aku pasti marah
padamu. Jika kamu menyentuh Lumia, dia akan meninjumu. Iina tetaplah Iina.
Penilaianmu masuk akal.”
“Eh heh heh.” Reko terlihat bahagia.
“KENAPA KAU MEMUJINYA?! Kupikir kamu mau memarahinya!”
"Oh, itu benar." Asura berdiri.
“Bos, kaki telanjangmu membuatku bergairah,” kata Reko.
“Tapi kamu bahkan tidak merasa bergairah saat menyentuh
payudaraku?!” Asura mengangkat bajunya, memperlihatkan perutnya yang telanjang
dan celana dalamnya. "Hmm. Kalau begitu, bagaimana dengan ini?”
“Bos, perutmu membuatku bergairah,” kata Reko.
"Aku mengerti. Perutku, huh? Ngomong-ngomong, Reko, Iris
secara teknis dianggap perempuan, jadi cobalah untuk tidak meraba-raba
payudaranya. Aku juga penggemar pelecehan seksual, tapi itu sebuah kejahatan.
Aku akan menghukummu, jadi kemarilah.”
Setelah Asura selesai berbicara, Reko berlari menghampirinya.
Asura langsung menampar wajah Reko. Pukulannya tidak terlalu kuat, tapi dia
juga tidak menahan diri terlalu banyak. Itu kekuatan yang sempurna untuk sebuah
tamparan. Itu tidak terlalu menyakitkan, juga tidak terlalu lemah sehingga Reko
tidak merasakan apapun.
“Itu dianggap sebagai hukuman karena menyentuh payudara Iris,
tapi .... apa kamu juga merasa senang karenanya?”
“Itu hal paling menyenangkan yang pernah aku alami!”
Asura melihat ke bawah di antara kedua kaki Reko.
Kegembiraannya bukan lelucon.
"Mengapa?! Hey apa yang terjadi?! Reko, kamu baru saja
ditampar?! Kenapa kamu begitu senang?!”
"Hmm. Kalau menurutku, Reko punya fetish.”
“Apa itu .... fetish?” Iris memiringkan kepalanya.
“Ini semacam preferensi seksual, kebanyakan orang terobsesi
dengan hal-hal seperti bagian tubuh, pakaian tertentu, atau sepatu bot. Tapi
dalam kasus Reko, dia sedikit berbeda.”
"Beda gimana?"
“Reko punya fetish padaku.”
"Huh?"
“Selama aku terlibat, dia baik-baik saja dengan apapun. Dia
akan merasa bergairah pada bagian mana pun dari tubuhku, atau apapun yang aku
lakukan padanya. Jadi begitulah, dia punya Fetish terhadap diriku. Dia pasti
sangat penasaran dengan payudara saat meraba-rabamu, Iris. Ini perilaku yang
cukup sehat untuk anak laki-laki yang sedang tumbuh.”
“Menurutku itu sama sekali tidak sehat....”
“Jangan konyol, Iris. Lihat aku. Aku seorang gadis kecil yang
cantik, kan? Bahkan bisa dibilang aku sedang dalam perjalanan untuk menjadi
kecantikan tak tertandingi. Marx dan Jyrki pihak yang salah karena tidak
tertarik padaku. Itu berarti Reko normal, termasuk fakta dia tertarik pada
payudara.”
“Aku normal dalam mencintai Bos.”
“Kamu jelas tidak normal!” Iris berteriak. “Omong-omong,
Asura, kamu baik-baik saja dengan ini? Bukankah ini berarti dia selalu terangsang
padamu jika Reko punya .... um .... er .... fetish Asura?!”
“Aku sama sekali tidak memikirkannya. Oh, tapi Reko, sayangnya
bagimu, aku tertarik pada wanita.”
“Ngomong-ngomong, kenapa kamu malah menyukai perempuan,
Asura?! Jyrki sangat tampan sedangkan Marx sangat maskulin dan keren!”
“Karena di dalam diriku ini sebenarnya pria tua.”
"Apa yang kamu bicarakan?!"
“Ya, terlalu sulit untuk dijelaskan, jadi mari kita hentikan
pembicaraan ini.” Asura kembali duduk di kursinya.
"Mengapa?! Reko sama sekali tidak bertobat! Dia pasti
akan menyentuhku lagi!”
"Ya. Kalau aku ingin menyentuh payudara lagi, aku akan
mendatangimu,” kata Reko tanpa sedikit pun penyesalan di wajahnya.
"Lihat?!" seru Iris.
“Apa yang kamu ingin aku lakukan?” Asura menghela nafas. “Aku
sudah menamparnya. Apa kamu ingin aku memukulnya?”
"Ya, tolong! Tidak ada gunanya semua ini kecuali dia
mengambil pelajarannya!”
“Aku sangat senang jika kamu melakukan itu, Bos.”
“Tunggu, jangan pukul dia!”
“Apapun yang aku lakukan, Reko akan menikmatinya, jadi hukuman
apapun tidak mungkin berhasil. Cari tahu sendiri.” Asura tertawa pelan. “Wah,
aku sungguh terkesan padamu, Reko. Sebuah fetish padaku. Ha ha! Aku tidak
pernah berpikir bertemu seseorang yang begitu menarik.”
“Itu sama sekali tidak menarik! Ini sama sekali tidak
menarik!”
“Iris, kamu berisik sekali.” Reko menggelengkan kepalanya dan
menghela nafas.
“Astaga, apa yang harus aku lakukan?!”
“Jika dia hendak menyentuhmu, hindari dia, Nona Pahlawan,”
kata Asura. “Pukul dia selagi kamu melakukannya. Aku yakin dia tidak akan
senang jika kamu yang menyakitinya, jadi jangan ragu untuk melakukannya. Tapi
jangan melangkah terlalu jauh, mengerti? Lakukan dalam batasan hukuman. Jangan
biarkan hal ini menjadi pelecehan.”
“Aku tak akan pernah melakukan itu.”
“Aku mengatakannya untuk berjaga-jaga. Kita semua telah
melalui banyak masalah.”
Asura tidak pernah memukul anggota Moon Blossom tanpa alasan
yang jelas. Satu-satunya saat dia melakukan hal tersebut adalah ketika latihan
atau memberikan hukuman atas pembangkangan. Meskipun bagi orang luar sepertinya
dia sedang melecehkan seseorang, dia berhati-hati agar tidak meninggalkan
kerusakan fisik atau mental permanen.
“Ya....” kata Iris.
“Jadi, kami sedikit sensitif mengenai hal itu. Tentu saja, itu
hanya berlaku bagi mereka yang kami anggap sebagai anggota kelompok kami.”
Asura masih ingat betapa marahnya para anggota Moon Blossom
saat melihat Uno melakukan pelecehan seksual terhadap Salume. Saat itu, Salume
belum menjadi anggota resmi grup. Tapi Asura telah mencoba merekrutnya, dan
mereka semua mendukungnya. Dalam hati mereka, Salume telah menjadi tentara
bayaran Moon Blossom.
“Meskipun Salume bukan salah satu dari kami, aku yakin kami
akan sangat marah atas namanya.”
“Sudah kubilang, aku tidak akan pernah melakukan hal seperti
itu....”
“Mari kita kembali ke topik, Iris. Kamu seorang pahlawan, kamu
cukup kuat untuk pantas mendapatkan gelar itu .... walaupun kamu sedikit bodoh.
Jadi, meskipun kamu tidak berniat melecehkan seseorang, hal itu bisa saja
terlihat begitu di mata orang lain. Jika kamu meninju Reko dengan kekuatan
penuh, menurutmu apa yang akan terjadi?”
“Kupikir .... dia akan terluka....”
"Itu benar. Aku memberikan Reko rasa sakit yang sesuai
dengan hukumannya. Meskipun hal itu akhirnya membuatnya terangsang, itulah
akhirnya. Tentu saja, jika dia berencana mengulangi pelanggarannya, maka kami bisa
menambah seberapa besar rasa sakitnya. Tidak masuk hitungan kalau aku yang
melakukannya karena itu hanya membuatnya bahagia. Jadi, kamu harus melakukannya.
Kamu paham apa yang perlu kamu lakukan? Kamu harus sadar akan kekuatanmu sendiri,
dengan tenang memberikan hukuman yang pantas.
"Oke...."
Saat Iris mengatakan itu, Reko meraih payudara Iris. Selagi
Asura dan Iris sedang berbincang, dia berjalan ke sisi Iris. Meskipun Asura menyadarinya,
dia tidak mengira Reko meraba-raba Iris lagi saat ini.
“Apa yang akan kamu lakukan, Iris?” Reko memprovokasi sebelum
dia berlari keluar kamar.
“Hmm .... baiklah, kamu bisa langsung memberikan pukulan ....
jika salah satu anggota Moon Blossom lainnya mencoba mengatakan sesuatu,
katakan saja pada mereka aku memberimu izin.”
“Ke-Kembali ke sini, brengsek!!!” Iris berteriak sambil
berlari mengejar Reko.
“Reko benar-benar mengubah Iris menjadi mainannya. Baiklah.
Selama mereka semua bersenang-senang.”
Asura menurunkan pandangannya ke buku mantra. Akhirnya, dia bisa menikmati bacaannya dengan tenang.
0 Comments