Aku senang menyajikan pilihan karena aku tahu
apa yang akan dipilih lawanku.
“Axel, sepertinya keadaan sudah berbalik padamu. Kamu
menikmati menyakiti gadis kecil manis sepertiku, namun sekarang aku yang
bersenang-senang dengan mengorbankanmu. Jangan khawatir. Aku yakin kamu akan
mulai menyukainya begitu kita mulai,” cibir Asura.
“Aku suka sekali kalau kamu tersenyum, Bos,” kata Reko.
“Seleramu jelek sekali, Reko,” keluh Jyrki sambil menyeringai.
“Itu bukan ’senyum’. Itu adalah ’senyum sadis yang menusuk tulang.’ Aku tidak
peduli siapa yang kamu suka, tapi serius, jangan jatuh cinta pada bos.”
“Dia benar, Reko. Jangan jatuh cinta padanya,” kata Lumia.
“Lagipula, secara teknis aku yang menyelamatkanmu dan membalas dendam untuk
orang tuamu, tahu? Mengapa Asura menjadi orang yang kamu sukai?”
Moon Blossom menikmati percakapan biasa sambil tetap
mempertahankan niat membunuh. Menurut pendapat Asura, mereka sama gilanya
dengan dia. Axel mendekatkan lengan kirinya ke tubuhnya untuk mencoba
membendung pendarahan sebanyak mungkin, tapi dia tidak bisa bertahan lebih lama
lagi.
“Mari kita bicara bisnis.” Begitu Asura mengatakan itu, para
anggota Moon Blossom terdiam. “Sederhana saja, Axel. Ada batasan, meskipun
samar-samar, yang tidak bisa aku lewati. Meskipun aku tidak keberatan
membunuhmu di sini, batasan itu cukup penting bagiku. Jadi aku memberimu pilihan.”
Yang penting bagi Asura bukan tentang melewati batas, tapi
harus mengucapkan selamat tinggal pada Lumia jika dia melakukannya. Setidaknya
kali ini, orang pertama yang menyarankan untuk membunuh Axel adalah Lumia
sendiri. Asura melirik ke arahnya dan Lumia mengerutkan wajahnya meminta maaf. Jadi sebesar itulah dia mencintaiku?
pikir Asura. Biarpun itu berarti membunuh
Pahlawan Agung, dia ingin melindungiku.
“Pertama,” lanjut Asura, “kita bisa terus berbincang seperti
ini dan membuatmu mati karena kehabisan darah. Itu menjadi akhir yang bodoh
bagi Pahlawan Agung sepertimu, tapi aku tidak keberatan dengan itu.”
“Itu tidak .... akan terjadi....” jawab Axel.
“Hmm, sudah kuduga. Kedua, kamu bisa mati akibat pertempuran.
Ini yang kamu inginkan? Kami tidak pernah meremehkan kekuatan Pahlawan Agung.
Bahkan dalam kondisimu saat ini dan dalam situasi saat ini, kamu dapat membunuh
salah satu dari kami jika kamu fokus pada mereka. Sebenarnya, kamu mungkin bisa
menjatuhkan kami berdua. Lagi pula, kurasa kamu mungkin mengincarku terlebih
dahulu. Namun, aku menyarankanmu memilih opsi ketiga.”
“Katakan....” Axel berjongkok, tangan kanannya menopang tubuhnya.
"Meminta maaf. Setelah kamu melakukannya, aku
membiarkanmu pergi dari sini hidup-hidup. Aku bahkan akan memberikan bonus. Aku
bisa meminta Marx menghentikan pendarahanmu dengan sihirnya. Sayangnya, sihir
penyembuhannya tidak cukup untuk mengembalikan tanganmu menjadi normal, karena
dia ahli dalam penawar racun. Tapi dia bisa mendesinfeksi, membersihkan, dan
menutup lukanya, serta sedikit meningkatkan kecepatan penyembuhan alamimu.”
“Aku .... masih percaya kalian pelakunya. Tak satu pun dari kalian
memiliki moral. Sudah lebih dari jelas bagiku sekarang kalian tidak hanya mampu
membunuh seorang pahlawan, tapi kalian juga melakukannya dengan gembira.”
“Kukira kamu sendiri yang membuktikannya.”
“Namun, di saat yang sama, aku juga tidak percaya itu kamu....”
"Ha ha! Apa kamu kehilangan begitu banyak darah sehingga
kamu bahkan tidak bisa berpikir jernih lagi?! Axel, ambil keputusan!”
“Diam .... aku juga bingung .... jika kalian membunuh Matias,
maka kalian pasti menyiarkannya ... tapi faktanya kalian tidak....”
“Berarti kami tidak membunuhnya. Aku tidak berminat mengambil
pujian atas pekerjaan baik orang lain.”
Pekerjaan baik .... katamu? Membunuh seorang pahlawan .... membunuh
calon Pahlawan Agung seperti Matias .... pekerjaan baik?” Tangan kanan Axel
mengepal erat.
"Tentu saja. Aku ingin mengundang pelaku sebenarnya ke
Moon Blossom jika menemukannya. Jadi, apa rencanamu, Axel? Jika kamu mencium
sepatu botku, maka aku bahkan mau menyumbangkan uang untuk lengan palsumu.”
“Bahkan jika Moon Blossom tidak melakukannya .... keberadaanmu
terlalu berbahaya .... tak satu pun dari kami mengharapkan orang sepertimu....”
“Jadi sekarang kamu mau menulis ulang peraturannya, kan? Lakukan
apapun yang kamu inginkan. Kami tidak tertarik pada aturan selain melanggarnya.
Yang ingin aku ketahui adalah opsi mana yang mau kamu pilih. Namun, jika
dilihat dari kecepatan yang terjadi, kematianmu karena kehabisan darah sepertinya
hal yang akan terjadi.”
“Omong-omong .... meskipun ini semua berakhir dengan
permintaan maafku .... apa menurutmu pahlawan lain .... tetap diam pada
kenyataan kamu melakukan ini padaku? Seorang Pahlawan Agung?”
“Kalau begitu kamu hanya perlu buat mereka tetap diam. Ini
bukan berarti kami membunuhmu atau apapun, jadi seharusnya tidak ada masalah.
Tak satu pun dari kalian yang melarang meledakkan tangan pahlawan, kan? Jika
kamu ingin, tambahkan saja, 'Warga yang terhormat, kami para pahlawan sangat
rapuh jadi tolong jangan sakiti kami' pada aturan barumu,” Asura terkikik.
“Apa yang kamu katakan, nona kecil....?”
“Aku bilang ini demi kebaikanmu sendiri,” desah Asura sambil
mengangkat bahu ringan. “Bagaimanapun juga, jika konflik kita tidak berakhir di
sini, maka selanjutnya akan terjadi perang. Aku juga tidak peduli. Pilihan ada
di tanganmu.”
Axel meringis masam, mendecakkan lidahnya, lalu berkata, “Aku
mengerti. Pada akhirnya, cederaku disebabkan oleh kecerobohanku sendiri .... aku
akan memberitahu pahlawan lain untuk tidak membuat keributan dan
mempermalukanku....”
“Itu idealnya.”
“Tetapi keberadaan Moon Blossom .... memiliki bahaya menimpa
banyak hal di dunia ini .... jadi aku akan mengawasimu .... dan apapun yang
kamu lakukan....”
"Lakukan apapun yang kamu inginkan. Selama mereka tidak
mengganggu pekerjaan kami, kami tidak akan menyerang mata-mata kecilmu.”
Setelah Asura mengatakan itu, Axel menarik napas dalam-dalam
lalu mengeluarkannya perlahan. “Maaf tentang ini, nona kecil. Kalian adalah
pelakunya, namun pada saat yang sama tidak. Aku minta maaf. Lain kali, aku akan
mencari bukti yang lebih meyakinkan lalu kembali bersama para pahlawan lain
untuk kepalamu.”
"Bagus. Aku memaafkanmu. Tangan kirimu yang meledak
membuat kami seimbang. Marx, hentikan pendarahannya.”
"Iya, Bos."
Marx segera menggunakan mantra penyembuhan air, Bandage (Perban). Massa air yang agak kental menyelimuti
tangan kiri Axel yang hilang. Kebetulan, Asura yang menemukan nama mantra itu,
karena airnya mengingatkannya pada perban.
“Pastikan kamu mendapatkan perawatan yang tepat,” kata Marx.
“Dengan keistimewaan pahlawanmu, kamu bisa mendapatkan perawatan medis terbaik
dari institusi mana pun secara gratis, kan? Airnya akan hilang dalam tiga puluh
menit, jadi segera temui dokter.”
Segera setelah Marx selesai berbicara, anggota Moon Blossom
yang mengelilingi Axel mundur tiga langkah dan memberinya ruang.
“Sejujurnya,” kata Axel sambil berdiri, “Aku tidak ingin
bertemu kalian lagi.”
“Kami sering mendengarnya. Nikmati sisa harimu, pastikan kamu
membeli anggota tubuh palsu yang bagus,” kata Asura sambil melambaikan
tangannya.
Axel keluar dari ruang audiensi dan menutup pintu di
belakangnya. Begitu dia melakukannya, hampir semua orang di ruangan itu
terjatuh dengan lemah ke tanah. Raja Arnia praktis turun dari singgasananya
sambil terengah-engah.
“Kalian semua menyedihkan,” kata Asura saat melihat mereka.
“Benarkah, kawan-kawan?”
“Aku sangat ketakutan!” Jyrki berseru sambil berjongkok, lututnya
gemetar.
“Aku .... juga lelah....” Iina menghela nafas sambil terjatuh tengkurap
ke lantai.
“Aku akui, aku tidak menyangka Pahlawan Agumg datang sejauh
ini. Sungguh mengejutkan,” Marx menghela nafas berat sambil perlahan duduk.
“Humph. Orang-orangku sama tidak bergunanya. Salume dan Reko
memiliki lebih banyak keberanian. Benarkan, Lumia?”
“Aku .... hampir membunuh Pahlawan Agung .... aku juga
mengancamnya....” Lumia meletakkan tangannya di bahu Jyrki, menggunakan dia
untuk menopang tubuhnya meskipun dia sedang duduk di lantai.
“Salume, jika kamu lelah, aku bisa menggantikanmu sebagai kursi
bos.”
“Aku baik-baik saja, Reko.”
"Hmm? Aku bilang aku bisa menggantikanmu.”
“Aku bilang, aku baik-baik saja. Tolong jangan khawatirkan
aku. Aku masih belum terlalu berguna dalam pertarungan, jadi paling tidak,
biarkan aku yang menjadi kursi.”
“Tidak perlu melakukan itu,” kata Asura sambil berdiri.
"Mari kita pulang. Kita bisa mendapat istirahat panjang yang menyenangkan
hari ini, lalu mulai besok, kita fokus pada latihan sebentar. Setelah itu, kita
pergi ke medan perang berikutnya.”
“Bukannya kita kemarin berlatih dan sehari sebelumnya? Kamu
menyuruhku untuk bergegas dan mengembangkan sihirku menjadi Elemen Tetap, menyuruhku
merapal mantra sampai aku mengosongkan .... uh, MPku!” Jyrki mengeluh.
MP pulih saat istirahat, setiap kali pulih, jumlah maksimum MP
yang dapat disimpan meningkat. Begitulah cara seseorang meningkatkan MP mereka.
“Aku berlatih menembakkan anak panah .... sampai lenganku
terasa mau lepas....”
“Yang aku lakukan hanya melatih Reko dan Salume dalam latihan
kekuatan, jadi aku tidak terlalu lelah.”
“Melatih bukan satu-satunya hal yang kamu lakukan. Kita
menghabiskan beberapa waktu berlatih bersama, ingat? Sejujurnya, otot-ototku
mulai lelah sehari setelah latihan....”
“Sebenarnya seluruh badanku sakit,” kata Reko.
“Milikku juga,” Salume menyetujui.
“Bukannya aku sudah bilang kalau latihan praktek bisa terus
berlanjut sampai kamu mati?” Ucap Asura menanggapi keluhan Moon Blossom.
Setelah itu, dia mendekati Raja Arnia.
“Ohh, Asura. Apa kamu baik-baik saja? Maafkan aku, aku tidak
pernah menyangka Pahlawan Agung melakukan itu.”
“Tidak apa-apa, Raja muda. Seluruh tubuhku didera rasa sakit
dan aku ingin beristirahat sesegera mungkin, tapi ini semua masih dalam batas
ekspektasiku. Duduk."
"Hmm?"
“Aku menyuruhmu duduk tegak. Berapa lama lagi kamu berencana
mengekspos tampilan menyedihkan ini?” Setelah mendengar itu, Raja Arnia segera
duduk dengan benar di singgasananya dan Asura duduk di pangkuannya. Kemudian,
dia meraih wajahnya dengan kedua tangan dan menariknya ke arah dirinya. “Suatu
hari nanti, aku akan kembali ke sini dengan membawa banyak permintaan untukmu,”
bisiknya ke telinga pria itu. “Suatu hari nanti, aku akan menambahkan lebih
banyak anggota ke grupku dan menciptakan sesuatu seperti negara tentara
bayaran. Jika saatnya tiba, aku ingin meminjam kekuatanmu. Jadi jagalah
mahkotamu. Berjanjilah padaku kamu tidak terjerumus ke dalam penyakit, cedera,
atau pemberontakan. Mengerti?"
"Ya. Aku mengerti."
“Me-Menjauh dari raja!” perintah kapten penjaga dengan suara
bernada tinggi. Sungguh mengesankan dia mengatakan hal itu kepada Asura setelah
melihat apa yang telah dia lakukan pada Axel.
“Berhentilah gemetar. Terus lindungi rajamu.” Dengan itu,
Asura turun dari pangkuan Raja Arnia dan kembali ke Moon Blossom.
“Apa dia memberi ‘ciuman selamat tinggal?’” Jyrki bertanya
dengan tulus.
“Raja Arnia yang malang .... tidak disangka dia menarik
perhatian bos....” Marx menggelengkan kepalanya.
“Asura, tidak. Aku tidak mengizinkanmu berkencan dengan siapa
pun kecuali aku mengakuinya,” kata Lumia.
“Kesan apa yang kamu miliki terhadapku? Aku tidak tertarik
pada pria. Yang aku lakukan hanya berbicara dengannya.” Asura memberi isyarat
dengan tangan kanannya dan memerintahkan tentara bayarannya untuk berdiri.
“Sekarang, ayo kembali.”
***
Asura dan lainnya meninggalkan Kastil Arnia, mereka sedang
dalam perjalanan kembali ke penginapan ketika Salume membuka mulutnya dengan
nada meminta maaf. “Um....”
"Ada apa? Aku minta maaf jika kamu kecanduan menjadi
kursiku. Tapi aku tidak menilaimu berdasarkan kepentinganmu. Setiap orang di
grup ini punya kegilaannya masing-masing, jadi jangan khawatir,” kata Asura
dari belakang Marx.
Asura tidak meminta Salume menjadi kursinya karena dia ingin
menindas gadis itu. Dia benar-benar terluka parah akibat pukulan Axel. Meski
begitu, dia berjalan dengan kedua kakinya sendiri hingga Moon Blossom keluar
dari ruang audiensi.
“Eh, bukan, ini bukan soal kursi....”
“Aku hanya bercanda, Salume. Sekarang aku merasa sedih karena
kamu tidak ikut bermain. Mampu bercanda menjadi sifat penting dalam diri
seorang tentara bayaran, tahu?”
“Jadi apa, kita adalah kelompok tentara bayaran komedi?” Jyrki
menghela nafas, merentangkan tangannya dengan putus asa.
“Er .... um .... Bos, kamu tidak membunuh pahlawan, kan?”
"Ya, aku melakukannya."
"Huh?"
“Seperti yang kubilang, aku melakukannya. Rasanya seperti,,,.”
Saat masih di punggung Marx, Asura menirukan membidik dengan busur. “Rasanya
seperti, zoom.”
“Ka-Kamu membunuhnya....?”
“Apa itu aneh? Jika aku ingat, aku sudah bilang aku akan
melakukannya.” Asura tidak mengerti mengapa Salume mempermasalahkan hal itu
setelah kejadian ini.
“Aku mendapat kesan kamu dituduh secara salah .... tidak ada
yang mengatakan apapun....”
“Mereka aktor yang luar biasa, kan?”
"Huh? Aktor?”
“Tidak, mungkin 'penipu' lebih tepat? Mereka pembohong kecil menjijikkan,
kamu setuju, kan? Tapi intinya, percakapan ini sudah selesai, Salume. Jangan
pernah mengungkitnya lagi. Belum ada yang memantau pergerakan kita, tapi ini
hanya masalah waktu.”
“Ah, benar.” Salume masih terlihat sedikit tidak nyaman.
“Aku senang kamu sekarang sudah mengetahui sifat asli bos,”
kata Lumia. “Kami semua dipaksa pada posisi di mana kami tidak punya pilihan
selain berbohong. Satu-satunya penipu di sini adalah dia.”
“Dia keren sekali,” desah Reko.
Kelompok mereka terus berjalan sekitar dua puluh detik.
Kemudian, beberapa anggota polisi militer mengerumuni mereka dan menghalangi
jalan.
"Apa yang kamu inginkan?" Lumia bertanya kepada
polisi setelah semua orang berhenti.
Ada tujuh belas petugas polisi militer di depan mereka. Bahkan
dengan semua kehadiran Moon Blossom, jumlahnya masih besar. Salah satu dari
mereka melangkah maju dan bertanya, “Apa kalian kelompok tentara bayaran, Moon
Blossom?”
Dia adalah seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun
dengan rambut biru tua yang mengingatkan pada lautan. Warna seragamnya berbeda
dengan warna seragam polisi militer lainnya. Yang lainnya mengenakan pakaian
berwarna biru sementara dia sendiri mengenakan pakaian putih. Diragukan kalau
miliknya berbeda hanya untuk menghindari bentrok dengan warna rambutnya. Namun,
yang benar-benar membuatnya menonjol adalah aksesori tertentu di wajahnya.
“Kamu memakai kacamata yang cukup mahal, kan?” Asura
mengamati.
Teknologi pembesar ada di dunia ini, begitu pula lensa.
Namun, itu tetap dianggap kemewahan.
"Ya, benar. Aku dibayar dengan baik, Nona Asura Lyona.”
“Hei sekarang, jika kamu tahu siapa aku, mengapa kamu bertanya
kami Moon Blossom atau bukan?”
“Itu hanya untuk keformalan,” jawab wanita itu sambil mengangkat
bahu ringan. “Lebih penting lagi, aku boleh memintamu ikut denganku?”
“Jadi kamu mengabaikan fakta aku menanyakan apa yang kamu
inginkan?” Lumia menghela nafas, terlihat sedikit kesal.
“Aku minta maaf, Nona Lumia Canarre. Kamu adalah wakil kapten
Moon Blossom, kan? Yang jelas, aku tahu siapa kalian semua. Karena
pencapaianmu, kami, warga Arnia, mampu memukul mundur Therbaen. Aku berterima
kasih untuk itu.”
“Ahh, aku mengerti,” Asura tertawa. ""Tapi"?
"Namun"? "Kecuali"? Aku berasumsi kamu menggunakan salah
satu dari kata-kata itu untuk melanjutkan pemikiran itu, kan?”
“Itu benar, Nona Asura Lyona. Tapi .... namun, tujuan kami di
sini tidak ada hubungannya dengan kemenangan itu. Polisi militer tidak banyak
berhubungan dengan perang.”
“Aku tidak terkejut. Jika aku ingat, kalian adalah organisasi
investigasi. Tugasmu terutama berfokus pada menangkap penjahat. Jika kamu di
sini untuk membicarakan pahlawan, kami tidak membunuhnya. Kami sedang dalam
perjalanan kembali untuk membuktikannya.”
“Lalu bagaimana dengan pembunuhan Uno Hassinen? Boleh aku
memintamu menemani kami sehubungan dengan hal itu?”
Salume bergerak mundur saat mendengar nama Uno. Dengan reaksi
itu, dia pada dasarnya mengakui dia tahu siapa pria itu. Tapi Asura tidak
berniat menyalahkannya. Saat ini, Salume hampir tidak ada bedanya dengan gadis
biasa di jalanan.
“Kamu Nona Salume Tikka, kan? Kamu dijual sebagai pelacur
ketika berusia tiga belas tahun. Namun menurut catatan kami, Uno membelimu
baru-baru ini. Jadi kenapa sekarang kamu bersama Moon Blossom?” tanya wanita
polisi militer sambil tersenyum cerah.
“Apa yang harus kita lakukan, Bos?” Jyrki mendesis. “Kita
harus menyerang? Aku tidak pernah menyukai polisi militer, tahu.”
“Aku juga .... aku benci polisi militer .... bunuh mereka
semua?”
Baik Jyrki maupun Iina terlihat siap menerkam, namun belum
satu pun dari mereka yang mengeluarkan senjata.
“Tidak, jangan. Aku tidak ingin merusak jembatan apapun dalam
perjalanan keluar dari Arnia. Aku akan menemanimu, tapi hanya dengan syarat
kamu menyembuhkanku.”
"Aku mengerti. Jika itu bisa membuat kalian semua datang
dengan damai, maka aku punya banyak alasan untuk menerima syarat itu.” Wanita
polisi militer kembali tersenyum lebar kepada mereka.
Ini hanya tebakan, pikir Asura, tapi orang seperti dia adalah orang yang mereka sebut sebagai “orang yang benar-benar baik.”
1 Comments
hadirr
ReplyDeletebenar-benar lawak selain Asura saat menghadapi Pahlawan rupanya pada pura2 tegar XD