F

Magian Company Volume 6 Chapter 6 Bahasa Indonesia

 
Keberangkatan Rahasia

Pada malam hari Tatsuya dan Minoru mengunjungi Pangkalan Udara Kadena di Okinawa serta pelarian Laura dari Jepang.

Setelah lampu padam, Ryousuke membawa tas ransel yang hanya berisi kebutuhan pokok di punggungnya, membuka jendela di kamar rumah sakitnya.

Saat itu pertengahan musim panas. Jendelanya ditutup karena AC, tapi karena beberapa pasien rawat inap tidak menyukai udara dingin dan lebih memilih membiarkan angin masuk, membuka jendela saja tidak akan menimbulkan kecurigaan. Tapi memanjat jendela cara jitu untuk membunyikan alarm. Alarm bukan terhadap pelarian, karena ini bukan penjara. Ini tindakan yang dilakukan untuk mewaspadai kecelakaan dan upaya bunuh diri.

“Aku tak akan melakukannya jika jadi kamu. Jika kamu melewati jendela itu, kamu akan langsung diperhatikan.”

Dalam keragu-raguannya, Ryousuke bergegas menoleh ketika dia mendengar seseorang berkata dari belakangnya, menunjukkan betapa gugupnya dia saat ini.

Sebelum dia menyadarinya, di sana berdiri bayangan samar seseorang.

Suatu sosok tidak tinggi dan tidak pendek. Tidak gemuk dan tidak kurus. Tidak ada ciri-ciri luar biasa sampai-sampai tidak wajar.

Hal yang sama juga terjadi pada wajah. Seimbang, tanpa tanda istimewa. Secara obyektif, ada sedikit kemiripan dengan pria tampan, tapi ada sedikit hal yang menarik perhatian sehingga hanya kesan polos yang tersisa. Dia terlihat seperti salinan dari gambaran manusia “biasa”.

“Siapa kamu?”

Ryousuke menjaga kepekaannya untuk tidak meninggikan suaranya di sini.

“Seorang kolaborator.”

Ryousuke mengerutkan keningnya mendengar jawaban pria itu.

Ryousuke tidak menanyakan namanya. Dia tahu, dia tidak akan mendapat jawaban.

“Kolaborator? Untuk apa kau berkolaborasi denganku?”

Dia bertanya alih-alih menanyakan nama.

“Kau ingin pergi ke Amerika, kan?”

Pria itu membalas pertanyaannya dengan pertanyaan lain.

“....Aku tidak berencana menyelundup ke sana.”

“Jadi kamu tidak butuh bantuan?”

Ryousuke tidak bisa langsung menggelengkan kepalanya.

Dia tidak bisa menggeleng atau menganggukkan kepalanya.

Ketika ditanya apa bantuan tidak diperlukan, dia tidak bisa menganggukkan kepala pada kata “tidak perlu”, pada saat yang sama dia merasa sulit untuk menolak “uluran tangan” yang ditawarkan.

“Tidak ada gunanya mencoba melarikan diri dari rumah sakit. Kamu tahu itu, kan?”

Sekali lagi, Ryousuke tidak mengatakan apapun.

Dia ada benarnya. Sekalipun dia mengajukan permohonan visa jangka panjang dan mengatur wawancara di kedutaan, dia tetap tidak bisa langsung diberikan visa. Mungkin diperlukan waktu beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan, hingga visa dikeluarkan.

Dia diperkirakan keluar dari rumah sakit dalam dua hari. Jika dia menyelinap keluar malam ini, dia harus menyembunyikan dirinya untuk sementara dari kenalannya. Dia pada akhirnya bisa menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaatnya.

Karena pada akhirnya, Ryousuke hanya budak dari kecenderungan pelariannya. Dia dengan mudah melarikan diri memikirkan keluarganya mengetahui keberadaannya. Dia sendiri sangat menyadari hal ini.

“Pertama-tama, kamu harus keluar dari rumah sakit dengan cara yang tidak membuatmu mendapat masalah.”

Daripada menekan Ryousuke yang terdiam untuk menjawab, pria itu melanjutkan sendiri.  

“Aku akan mengatur agar kamu keluar dari rumah sakit sehari lebih awal besok. Pada saat yang sama, jika kamu mengajukan pengunduran dirimu, pihak berwenang tidak akan melakukan intervensi bahkan jika kamu bersembunyi.”

“Bagaimana kamu bisa melakukan itu....?”

“Serahkan urusan rumah sakit padaku. Kamu bisa mengajukan pengunduran dirimu secara online.”

“Online....?”

“Kau tidak tahu bagaimana cara melakukannya?”

“Tidak, aku tahu, tapi .... bukankah aku terlalu tidak berterima kasih?”

Ryousuke ragu-ragu, menyebabkan pria itu memandangnya dengan rasa tidak suka.

“Meskipun kamu peduli dengan tugasmu, tidak ada yang bisa kaulakukan mengenai itu.”

Kata pria itu dengan nada membalas.

“─Haha!”

Sebuah cibiran keluar dari Ryousuke.

Itu cibiran pada dirinya sendiri. Siapa dia sampai khawatir terlihat tidak jujur ketika hendak melarikan diri di malam hari, pikirnya.

Dengan itu, tekad Ryousuke telah ditetapkan.

“Jika kamu bersedia, tolong beri aku bantuan itu.”

“Mengerti. Aku Ooto.”

“Ooto-san, kan? Kamu mungkin sudah tahu, tapi aku Tookami Ryousuke. Aku berharap bisa bekerja sama denganmu.”

Mengambil “Ooto”, pembacaan lain dari nama belakang Daito, Ryousuke menyebutkan namanya, meskipun dia merasa itu tidak diperlukan pada saat ini.

Dia memilih tidak mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Aku akan kembali besok pagi.”

“Mengerti.”

Pria itu meninggalkan kamar rumah sakit tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Ryousuke menjatuhkan tas yang dibawanya, mengganti baju menjadi piyama, dan merangkak ke tempat tidur.  

 

Pagi-pagi keesokan harinya, Ryousuke menjalani prosedur pemulangan sendiri. Pada pagi hari, tanggal keluar telah diubah. Tak perlu dikatakan lagi, ini hasil karya Fujibayashi Hiroto, yang menghubungi Ryousuke tadi malam dengan nama samaran “Ooto”.  

Ryousuke meninggalkan rumah sakit dan menuju kediaman perusahaan di Izu. Karena dia selalu berniat untuk kembali ke Amerika dalam waktu dekat, dia tidak membawa banyak barang bawaan di perumahan perusahaan. Meski begitu, ia masih memiliki barang-barang berharga penting di sana, termasuk paspor yang harus diambilnya.

Dia bisa memasuki gedung tanpa masalah. Bagaimanapun, dia masih tinggal di sana.

Kecemasan akan kemungkinan terdeteksi oleh sistem keamanan mengganggu Ryousuke, yang berpikir dalam hati sambil mencela diri sendiri, “Aku terlalu minder....”

Dia menggunakan terminal yang ada di kamarnya untuk membahas prosedur pengunduran diri. Setelah Fujibayashi melihat betapa kosong kamarnya, dia menambahkan terminal dengan biaya perusahaan. Ryousuke merasa sedikit bersalah karena membuang-buang uang mereka.  

Meski begitu, tidak ada yang bisa membuat Ryousuke bertahan di Jepang bersama Magian Company. Dia sudah mengambil keputusan. Terus terang, dadu telah dilemparkan. Yang tersisa hanya menyeberangi Sungai Rubicon. Itulah yang dirasakan Ryousuke setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya.

Namun setelah itu, dia punya janji di Kedutaan Besar USNA pada sore harinya untuk wawancara visa. Tidak ada waktu untuk sentimentalitas. Ryousuke memasukkan semua barang miliknya ke dalam tas 3 arah yang juga dia gunakan ketika kembali ke Jepang, meninggalkan kuncinya di dalam, dan berjalan keluar ruangan.

Hal ini tidak jarang terjadi saat ini, namun tidak ada penjaga di perumahan perusahaan. Terlihat tidak nyaman, tapi staf perusahaan manajemen seharusnya datang ke sini ketika diperlukan. Jadi, Ryousuke seharusnya bisa meninggalkan tempat ini, di mana dia menghabiskan beberapa bulan hidupnya, tanpa dia sadari.

Sayangnya, dia mengalami situasi tak terduga di lobi penguncian otomatis.

Hari ini adalah hari Rabu, baik Magian Company maupun Makouien (Akademi Sihir Industri) tentu saja sedang beroperasi.

“─Oh, apa itu kamu, Tookami-san?”

Namun, entah kenapa, dia bertemu Mayumi di lobi perumahan perusahaan.

Ini suatu kebetulan Mayumi kembali ke perumahan perusahaan pada waktu itu. Dia kebetulan memiliki sesuatu yang dia butuhkan di tempat kerja, dan lebih cepat mendapatkannya dari kamarnya daripada memesannya. Mayumi juga tidak terduga menemukan Ryousuke di sana.

“Saegusa-san....”

Ryousuke pucat. Tidak terlalu parah, tapi cukup sehingga kamu bisa mengetahuinya bahkan tanpa melihat terlalu dekat.

Apa karena dia baru saja meninggalkan rumah sakit? tanya Mayumi saat dia menyadari sesuatu pada saat itu.

“Tookami-san, bukannya kamu akan keluar dari rumah sakit besok?”

“....”

Ryousuke tidak menjawab.

Perasaan buruk membengkak di dalam diri Mayumi.

“Tookami-san, koper apa itu? Kamu tidak melakukan perjalanan bisnis, kan?”

“....Aku baru saja menyerahkan surat pengunduran diriku beberapa menit yang lalu.”

“Apa kamu mau kembali ke rumah orang tuamu?”

Dia bertanya karena mengetahui jawabannya adalah, “tidak”.

“....Tidak. Aku tak kembali ke rumah orang tuaku.”

“Lalu, ke mana kamu mau pergi?”

Mayumi merasa hal itu mungkin dianggap mengganggu. Mereka hanya rekan kerja, dan baru saling kenal sejak April tahun ini. Namun, setelah bertarung bersama tiga kali melawan penjahat serta berbagi pengalaman hidup dan mati bersama, Mayumi tidak bisa tetap acuh terhadap masalah tersebut.

“....”

“Ini bukan untuk kembali ke Amerika, kan?”

Ryousuke tidak merespons, tapi Mayumi bisa menebak dari ekspresinya.


(TL: Tarik jangkar, lebarkan layar, tetapkan tujuan, Ryousuke x Mayumi semoga lekas berlayar sampai tujuan. Udah cocok banget, tinggal dipeluk aja.)

“....Aku mengerti. Jadi kamu mau pergi ke Amerika dan tidak akan pernah kembali lagi, kan?”

“....Itu benar.”

Mungkin akhirnya menyerah, Ryousuke mengakuinya dengan mulutnya sendiri.

Mayumi menunduk dengan sedih.

Ekspresi frustrasi terlihat di wajah Ryousuke, tapi dia merasa tidak perlu bertanya alasannya.

“Apa kamu pikir aku akan memberi tahu keluargamu tentangmu, Tookami-san? Apa ini sebabnya kamu memutuskan tidak bisa tinggal di Jepang lagi?”

“Tidak, kamu salah paham!”

Menyadari apa yang Mayumi salah pahami, Ryousuke dengan kuat menyangkalnya.

“Aku kembali ke Jepang karena Milady ─ Maksudku, Lena Fehr, memerintahkanku untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan Direktur Eksekutif Shiba. Sejak awal aku seorang mata-mata!”

Dihadapkan pada pengakuan tiba-tiba Ryousuke, Mayumi untuk saat ini, hanya bisa berkedip kebingungan.

“Tentu, aku melakukan ini karena kamu menyebutkan tentang adikku, Saegusa-san. Tapi tugasku yang membuatku ingin pergi. Sekarang Magian Society dan FEHR mempunyai kemitraan, aku memutuskan pekerjaan mata-mataku sudah selesai. Jadi aku harus kembali ke FEHR.”

“Kembali, katamu....”

Ucap Maymi dengan senyuman lembut, yang menurut Ryousuke agak sedih. Meski begitu, dia langsung menepis kesannya sebagai “tidak mungkin”. Namun, rasa bersalahnya tetap ada.

“Tookami-san, kesetiaanmu pada Lena, kan?”

“—Ya.”

Ryousuke dengan tegas menegaskan. Dia tidak bisa memberikan jawaban yang samar atas pertanyaan ini.

“Sampai-sampai kamu tidak bisa berada di Jepang, tempat kamu dilahirkan? Terlebih, bersama keluargamu? Menurutku itu tidak benar.”

“Aku tidak bisa keluar dari masalah ini.” Ryousuke merasakannya.

Dia tidak perlu meyakinkan atau memberikan kepuasan kepada Mayumi. Tidak peduli apa yang dia katakan, langkah selanjutnya sudah diputuskan. Jika ada, dia seharusnya tidak membuang-buang waktu di sini.

“Sampai suatu hari dia berkata tidak membutuhkanku lagi, aku ingin bekerja untuk Milady.”

Tapi Ryousuke gagal untuk mematuhi penilaian bijaksana yang muncul dari pikiran rasionalnya.

“Aku ingin mengabdikan seluruh waktuku untuk Milady. Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikannya untukku.”

“....Bahkan keluargamu?”

Dengan ekspresi kewalahan oleh semangat Ryousuke, Mayumi tetap saja berhasil mengeluarkan argumen tandingan.

“Ya.”

Tapi setelah dia mengatakannya tanpa keraguan sedikit pun, Mayumi secara resmi kehilangan kata-kata.

“Aku orang bodoh. Anak yang tidak tahu berterima kasih, kakak yang tidak berperasaan. Lima tahun yang lalu, aku akan mengambil alih kepala keluarga. Aku yakin dia akan menutup telingaku, mengutukku, dan mendesak keluarga untuk memutuskan hubungan denganku .... itulah diriku yang sekarang. Tapi aku tetap ingin berguna bagi orang itu. Aku ingin berada di sisinya dan melayaninya.”

“....”

“Aku paham mendapatkan izin tinggal permanen di AS bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Aku tidak memiliki latar belakang akademis atau keterampilan yang menonjol, aku juga tidak memiliki perusahaan yang mendukungku. Jadi, aku bersedia melakukannya apa yang diperlukan, meskipun mungkin memalukan, untuk berada di sisinya.”

“Sejauh itu....”

“Ya. Sejauh itu. Tapi aku masih punya rasa malu. Aku tidak ingin orang tua atau adikku mengetahui tentangku seperti ini. Jadi....”

Mayumi menyadari kenyataan dia tidak bisa membujuk Ryousuke.

“Aku mengerti. Aku tidak akan menghubungi keluargamu.”

Hanya itu yang bisa Mayumi katakan, sambil diliputi rasa tidak berdaya.  

 

Jadi Ryousuke telah pergi dari Magian Company.

Meski begitu, Tatsuya terus memantau pergerakannya melalui bawahannya, Daimon.

(TL: Kasihan banget Ryousuke udah kek kena pasif mind control. Beh .... klo pulang udah dapet cwek keturunan Rusia, lebih cantik dari Lena.)

Rabu malam, 25 Agustus.

Pangkalan Udara Kadena di Okinawa, pesawat pengintai strategis ketinggian tinggi supersonik tercanggih milik Angkatan Udara USNA, Sprite, sedang dipersiapkan untuk lepas landas.

Di ruang senjata, yang dirancang untuk aplikasi pengeboman, sedang diisi dengan Stealth Diver, kendaraan terjun dan penyusupan khusus, bukan UAV biasa.

Tatsuya dan Minoru sudah berada di kokpit Stealth Diver dengan pakaian sehari-hari mereka. Di dalam, mereka memasukkan ransel berisi pakaian ganti dan barang-barang lain yang diperlukan untuk penyusupan ke ruang kargo kecil di belakang kursi.

“Mr. Shiba, aku akan menutup palka.”

Jika jet tempur konvensional memiliki kanopi, versi Stealth Diver disebut “palka”, karena terbuat dari bahan yang sama dengan dinding luar dan memiliki jendela atau memungkinkan visibilitas eksternal.

“Ya, lakukan.”

Atas permintaannya, badan pesawat tempat dia berada tertutup rapat. Hal yang sama berlaku untuk Stealth Diver dengan sosok Minoru yang telah berubah dengan [Parade].

Ruang senjata yang berisi Stealth Diver ditutup, lalu pesawat pengintai strategis Sprite melaju santai menuju landasan.

Julukan “Sprite”, yang awalnya merupakan sebutan untuk “peri”, sebenarnya mengacu pada fenomena meteorologi yang dikenal sebagai “sprite”, atau “sprite merah”. Fenomena emisi cahaya merah yang terjadi di mesosfer. Salah satu jenis petir di atmosfer atas, disebut juga “kilat petir merah di atmosfer atas”.

SR-92 Sprite bukan kelanjutan dari desain SR-71 Blackbird, pesawat pengintai strategis supersonik yang pernah menjadi pesawat tercepat selama satu abad terakhir. Sprite menggantikan SR-91 Aurora yang tidak pernah diakui secara resmi. Badan pesawatnya mengikuti desain sayap terbang segitiga sama kaki.

Namun, hanya sekadar desain sayap terbang, bukan berarti Sprite sebuah pesawat siluman. Ini dirancang semata-mata dengan mempertimbangkan kecepatan dan kinerja pendakian.

Selain rudal udara-ke-darat yang dipasang dalam operasi pengeboman, persenjataannya terdiri dari satu laser untuk mencegat rudal pertahanan udara yang masuk. Oleh karena itu, ini tidak cocok untuk pertempuran udara. Dari konsepnya, pesawat ini seharusnya menggunakan kecepatan dan ketinggiannya untuk menghindari serangan, dan menggunakan laser untuk mencegat rudal apapun yang tidak dapat dilenyapkannya. Stealth Diver yang ditumpangi Tatsuya dan Minoru akan diluncurkan dengan cara yang sama seperti rudal udara-ke-darat.

Dengan Tatsuya dan Minoru di dalamnya, di ruang senjata dan bukan kabin, Sprite lepas landas ke langit tengah malam menuju selatan.

Sprite lepas landas dari Pangkalan Udara Kadena segera setelah jam 09:00 malam, namun karena perbedaan waktu, mencapai langit di atas Tibet sebelum jam 08:00 malam.

Dari Okinawa, Sprite terbang ke selatan dan memasuki wilayah udara Tibet dari bagian utara Semenanjung Indochina. Ketika sudah melewati tepi timur Himalaya, ia menjatuhkan Stealth Diver.

Post a Comment

0 Comments