Penamaan, Kehidupan Desa, Keadaan Darurat, dan Serangan
Penamaan: tindakan menganugerahkan nama untuk
bayi yang baru lahir. Sebuah upacara pembaptisan.
“Gaaah....”
Cayna mencengkeram kepalanya dan menjatuhkan diri
ke meja ruang makan —satu-satunya tempat di rumahnya yang cocok untuk
mengadakan pertemuan keluarga. Dia memiliki ruang tamu, tapi hanya untuk
bersantai. Ruangan seperti
itu disesuaikan oleh setiap player, tambahkan
karakter besar seperti dragoid ke dalam campuran, dan perabotannya bisa menjadi
cukup eklektik.
(Eklektik: memperoleh ide, gaya, atau selera dari
berbagai sumber yang luas dan beragam)
Duduk di seberang Cayna dan Luka ada Roxilius yang
menundukkan kepalanya dengan murung. Dia jelas tidak memaafkan dirinya sendiri
karena menjadi korban Sihir Kontrak saat mengurus rumah. Bahkan Roxine tidak
menginterogasinya dan hanya menyajikan teh dalam diam dengan ekspresi murung.
“Mama Cayna .... apa
yang .... kamu
pikirkan?”
“Hrmm....”
Semua orang merasakan gelombang
kekhawatiran ketika Cayna mengoceh pada surat (jika kamu bisa menyebutnya
surat), meskipun telah menghabiskan sepanjang malam untuk meninjaunya. Roxine
menolak untuk membiarkan jawaban ambigu Cayna meluncur.
“Kalau begitu, Lady Cayna. Saya boleh
bertanya siapa yang diberi nama?”
Tidak ada alasan untuk menyembunyikan
surat pendek ini, jadi Cayna membaginya dengan Roxine dan Luka. Roxine ingin
tahu penamaan seperti apa yang membuat Roxilius merasa bersalah, Luka hanya
tahu surat ini telah membuat Roxilius kecewa, seseorang yang biasanya sangat
fasih dan baik hati.
Subjek penamaan tersebut terlihat oleh Cayna, hanya oleh Cayna sendiri, yaitu Peri Li'l yang saat ini sedang bertengger
dengan gembira di atas tepi cangkir teh Cayna.
“Dia ada di sini....,” kata Cayna,
mengitari udara dengan jarinya untuk menunjukkan peri. Roxine dan Luka menatap
tempat yang diberi isyarat sebelum melihat kembali ke Cayna.
“Maksud Anda peri? Saya tidak melihat apapun.
”
“Ya .... aku tidak .... melihatnya.”
Jika werecat level 550 tidak bisa
merasakan kehadiran Peri Li'l, maka Cayna menjadi satu-satunya yang bisa
melihatnya. Dia tidak tahu bagaimana cara menamai peri. Bahkan jika dia tahu
Peri Li’l ada di sini, meyakinkan orang lain akan menjadi perjuangan yang
berat.
Cayna yakin peri ini entah bagaimana
terhubung dengan Opus, Cayna bermaksud untuk melindunginya. Namun, surat ini
menyatakan itu langkah yang salah. Sebaliknya, dia seharusnya memberi peri nama
dan "mengadopsi" dia.
"Aku tak percaya dia mengira aku
meninggalkannya dalam mode default tanpa nama...."
"Mungkin dia tidak pernah mengira kamu akan
memanggilnya 'Peri.'"
Rupanya ada seseorang yang sedang
mengawasi Cayna. Dia kesal karena Cayna masih belum memberi peri ini nama, dia
mengiriminya surat melalui cara tidak langsung.
Cayna tidak tahu mengapa dia pergi sejauh
ini untuk tetap berada dalam bayang-bayang. Kecuali jika dia menyembunyikan
sesuatu, seharusnya dia bisa menunjukkan dirinya kapan saja.
Selain itu, Cayna tidak berpikir dia tipe
yang muncul entah dari mana dengan santai. Sambil berkata Hei, lama tidak bertemu. Mengintai dari suatu tempat sambil menunggu
seperti raja iblis yang sombong lebih menjadi gayanya.
"....Jadi apa yang mau kamu lakukan?"
"....Benar. Pertanyaan yang bagus.”
Cayna sekarang memahami sikap Opus
terhadap Peri Li'l namun tetap putus asa.
Batu sandungan terbesarnya sangat
mendasar. Penamaan adalah bagian umum dari pengalaman bermain game, tetapi
beberapa orang menganggapnya menyakitkan.
Cayna adalah salah satunya. Dia sangat
buruk dalam memilih nama.
“Mengapa Anda begitu tertekan, Lady
Cayna? Anda memberi saya nama, Roxilius, dan anak-anak Anda nama yang paling
indah.”
“....Ya, kurasa begitu.”
Roxine dengan bangga memukul dadanya,
tapi Cayna kurang percaya diri. Dia tidak bisa langsung mengatakan dia menamai
Roxine dan Roxilius setelah tanggal lahirnya sementara nama ketiga anaknya
hanyalah nama untuk siput. Cayna menghindari pertanyaan itu.
Sebuah nama, sebuah nama .... aku butuh sebuah nama ....
bisakah aku membiarkannya sebagai Peri Li’l?
“Itu terserah kamu, Cayna. Tetapi jika kamu bersikeras
untuk menjaganya dan bertemu dengannya lagi, dia mungkin menyiksamu selama sisa
hidupmu.”
Gwagh?!
Kee memperingatkannya untuk tidak
ceroboh. Cayna dapat membayangkan Opus dengan angkuh mengutuknya selama sisa
hari-harinya, jadi dia segera meninggalkan gagasan untuk mengambil jalan keluar
yang mudah.
“Mama Cayna....?”
“Ah, Nona Luka, saya yakin Lady Cayna
sedang berunding dengan Roh Ilahi.”
“Roh .... Ilahi....?”
Luka menatap Cayna dengan cemas, Cayna duduk
diam saat ekspresinya terlihat berubah setiap detik. Roxine kemudian
menyebutkan, dia sedang berkonsultasi dengan penasihat pribadinya, Roh Ilahi.
Roxine tidak begitu mengerti bagaimana Kee berfungsi, jadi dia hanya bisa
berasumsi Cayna sedang berunding dengan semacam makhluk suci setiap kali dia
melihat tuannya tanpa kata mengangguk pada dirinya sendiri.
Di dunia ini, Roh Ilahi diyakini sebagai
kekuatan yang membawa orang ke jalan yang benar —sesuatu yang membimbing para
pahlawan dan saint seperti dalam
dongeng. Anak-anak Cayna dan kedua werecat percaya bahwa dia dibimbing oleh Roh
Ilahi, meskipun mereka juga berpikir agak menyedihkan bahwa dia dari semua
orang dianggap cukup mulia untuk kehormatan seperti itu.
Atas penjelasan Roxine, Luka menatap
Cayna dengan mata terbelalak kagum seolah-olah dia muncul langsung dari
dongeng.
Spot? Fluffy....? Putri? Putri Mimpi....?
"Kamu tidak bisa serius."
Sementara itu, Cayna sedang menguji
secara internal sejumlah nama imut yang mungkin diberikan seseorang kepada
anjing atau kucing, semuanya ditembak jatuh oleh Kee tanpa ragu-ragu.
“Ini adalah dunia fantasi. Aku sarankan kamu lebih
memikirkan masalah ini. ”
Aku merasa seperti kamu berharap terlalu banyak, Kee.
Benar-benar kehabisan ide, Cayna menyesap
tehnya yang sekarang menjadi hangat. Peri Li'l yakin dia akhirnya bisa mendapatkan
nama, tetapi tampaknya saat ini tidak mungkin, dia dengan murung memainkan
ujung rambut Cayna.
"Mengapa kamu tidak mempertimbangkan arti dirinya
bagimu secara pribadi?"
Kee menjadi jauh lebih proaktif tentang
proses penamaan daripada Cayna, kemudian dia menggumamkan hal pertama yang
muncul di kepalanya: "Dia seperti waliku." Saat itulah hal ini
menimpanya.
“Dia juga seperti adik perempuanmu, Kee.
Aku akan menamainya Kuu.”
"....Apa?" kata Roxine.
"Adik perempuan....?" kata
Luka.
Inspirasi datang, Cayna tiba-tiba bertepuk
tangan. Roxine dan Luka yang menikmati keheningan, memandangnya dengan bingung.
Peri Li’l tanpa sadar memutar-mutar rambut Cayna, sampai Cayna mengambilnya
entah dari mana.
“Namamu Kuu. Ya, Kuu!”
"♪!"
Makhluk yang sebelumnya dikenal sebagai
Peri Li'l diliputi kegembiraan saat mendengar namanya sendiri. Senyum menyebar
di wajahnya saat dia berputar tinggi ke udara dan sebuah suara keluar dari
mulutnya.
"Huh?"
"Oh...."
“....?”
Sekelompok partikel cahaya yang cemerlang
muncul dari udara tipis sebelum mengambil bentuk peri. Itu benar-benar
pemandangan mistis. Saksi mata yang terpesona —Roxilius, Roxine, dan Luka— menatap
fenomena aneh yang terbentang di depan mereka.
“Kuu! Kuu!” peri itu berbunyi dengan
manis saat dia melayang-layang, mengulangi namanya berulang-ulang, jelas
terlihat senang.
Kuu menyenandungkan lagu bahagia.
Sayapnya meninggalkan jejak berkelip-kelip di belakangnya yang larut dalam
sentuhan Luka.
"Bagus," kata Cayna. “Sekarang
kamu benar-benar bersama kami, Kuu.”
"Aku tidak punya adik perempuan...."
“Kalau begitu, mungkin kamu harus
memikirkan nama. Dia seperti sosok adik perempuan.”
“Dia tidak terlihat seperti itu.”
Kee tidak terhibur sedikitpun tetapi
tidak mengatakan apa-apa lagi, kelihatannya tidak tertarik untuk menekan
masalah ini. Setelah menyelesaikan tarian bahagianya, Kuu melayang ke bahu
Cayna dan mulai menggosokkan pipinya ke rambutnya dengan penuh kasih sayang.
Dia pasti cepat bereaksi.
"Lady Cayna, apa ini peri yang Anda
sebutkan?" tanya Roxine.
"Ya. Namanya Kuu. Jangan
mengganggunya.”
"Saya tidak akan melakukanya. Sebenarnya
apa yang Anda pikirkan tentang saya....?”
Merasa tersinggung, Roxine mengambil teko
dan kembali ke dapur. Cayna memperhatikan Luka menatap Kuu, mulutnya menganga
seperti mulut ikan. Dia dengan lembut mendorong Kuu untuk mengalihkan
perhatiannya ke Luka.
“Kamu mungkin sudah tahu sekarang, tapi
ini Luka. Bermainlah dengan baik, oke?”
“Luka! Luka!”
Kuu menanamkan ciuman di salah satu jari
Luka, kemudian meraih jari tengah Luka dengan kedua tangannya, lalu
menggoyangkannya ke atas dan ke bawah seperti semacam jabat tangan.
“Wooow....,” gumam Luka, matanya
berbinar.
“Sekarang Kuu punya nama. Rox, tidak
perlu menyalahkan dirimu sendiri.”
“Ngh. Saya minta maaf sedalam-dalamnya, Lady
Cayna....”
Roxilius mengepalkan kedua tinjunya dan
menundukkan kepala. Cayna berjalan mendekat dan menepuk pundaknya.
“Tidak apa-apa, Roxilius. Aku akan
membuat orang itu membayarnya seribu kali lipat.”
Roxilius merasakan aura haus darah yang
tidak menyenangkan dan mendongak untuk menemukan senyum menakutkan di wajah Cayna.
Dia siap beraksi, Roxilius berteriak pada tatapan tanpa humor Cayna.
“Begitu aku menemukan si brengsek itu,
aku akan menumbuknya menjadi daging cincang dan memasaknya! Dia lebih baik
mengucapkan doanya!”
Cayna tertawa nyaring “Oh-hoh-hoh-hoh!”
saat ombak besar menghantam pantai yang muncul di belakang Cayna (skill
Oscar—Roses Scatter with Beauty). Rasa dingin menjalari tulang punggung
Roxilius.
Di sisi lain, Luka berdiri dengan bingung
karena latar belakang yang tiba-tiba muncul. Kuu terbang di samping Cayna dan
menirunya, meskipun "Oh-hoh-hoh-hoh" peri itu terdengar lebih seperti
suara burung hantu.
Ketika Roxine kembali dengan seteko teh
segar, mau tak mau dia memperhatikan perubahan drastis yang terjadi dalam waktu
singkat saat dia pergi. Dia menggosok pelipisnya, merasakan sakit kepala
datang.
Bagaimanapun, surat tanpa tanda tangan dan
tidak diinginkan itu, tidak memberikan rincian lebih lanjut, jadi Cayna beralih
ke urutan bisnis berikutnya: laporan Roxilius tentang karavan pedagang yang
tiba dari Sakaiya saat dia berada di luar kota.
(Tanpa tanda tangan: tidak diidentifikasi atau disahkan
oleh tanda tangan seseorang.)
"Jadi mereka mengirim .... sepuluh
barel bir dan lima wiski?" dia berkata.
“Satu barel bir adalah empat koin perak,
dan satu barel wiski adalah dua belas. Harga totalnya menjadi seratus koin
perak.”
“Satu koin emas?! Itu gila! Apa aku harus
menagih biaya perampokan jalan raya untuk satu minuman?!”
"Penguji rasa mengklaim itu harga
yang impas."
“....Apa alkoholku sebagus itu, atau
hal-hal di dunia ini yang mengerikan?”
“Mungkin keduanya.”
Roxilius kemudian memberinya kwitansi. Itu
tagihan untuk sepuluh koin perak.
"Apa ini?"
"Biaya transportasi gandum—senilai
dua gerbong."
"Huh?"
Cayna tampak layu. Ini hanya biaya
transportasi, bahkan belum termasuk biaya gandum. Roxilius juga menganggap ini
aneh dan telah menanyakannya, tetapi para pedagang menawarkan klaim yang tidak
jelas tentang bagaimana hal ini menjadi kebiasaan.
“Kurasa ini tidak akan menguntungkan
seperti yang aku kira....,” kata Cayna ketika dia melihat barel yang berkurang
sementara gudang penuh dengan kantong gandum. Roxilius menawarkan masukannya.
“Anda bisa mendapatkan bantuan Lux untuk
gandum atau pergi ke Felskeilo dan membelinya sendiri. Keduanya menjadi opsi
yang layak.”
“Mungkin jika melalui Lux, aku dapat
menambahkan biaya penanganan. Apa kamu mengetahui kapan karavan akan kembali
untuk pengambilan berikutnya?”
“Dalam waktu kurang lebih satu bulan,
meskipun itu bisa berubah-ubah sesuai permintaan. Lux akan memberi tahu kita.”
“Huh, kurasa Lux memiliki beberapa item
yang memungkinkan dia berkomunikasi dengan Sakaiya.”
“Sepertinya begitu.”
Cayna memutuskan proses pengilangan dapat
dilakukan di waktu luang mereka dan memberi tahu Roxilius mereka akan
melakukannya seharian. Cayna yakin dia akan begadang karena rasa bersalah.
Roxilius menghabiskan sepanjang malam dengan merajuk sampai Cayna menidurkan
dirinya, sambil menahan menguap.
"Baiklah. Waktu untuk beberapa
pertanyaan....”
Setelah selesai sarapan, Cayna bertepuk
tangan, siap menanyakan semua yang ingin diketahui Kuu. Roxine membersihkan
meja, dan Roxilius bersiap untuk pergi bersama Luka. Cayna sering keluar kota,
jadi dia tidak ingat detail rutinitas pagi mereka. Roxilius hanya menjawab,
“Oh, Anda pasti lupa. Kami pergi untuk membersihkan pemandian.”
Anak-anak telah diberi tugas membersihkan
pemandian sebagai hukuman karena meninggalkan desa tanpa izin.
Hukuman mereka telah berakhir,
meninggalkan Roxilius untuk menangani tugas itu sendiri. Setelah mendiskusikan
masalah ini, penduduk desa memutuskan bahwa melakukan pekerjaan sambilan,
berpatroli di desa, dan memelihara pemandian terlalu banyak untuk satu kepala
pelayan, jadi mereka meminta anak-anak membantunya.
Lytt tidak bisa membantu di pagi atau
sore hari karena di waktu itulah penginapan paling sibuk. Dengan pemikiran itu,
diputuskan anak-anak akan mulai membantu kira-kira sebelum tengah hari.
Sumber pendapatan utama Lux Contracting
berasal dari penjualan berbagai produk Sakaiya dan furnitur custom Lux sendiri. Latem sedang dalam
pelatihan tetapi belum magang, jadi orang tuanya baik-baik saja dengan
orang-orang yang menyuruhnya bekerja tiba-tiba.
Selain membantu di sekitar rumah, Luka
tidak punya tugas untuk dilakukan. Terlebih lagi, Roxine adalah pengurus rumah
tangga yang sangat efisien sehingga dia sama sekali tidak membutuhkan bantuan.
"Hmm. Aku akan ikut karena sepertinya
aku bisa memperkenalkan Kuu kepada orang-orang,” kata Cayna kepada Roxilius.
"Baiklah."
“Mama Cayna .... kau mau membantu
membersihkan?”
“Aku harus memperkenalkan Kuu pada
Mimily.”
Keduanya secara teknis telah bertemu
sebelumnya, meskipun ketika Kuu masih tidak terlihat oleh semua orang kecuali
Cayna. Lebih baik untuk mengenalkan Kuu pada orang-orang dengan benar sebelum
masalah apapun muncul, terutama karena Cayna tidak tahu apa yang dipikirkan dunia
ini tentang peri. Dia bisa berada dalam masalah besar jika mereka ternyata
dianggap tabu.
Roxilius pergi ke pemandian sementara
Cayna membawa Luka dan Kuu ke penginapan.
"Apa yang kamu miliki di sana?"
Marelle bertanya, menatap kaget pada Kuu yang melayang di atas kepala Luka.
"Wow! Nona Cayna, apa itu?! Siapa
itu?!" Lytt menjerit, matanya berbinar heran.
“Ini Kuu, peri yang tinggal bersamaku.
Aku harap kamu bisa bergaul denganya. ”
Kuu memang bukanlah orang baru, tapi
Cayna membuat perkenalan singkat dan manis karena menjelaskan seluruh situasi
akan membuat pusing. Dia membungkuk kecil, lalu dengan patuh Kuu tiru, sambil mengatakan,
"Senang bertemu, senang bertemu dengamu."
"Luar biasa!"
Lytt yang sedang mengelap meja,
mencengkeram kain lap dengan penuh semangat. Wajahnya berseri-seri dengan takjub
seperti wajah Luka kemarin. Cayna salah mengartikan, kedua gadis muda ini juga
memuja peri di dunia ini.
“Maafkan aku, Marelle. Aku bisa berbicara
denganmu sebentar?”
“Ayolah, Cayna, kenapa kaku sekali? Sudah
berapa lama kita saling kenal? Kamu bisa memberi tahuku apa saja.”
Cayna masih kekurangan pengetahuan dasar
tentang Leadale modern, dan Marelle satu-satunya orang yang bisa dia hubungi
untuk mendapatkan jawaban.
Sama seperti ketika mereka pertama kali
bertemu, Marelle memberikan pukulan keras di punggung Cayna. "Berhenti
bersikap begitu formal!"
“Cough
.... baiklah. Apa ada dongeng lokal tentang peri?”
“Kamu tidak tahu? Mereka mengatakan
kebahagiaan datang kepada anak-anak yang bertemu dengan peri.”
“Urgh....”
Hati Cayna tenggelam karena rasa bersalah
atas kekacauan yang tidak sengaja dia buat. Dia tidak bisa memastikan Kuu
benar-benar peri, tapi dia tidak ingin menyesatkan Luka dan Lytt atau memberi
mereka harapan palsu.
Saat dia merenungkan hal ini, Marelle
menepuk pundaknya dan berbisik, “Jangan khawatir. Seorang gadis harus keluar
dan menemukan kebahagiaannya sendiri, bukan menunggu kebahagiaan itu jatuh ke
pangkuannya. Itu satu pelajaran yang harus dipelajari oleh Lytt.”
“K-kamu benar-benar sesuatu, Marelle....”
Marelle meninggalkan kesan yang sangat
kuat. Pipi Cayna berkedut, dia hampir bisa mendengar wanita desa lain
mengatakan kepadanya beginilah seharusnya gadis desa.
Senyum canggung menyebar di wajahnya saat
dia membayangkan Lytt tumbuh menjadi orang yang berani dan gigih —perubahan
yang mungkin akan disaksikan langsung oleh high elf seperti Cayna jika dia
tinggal di desa terpencil.
Aku tidak tahu apakah aku ingin Lytt menjadi seperti
ibunya...., pikirnya ketika dia mulai pergi untuk
tugas membersihkan pemandian dengan dua gadis di belakangnya.
“Woah! Apa itu, Nona Cayna?” Latem
berseru dari pintu masuk, sama terkejutnya dengan para gadis.
“Kuu ya Kuu!” jawab peri.
“Ini teman serumah baruku, namanya Kuu.
Aku harap kamu bisa menjadi temannya, Latem.”
"Jadi, peri itu nyata...."
Namun, keterkejutan Latem karena alasan
yang berbeda. Ketika Cayna menanyainya lebih lanjut, dia belajar setiap ras memiliki
cerita anak-anak yang serupa. Tapi yang melibatkan peri biasanya diceritakan
kepada anak perempuan.
“Pada dasarnya cerita mengatakan kamu
harus menunggu pangeranmu muncul. Kau tahu, orang-orang semacam itu tidak
mandiri. Kami para dwarf berpikir itu merupakan tanda kelemahan, kamu
seharusnya mengambilnya sendiri.”
Cayna terkejut dengan kepraktisannya yang
singkat dan dingin. Di dunia fantasi ini, dia tidak mengharapkan dwarf untuk
menyiratkan dia mendapatkan pemeriksaan realitas. Dia tidak tahu ini masalah
perbedaan pendidikan antara ras atau karena dwarf secara keseluruhan orang yang
suka bertindak.
Bagaimanapun, kedua gadis kecil bermata berbintang
tidak bisa menerimanya.
"Hei! Jangan hancurkan impian kami!”
"Itu .... tidak baik."
“Kamu pikir melihat peri dapat membawa
keberuntungan? Kamu harus keluar dan membuat keberuntunganmu sendiri!
“Ya, ibuku mengatakan hal yang sama, tapi
setidaknya kamu bisa membiarkan seorang gadis bermimpi?!”
Lytt pasti mendengar ibunya sebelumnya.
Sementara itu, Luka tidak menambah banyak pertengkaran mereka. Sebaliknya, dia
berdiri diam di samping Lytt sambil memelototi Latem. Saat Cayna memikirkan
bagaimana dia harus menengahi, Roxilius memanfaatkan jeda percakapan dan
melangkah di antara ketiga anak itu.
“Hal-hal hanya akan tumbuh lebih panas
pada tingkat ini,” katanya. “Mari kita kesampingkan masalah ini sampai kita
selesai bersih-bersih, lalu kita bisa melanjutkan diskusi.”
Roxilius memutar Latem untuk mengantarnya
ke pemandian pria sebelum berbalik ke Cayna dan membungkuk sedikit. Dengan kata
lain: Saya akan mengawasi Latem, jadi
Anda bisa mengurus kedua gadis itu.
Pipi Lytt menggembung marah, Luka hampir
menangis. Cayna menghibur mereka saat memasuki pemandian wanita.
“Oke, kalian berdua. Simpan pertengkaran
kalian saat tugas selesai.”
"Pertengkaran, pertengkaran!" Kata
Kuu, tidak tahu fakta dia menjadi penyebab pertengkaran tersebut. Dia melayang
di udara dan menirukan nada suara Cayna. Ketika mereka memasuki ruang ganti,
Mimily melihat Kuu.
“Y-Yang Mulia?!” Teriak mermaid, wajahnya
berubah kaget dan ketakutan saat ekornya tersentak. Sesaat kemudian, dia
berteriak, "Aku—aku benar-benar minta maaf!" lalu menekankan
kepalanya ke tanah dalam sujud di hadapan Kuu.
Cayna menggosok pelipisnya dengan lelah. Akhir-akhir ini aku sering melihat
orang-orang yang merendahkan diri, pikirnya. “Tenang, Mimily. Kuu tidak ada
hubungannya dengan Roh Air. Dia bahkan bukan Roh Angin. Dia peri.”
"Boo-hoo, boo-hoo."
Kuu meratapi kurangnya kontak mata mermaid.
Cayna menarik peri ke dadanya dan membangunkan Mimily untuk mengangkat
kepalanya. Mermaid menatap Kuu dengan hormat.
"Apa dia kesal padaku?" Mimily
bergumam ketakutan.
"Ah, dia hanya sedih karena kamu
tidak mau menatap matanya."
"Ya ampun! A-aku sangat menyesal!”
Awan gelap menggantung di atas Kuu yang
sedih saat Mimily menatap kosong dan bertanya-tanya bagaimana cara
menghiburnya. Awan dengan cepat menghilang ke arah Cayna.
"Kuu ya Kuu!"
“Um, halo, Kuu. Aku Mimily. Senang
bertemu denganmu.”
Begitu mata mereka bertemu dan keduanya
memperkenalkan diri, senyum muncul di wajah Kuu. Mimily segera menempelkan
tangan ke dadanya dengan lega.
“Fiuh.
Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika menyinggung Peri Agung....”
"Wah, tunggu," kata Cayna. “Apa
maksudnya Peri Agung ini? Kupikir desamu memuja Roh Air.”
“Ya. Kami juga memiliki makhluk kecil
yang serupa —mermaid seukuran telapak tangan tanpa sayap— di desa yang
digunakan sebagai utusan. Kami menyebutnya Peri Agung.”
Cayna melihat ke antara Kuu dan Mimily,
ia merasa seperti pernah melihat sesuatu yang serupa. Tapi dia tidak bisa mengingatnya.
Bagaimanapun, dia mengira para utusan itu semacam peri laut.
Sementara Cayna dan Mimily berbicara,
Luka dan Lytt mengambil sikat dari kotak peralatan di ruang ganti, lalu bersiap
membersihkan pemandian. Begitu aliran air panas dihentikan dan bak dikeringkan,
mereka mulai menggosok. Siapa pun bisa mematikan dan menyalakan air dengan
sedikit sihir.
Drainase dikendalikan oleh bendungan yang
dapat dibuka. Luapan air biasanya tumpah ke tempat pencucian di belakang bak
mandi. Kebanyakan orang menggunakan layanan cucian Mimily dengan tarif rendah,
layanan itu tidak gratis. Siapa pun yang tidak memiliki uang harus mencuci
sendiri.
Salah satu alat sihir Cayna memurnikan
air dari tempat pencucian dan pemandian air panas lalu mengubahnya untuk
keperluan pertanian. Roxilius memelihara saluran irigasi ladang karena dia
jelas tidak punya cukup pekerjaan. Sistem ini mengurangi waktu yang dihabiskan
untuk mengambil air dari sumur dan sangat populer di kalangan penduduk desa.
Cayna tidak bisa memikirkan cara lain
untuk memperbaiki kehidupan di desa, dia memutuskan untuk mengesampingkan
rencana renovasinya kecuali seseorang meminta sesuatu. Dia telah menawarkan
untuk meminjamkan golem dan Roh Bumi agar membantu mengolah ladang, tapi semua
orang menolak dengan sopan.
Mimily pergi ke tempat para gadis yang sedang
membersihkan dan menyiram kotoran dengan mantra air. Baru-baru ini dia telah
menguasai cara merangkak di tanah, membuatnya terlihat seperti mitos Lamia. Itu
pemandangan yang lucu, Mimily tidak memiliki tubuh ular seperti Lamia, jadi
sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh ekornya. Goyangan ekornya mengingatkan
Cayna pada ekor anjing, dia tanpa sengaja tertawa.
“Ada masalah, Cayna?” Mimily bertanya.
“T-tidak, bukan apa-apa. Tak ada masalah.”
Merayap, merayap, berdesir, berdesir.
Cayna melakukan yang terbaik untuk
menjaga wajahnya tetap tenang saat mermaid menatapnya dengan curiga. Namun, dia
gemetar dan ketenangan wajahnya retak begitu Kuu yang tidak tahu apa-apa mulai
meniru Mimily.
“Luka,” kata Mimily, “tolong beri tahu
aku kesalahan terbesar Cayna secara diam-diam nanti.”
"Hei....!"
Ketika Cayna mendengar Mimily berbicara
tentang mimpi buruk, dia buru-buru menghapus seringai dari wajahnya. Lagi pula,
Cayna tahu beberapa cara mermaid bisa mempermalukannya di depan Luka.
Luka mempertimbangkan permintaan ini
sejenak sebelum mengangguk dan berkata, "....Oke."
“Lu mengkhianatiku....,” keluh Cayna.
"Aku cukup yakin ini salahmu
sendiri, Nona Cayna."
Saat Cayna dihancurkan oleh satu pukulan,
Lytt mengikuti dari belakang dan mendukung Mimily. Dia jelas masih kesal karena
percakapan dengan Latem.
Mimily akhirnya menyadari raut wajah para
gadis muda.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Yah, bisa dibilang ada benturan
budaya yang sedang terjadi."
Setelah Cayna menjelaskan kejadian tadi,
Mimily mengangguk.
"Hmm. Jadi mereka bertengkar?”
“Aku juga pernah bertengkar dengan
teman-teman, tapi kami tidak pernah bertengkar seperti ini. Nasihat apa yang
harus aku berikan....?”
“Kamu adalah sosok ibu. Bukannya kamu seharusnya
lebih paham?”
Dalam kasus Cayna, hampir setiap
pengalaman kelompok terjadi dalam game. Dia biasanya hanya mengikuti apapun
yang diinginkan teman satu guildnya dan sesama anggota party, jadi perkelahian
sangat sedikit dan jarang terjadi.
Setelah Lytt dan Luka selesai
bersih-bersih, Mimily menyuruh mereka duduk di bangku ruang ganti.
“Kalian biasanya sibuk berbicara satu sama
lain, jadi jarang melihat kalian diam seperti ini.”
"....Ya."
“Nona Mimi....”
Para gadis duduk bersebelahan dan
diam-diam menatap kaki mereka.
“Cayna memberitahuku sedikit masalah yang
terjadi, tapi bisakah kamu mencoba mengingat percakapan tadi?”
Mimily tersenyum ketika kedua gadis
memejamkan mata dan menggumamkan ingatan mereka tentang kejadian itu dengan
cara yang sama.
"Aku heran, apa Latem benar-benar
mengabaikan impianmu?"
""Huh....?""
"Bahkan jika dia bilang, 'Menunggu
adalah kelemahan' dan 'Ambil sendiri', itu bukan berarti dia meremehkanmu."
"Y-ya."
"....Uh huh."
Saat ini kedua gadis bersikap defensif, tapi
sekarang mereka memahami kebenaran dalam kata-kata terukur Mimily. Mereka
menyadari pernyataan dari Dwarf yang berpikir menunggu adalah kelemahan dan kami
harus meraihnya sendiri, belum tentu menyangkal impian mereka.
“Selain itu, Latem bilang, ‘Kamu
seharusnya mengambilnya sendiri.’ Itu berarti dia juga punya mimpi, kan? Jadi
dengan mengingat semua itu, apa yang harus kamu lakukan sekarang?”
"Kami .... harus minta maaf."
"Meminta maaf."
Saat kedua gadis mengungkapkan penyesalan
mereka, Mimily mengangguk sambil tersenyum. "Jawaban yang bagus."
Luka dan Lytt berdiri lalu berlari
keluar. Hampir sedetik kemudian, tangisan keras aneh muncul dari pemandian pria
saat para gadis meminta maaf.
“Apaaa?!”
Tergerak oleh keributan di sisi lain
tembok, Cayna berteriak, “Oh!” dan mulai bertepuk tangan.
Mimily berteriak.
“Caynaaaaa! Tolong duduk di sana!”
"Huh? Apa? Ada apa, Mimily? Kenapa
tiba-tiba.”
“Itu bukan momen untuk ‘Oh!’?! Sejujurnya,
apa yang kamu lakukan?!
"Huh?!"
Menemukan dirinya dalam belas kasihan
kemarahan Mimily, Cayna menderita kuliah selama satu jam tentang kehidupan umum.
Meski sebagai Mermaid yang tersesat, Mimily tetap dibesarkan sebagai calon ratu
masa depan.
Mengesampingkan perbedaan ras, dia dengan
berlinang air mata menjelaskan kepada Cayna bagaimana seharusnya seorang
panutan berperilaku.
Saat keluhan untuk Cayna terdengar sampai
ke surga, Roxilius lega mengetahui anak-anak tersenyum polos bersama sekali
lagi. Secara alami, dia mengabaikan kekacauan yang datang dari pemandian
wanita.
Kepala pelayan pribadi atau bukan, dia
masih harus menjaga dirinya sendiri.
"Ack, itu kasar...."
Cayna dan lainnya meninggalkan pemandian
setelah Mimily selesai dengan cambukan verbal. Ketiga anak itu rupanya membersihkan
bak mandi pria bersama-sama dan menikmati percakapan yang menyenangkan
sementara mermaid sedang menggomel. Latem harus membantu orang tuanya di sore
hari, jadi dia pulang.
"Mama .... kamu baik-baik
saja?"
"Huh? Oh, ya, aku baik-baik saja."
Cayna, Luka, Lytt, dan Roxilius sedang
berjalan dengan tertib kembali ke penginapan untuk mengantar putri pemilik
penginapan ketika Luka menarik jubah Cayna dengan cemas. Ceramah Mimily terlihat
lebih berfokus pada seni kepemimpinan daripada peran keibuan, tapi Roxilius
ragu Cayna akan menganggap informasi itu sangat berguna. Saat dia bergumam pada
dirinya sendiri untuk tetap waspada di sekitar mermaid, Roxilius bilang sesuatu
dengan efek "Aku harus pergi" dan mulai menjauh.
"Oh, kamu punya tugas patroli,
Rox?"
“Tidak, saya telah diminta untuk
melakukan pekerjaan yang tidak terkait. Saya merasa harus mengurusnya
sekarang.”
"Sebuah pekerjaan? Apa itu sesuatu
yang hanya bisa kamu lakukan?”
"Tidak, siapa pun bisa
melakukannya."
Ketika Cayna bertanya lebih lanjut, dia
mengetahui pekerjaannya adalah mengumpulkan telur. Ayam kampung terus
berkeliaran bebas dan bertelur di mana-mana. Siapa pun dapat membawanya pulang,
tapi yang diletakkan di tempat rumit dan terpencil perlahan rusak. Oleh karena
itu, setiap keluarga secara berkala bertanggung jawab untuk memeriksa
telur-telur tersebut di desa.
Sepertinya rumah tangga Cayna berada di
urutan berikutnya, sekarang menjadi tugas Roxilius untuk berburu telur.
“Benar, telur. Bagaimana jika kita
melihat dengan Survey?”
"Oh! Aku juga bisa membantu, Nona
Cayna!”
"Bukannya kamu harus kembali ke
penginapan, Lytt?"
"Jangan khawatir. Tidak masalah
selama aku pulang menjelang senja!”
Cayna melihat sekeliling dan ada ayam
bermunculan dari gudang terdekat. Sepertinya ini pencarian yang membuat
frustrasi dengan berjalan kaki. Sihir jauh lebih efisien, tapi itu tidak bisa
memberikan contoh yang baik untuk anak-anak.
Sebagai gantinya, dia mengeluarkan panah
arah dari Item Box dan memberikannya kepada Luka.
“....?”
"Apa ini?"
Luka dan Lytt tidak tahu apa ini dan
memiringkan kepala dengan bingung.
“Tulis apa yang kamu cari di panah arah ini,
itu akan mengarahkanmu ke arah yang benar. Kamu bisa menemukannya dalam waktu
singkat. Jika ada lebih dari satu, panah arah akan memilih yang paling dekat.”
"Jadi kita harus menulis 'telur' di
atasnya?"
“Itu bisa termasuk telur di rumah orang.
'Telur di tanah' seharusnya berhasil.
Kedua gadis mengambil pena yang
ditawarkan Cayna, lalu terdengar merenungkan permukaan panah arah. Mereka tahu
karakter dasar tapi tidak yakin bagaimana memasukkan frase hiragana ke dalam
ruang berukuran sekitar 13x10 cm. Ukuran tulisan tangan mereka tidak berubah
sejak Cayna pertama kali mengajari mereka, jadi menurutnya akan aneh jika
mereka tidak dapat memuat lebih dari empat karakter di papan tulis kecil
alih-alih buku catatan. Dia telah menulis dalam huruf besar untuk membantu
mereka melihat contohnya dengan lebih mudah, tapi Cayna berharap mereka
menyadari itu bukan satu-satunya pilihan mereka.
Setelah beberapa saat, Luka dengan miring
menulis "Telur di tanah" dan menunjukkannya pada Cayna.
"Apa ini benar?"
“Ya, itu terlihat bagus, Lu. Sekarang,
jika kamu memegang pegangannya....”
Lytt mengikuti instruksi Cayna, panah
arah berputar dengan liar sebelum mengarah ke kiri di area belakang mereka.
Dinding sebuah rumah berdiri di sana, tapi dikelilingi oleh rerumputan liar.
"Aku yakin itu tidak melewati
rumah," gumam Cayna. Dia membelah rumput liar dan dua butir telur terlihat.
Kuu dengan cepat terbang dan mengambil satu.
"Telur! Telur!"
“Jangan jatuhkan, Kuu.”
Telur itu sekitar 30 persen dari berat
tubuh Kuu sendiri, Cayna memperingatkan peri yang cekatan itu untuk bersikap
lembut. Menggunakan Craft Skill, dia membuat beberapa keranjang yang dijahit
dari tanaman merambat terdekat.
Ekspresi Cayna tidak menunjukkan apa-apa
saat dia membagikan keranjang dan memberi tahu semua orang, "Oke, mari
kita bertemu setelah mendapatkan banyak telur." Mereka berpisah menjadi
tiga kelompok: Cayna dengan Kuu, Roxilius sendiri, dan Luka bersama Lytt.
Roxilius memperhatikan kedua gadis yang
dengan riang berangkat berburu telur mereka.
"Apa itu?" Roxilius bertanya.
“Itu item Temukan Teman. Itu ada di Item
Box di menara Liothek.”
"Huh?"
Penampilan dan efek suatu item sering
disesuaikan dengan preferensi pribadi, jadi ada banyak hal yang tidak dapat
dipahami Cayna kecuali dia mencobanya sendiri. Biaya dan bahan menentukan
kualitas suatu item, jadi bukan seperti orang bisa menarik item begitu saja.
Menara Liothek dipenuhi dengan panah arah
biasa, tapi Cayna juga menemukan beberapa panah arah dengan kalimat seperti
duri, lipan, dan hal-hal aneh tertulis di atasnya.
Dia pasti mati untuk sesuatu yang menarik, pikir Cayna sedih. Gadis itu mengenakan kostum gurita Flapjack
atau Antonietta Janthina setiap kali mereka bertemu, jadi Cayna tidak tahu
seperti apa Liothek sebenarnya.
Roxilius bilang dia mau fokus pada batas
desa dan ladang lalu memisahkan diri. Luka dan Lytt telah berjalan menuju pusat
desa, jadi Cayna memutuskan untuk memeriksa pintu masuk. Menemukan telur di tempat
tinggi yang ditumbuhi rumput cukup mudah, jadi skillnya terasa tidak diperlukan
di sini.
Sementara itu, Cayna ingat untuk bertanya
kepada Kuu di mana Opus berada.
"Opus? Opus?"
Kuu menatap langit dan merenungkan
pertanyaan ini dengan tatapan bingung.
Peri ini mungkin akan mengetahuinya saat
waktunya, tapi Cayna mengulangi pertanyaannya karena Opus nama panggilan yang
hanya dia dan player lain gunakan. Cayna pernah bertanya kepada Kuu beberapa
waktu lalu apa Opus pernah mengusiknya. Alih-alih, Tidak, dia tidak mengusikku, mungkin maksud menggelengkan kepala, Aku tidak tahu Opus ini.
"Aku bertanya tentang orang yang menguncimu
di buku."
Ketika peri menggelengkan kepalanya
dengan pandangan bingung lainnya, Cayna menyadari Kuu bahkan mungkin tidak
ingat pernah ditempatkan di sana.
"Hmm? Baiklah. Kalau begitu, dari
mana kamu pertama kali berasal?"
Dia sepertinya memahami pertanyaan ini
dan dengan semangat berteriak, “Sanctuary! Sanctuary!" Apakah Sanctuary menarik
atau tidak, itu tidak penting.
“Sanctuary? Aku tahu apa itu gereja, tapi
tempat apa Sanctuary itu?”
"Aku yakin Sanctuary adalah tempat di mana dewa
diabadikan."
Masukan Kee sangat membantu, tapi Cayna
tidak tahu apapun tentang para dewa di dunia ini. Ini cukup menyedihkan,
mengingat putranya adalah seorang High Priest.
Mungkin saja Kuu sendiri memiliki
hubungan dengan para dewa, tapi itu bukan fokus Cayna saat ini.
“Lebih baik aku serahkan ini pada
profesional. Sebaiknya aku bertanya pada Skargo?”
Cayna sedang membicarakan hal ini dengan
Kee, tapi orang lain akan mengira dia berbicara sendiri. Satu keranjang penuh
melayang di sampingnya sementara dia mengeluarkan yang lain. Tentu saja, dia
membutuhkan lebih banyak.
Mempertimbangkan kecepatan dan ketepatan
Kuu mengumpulkan telur, peri itu kemungkinan memiliki skill. Tubuh mungilnya
hanya bisa meraih satu per satu telur, tapi anehnya dia menikmati dirinya
sendiri. Kuu dulunya tidak berwujud, jadi dia mungkin senang berlomba menyentuh
benda. Cayna merasakan hal yang sama saat pertama kali merasakan lingkungan game.
Ketika mereka kembali dengan dua
keranjang penuh, Luka, Lytt, dan Roxilius sudah berkumpul bersama. Selain
keranjang yang Cayna berikan padanya, Roxilius telah mengisi keranjang kedua
yang dia pinjam dari keluarga lain. Celemek Lytt juga dipenuhi telur.
“Sepertinya masih banyak telur tua di
luar sana, huh?”
“Ya .... tapi .... kita tidak bisa
membawanya.”
"Benar. Saya meminjam keranjang lain
tapi menetapkan batas. Karena pencarian bisa tidak ada habisnya.”
Secara total, kelompok ini telah
mengumpulkan lebih dari seratus telur. Cayna menggunakan sihir untuk
mengkategorikan mereka secara kasar. Apakah mereka lama atau baru? Kriteria
seperti itu subjektif, jadi Cayna tidak tahu berapa umur telur sebenarnya. Skill
ini dikenal sebagai Klasifikasi, ide dasarnya adalah skill ini dapat mengatur
apapun yang ditentukan player. Kembali ke dalam game, tidak dapat disangkal skill
ini merupakan Skill Buangan yang kamu abaikan begitu mempelajarinya. Sebagian
besar Skill Master setuju ada terlalu banyak Skill Buangan yang dibuat tanpa
alasan lain, selain untuk menambah lebih banyak quest. Tidak jelas kelangsungan
hidup Klasifikasi sejauh ini di masa depan dapat dianggap sebagai
keberuntungan.
Saat mereka sedang bekerja, Latem mampir
membawa pesan.
“Nona Cayna, ayahku bilang ada pesan
untukmu dari Sakaiya.”
"Sebuah pesan? Dari Caerick?”
"Aku tidak tahu. Itu hanya bilang,
'Silakan berkunjung ketika kamu punya waktu.'”
"Oh, baiklah. Mungkin pesanan magic rhymestone
akhirnya datang?”
“Yah, itu saja. Sampai jumpa!"
"Huh? Hei, tunggu!"
Latem kabur sebelum Cayna bisa
memperkenalkan kembali Kuu. Latem menyeringai lebar, jadi Cayna mengira dia
senang membantu bisnis keluarga.
“Lady Cayna. Jika telurnya masih perlu
disortir, saya....”
Dia menggelengkan kepalanya atas tawaran
Roxilius untuk membantunya.
“Bukannya aku harus pergi saat ini juga. aku
bisa pergi ke Helshper besok.”
"Baik. Dalam hal ini, saya akan
membagikan telur segar. Apa yang harus kita lakukan dengan yang lama?”
“Agak ragu mereka bisa dimakan atau
tidak. Mungkin aku bisa menggunakannya untuk Convert?”
Enam puluh telur dianggap aman asalkan
dimasak terlebih dahulu. Sisanya tidak memberikan jaminan. Roxilius pergi untuk
membagikan yang bisa dimakan di antara penduduk desa, Lytt membawa telur ke
keluarganya sendiri.
Karena pesan di item Temukan Teman tidak
dapat dihapus, Cayna memutuskan untuk meminjamkan panah arah untuk berburu
telur. Dia mendengar lebih dari beberapa penduduk desa telah menjadi korban
telur busuk —ini tidak diragukan lagi karena mereka tidak memiliki cara untuk
memisahkan telur yang baik dan buruk. Dunia ini rupanya tidak memiliki metode
seperti tes air garam untuk membantu membedakannya.
"Mungkin kamu bisa memberi tahu seseorang?"
“Siapa yang harus kuberitahu....?”
Berbagi tes dengan Guild Pedagang bisa menimbulkan kegemparan dan berakhir
dengan rasa sakit, jadi dia berpikir mungkin cucunya bisa berbicara untuknya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana mungkin player meninggalkan permainan papan
dan hal lainya tapi tidak menyebutkan kiat hidup mudah (life hack)?"
“Sepertinya keseimbangan pengetahuan
tidak seimbang. Lagi pula, tidak banyak wanita.”
“Player wanita, huh?”
Player wanita yang dikenal Cayna termasuk
orang sesat yang seperti TMI, seorang pendiam, seorang kompleks siscon, dan
maskot yang terobsesi dengan semua hal aneh. Bukan barisan yang bagus. Ingatan
itu saja melanda Cayna dengan gelombang kelelahan, dia tiba-tiba butuh tidur
siang.
"Apa kita .... harus membuang
ini?"
"Tidak. Perhatikan ini, Lu.”
Gadis itu menurut dan dengan rasa ingin
tahu mengamati keranjang yang penuh dengan sisa telur.
Cayna memilih tiga dan menggunakan Convert
pada mereka. Telur di tangannya yang terulur, sesaat tertutup lapisan pelangi
sebelum berubah menjadi hitam, masing-masing menyusut seukuran kuku ibu jari.
Dia menggunakan Search dan mengetahui itu adalah potongan besi.
Cayna menjatuhkan besi ke tangan Luka dan
melemparkan Convert ke tiga telur lagi. Skill ini mengubah benda seseorang
menjadi zat acak. Namun, ada banyak pro dan kontra, jadi ini merupakan Skill
Buangan lainnya.
Pertama, setiap Convert membutuhkan MP
dalam jumlah yang signifikan. Jumlah ini berbeda-beda tiap targetnya, tapi
ketiga telur sudah menghabiskan 100 MP.
Kedua, ini menjadi pertaruhan karena kamu
tidak pernah tahu apa yang kamu dapatkan. Cayna meletakkan sebiji besi, batu,
sepotong kayu persegi seukuran telur, cangkang siput, botol kecil, dan banyak
hal lain yang tidak berhubungan ke tangan Luka. Satu menghilang ke udara tipis.
Mengingat mereka mulai dari telur, biji besi dan botol tidak terlalu buruk.
Tetap saja, sisanya adalah sampah.
Untuk saat ini, Cayna memutuskan untuk
membawa pulang semuanya dalam keranjang. Dia tidak bisa begitu saja melanggar
hukum dengan membuang sampah sembarangan, beberapa barang mungkin terbukti
berguna di sekitar rumah.
Keesokan harinya, Cayna meninggalkan Luka
bersama Roxine dan berteleportasi ke Helshper. Dia mengira Kuu ingin tinggal
bersama Luka, tapi peri itu benar-benar menolak untuk meninggalkan sisi Cayna.
Saran tenang Kee bahwa mungkin dia tidak bisa meninggalkan Cayna agak
meresahkan.
Sekarang Kuu memiliki tubuh fisik, Cayna
berpikir dia perlu makan dan meminta Roxine menyiapkan berbagai hidangan.
Meskipun begitu, peri terus dengan santai melewatkan makan kecuali sesekali sesendok
teh madu. Dengan asumsi Kuu hanya makan yang manis-manis, Cayna menawarkan gula;
ini juga tak berguna. Karena peri hanya makan buah di pagi hari (satu gigitan
kecil saja), dia menyimpulkan makanan Kuu terbatas pada gula alami.
Kuu biasa bersembunyi dengan gelisah di
rambut Cayna ketika dia tidak terlihat, tapi mendapatkan bentuk fisik
membuatnya sangat ingin tahu. Kuu duduk di bahu Cayna saat mereka berjalan di
jalan utama Helshper yang ramai, matanya menari-nari melihat pemandangan di
sekitarnya. Orang-orang lewat yang melihatnya menatap dengan kaget atau
membeku. Kebanyakan wanita sedangkan yang terakhir orang tua.
Pada satu titik, mereka melewati orang-orang
yang terlihat seperti sekelompok siswi, yang berbisik satu sama lain lalu mulai
mengintai Cayna dan Kuu. Merasakan peri dalam bahaya, Cayna bergegas ke
Sakaiya.
"Nenek Buyut?!" Idzik, tuan
muda Sakaiya, berseru saat melihat Cayna terbang masuk.
Para karyawan melontarkan tatapan curiga
pada gadis yang masuk ke toko tetapi tersentak melihat reaksi tuan muda mereka.
Tidak hanya dia seorang kerabat, tapi jika bentuk sapaan Idzik dapat dipercaya,
dia juga dua peringkat lebih tinggi dari pendiri Sakaiya, Caerick.
“Maaf sudah menerobos masuk seperti ini,
Idzik.”
"Sama sekali tidak. Ayah bilang kamu
akan segera tiba. Apa terjadi sesuatu?”
"Beberapa hyena mengejarku, jadi aku
kabur."
"Apa?"
Idzik penasaran musuh macam apa yang bisa
memaksa bahkan nenek buyutnya, makhluk terkuat di benua ini, untuk melarikan
diri. Namun, dia menahan diri. Ini bukan waktunya untuk mencampuri urusan
pribadi orang lain. Meninggalkan toko kepada bawahannya, Idzik membimbing Cayna
ke gedung utama.
“Ngomong-ngomong, boleh aku bertanya siapa
yang ada di pundakmu?”
“Oh, benar. Ini Kuu. Kuu, sepertinya kamu
sudah tahu, tapi ini Idzik. Dia cicitku.”
"Senang berkenalan denganmu! Senang
berkenalan denganmu!"
Idzik gelisah sesaat tetapi segera
memandang Kuu sebagai tamu kehormatan dan menundukkan kepalanya.
“Senang bertemu denganmu, Nona Kuu.”
"Kuu ya Kuu!"
Kuu berdiri, jejak cahaya mengikuti peri
saat dia melesat ke sekelilingnya. Dengan tangan di pinggul, dia menggembungkan
pipinya dengan pose marah. Sementara itu, Idzik terlihat bingung.
“Kupikir tidak suka dipanggil nona,”
Cayna menjelaskan.
"Benarkah? Tapi aku harus menyapa
semua tamu terhormat kami dengan hormat.”
Dia membuat poin yang wajar, tapi tidak
ada bukti Kuu lebih tua darinya karena tidak ada yang bisa memastikan usianya.
Ketika diberitahu hal ini, dia bertanya, “Bagaimana dengan ‘Yang mulia Kuu?”
Ini sepertinya kompromi yang adil.
Sama seperti sebelumnya, Cayna dan Kuu
dibawa ke ruang tamu tempat mereka menunggu beberapa saat. Akhirnya, Caerick
muncul dari balik pintu layar geser.
“Aku minta maaf membuatmu menunggu,
Nenek! ....Siapa ini?!”
“Halo, Caerick. Ini Kuu.”
"Kuu ya Kuu!"
Caerick memasuki ruangan dengan semangat tapi
membeku saat membuka pintu geser. Bawahan yang mengikuti di belakangnya dengan
sebuah kotak kebingungan.
Cayna menepuk wajah cucunya untuk
menyadarkannya kembali.
“Hei, kaulah yang memanggilku ke sini
untuk urusan bisnis. Mengapa kamu sibuk dengan suatu hal kecil?
"Boo! Boo!"
Kuu memprotes komentar kecil itu, tapi
Cayna menenagkan semuanya dengan tepukan di kepala. Suasana hati peri langsung
berubah, dia terbang di sekitar Cayna dengan nada musik yang menari-nari.
Mungkin Kuu terlalu penurut.
“Kau tidak pernah gagal mengejutkanku,
Nenek. Apa ini yang mereka sebut peri?”
"Yup. Ini Kuu. Dia bergabung dengan
keluarga kami baru kemarin.”
“Aku sedikit penasaran tentang rumah
tanggamu .... apa kamu bilang baru kemarin?”
"Itu benar."
Kuu telah ada hampir sepanjang waktu
tetapi baru secara resmi bergabung dengan rumah tangga Cayna sehari sebelumnya.
Caerick berdiri dalam kesunyian sesaat sebelum menggelengkan kepalanya.
Cayna mendengar dia menggumamkan sesuatu
di sepanjang baris "Prestasi lain yang mampu dilakukan Nenek." Cayna penasaran
apa lagi yang Caerick pikir bisa dia lakukan.
Begitu Caerick melarang bawahan yang
membawa kotak untuk berbicara tentang Kuu, dia menyebarkan beberapa dokumen ke
seberang meja dan membuka tutup kotak. Ada batu-batu kecil berwarna abu-abu
gelap yang dikemas di dalamnya. Magic rhymestone.
“Kamu sudah mengirimiku banyak, tapi
sepertinya masih banyak yang tersisa.”
“Ya, ada banyak batu di dasar sungai,
jadi menemukannya menjadi tugas yang mudah. Aku sangat berterima kasih kepada
anak-anak dari panti asuhan karena memberi tahuku lokasinya. Aku membayar mahal
untuk bantuan mereka. Tidak perlu khawatir."
Dia buru-buru menambahkan pernyataan
terakhir ini ketika Cayna mengangkat alis pada "anak-anak dari panti
asuhan". Menyamarkan kegugupannya dengan sikap tenang, Caerick
mengeluarkan dua dokumen dan menunjukkannya pada Cayna. Itu adalah detail
pesanan dari dua bangsawan. Keduanya menyatakan ukuran dan jumlah yang
diinginkan dari alat rhymestone, serta kata kunci yang ditunjuk.
Cayna menanyakan secara spesifik setiap
pesanan dan menyelesaikannya satu per satu seperti yang dijelaskan Caerick.
Terlepas dari itu, dia membuat jumlah rata-rata.
Sebagian besar alat sihir yang dimaksud
lebih kecil dari rhymestone asli, jadi Cayna mengambil batu dari kotak,
mengolahnya, dan mengatur kata kunci dengan satu tangan. Caerick menyerahkan
produk jadi kepada bawahannya, yang mengemasnya ke dalam peti kayu di ruang
terpisah.
Cayna terus memproses batu dan mengobrol
santai dengan Caerick sambil memeriksa jumlahnya. Dia juga mengambil kesempatan
untuk memberitahunya bagaimana membedakan antara telur yang baik dan buruk.
Mata Caerick membelalak mendengar penjelasan sederhana Cayna.
"Aku harus segera
mengumumkannya!"
Agar aman, Caerick menulis sesuatu di
selembar kertas dan menyerahkannya kepada seorang karyawan untuk dikirim ke Guild
Pedagang.
"Apa itu masalah besar?"
“Benar, Nenek. Sekarang kita bisa
memiliki lebih sedikit kasus keracunan makanan.”
Setiap negara kelihatannya menghadapi
masalah serupa di meja makan.
“Lalu, terima kasih untuk gandumnya,”
kata Cayna. “Namun, kamu yakin aku bisa memilikinya secara gratis?”
“Oh, tidak, aku yakin menerima
pembayaran. Mungkin perantara melakukan kesalahan?”
“Tapi bukannya kamu hanya menagihku untuk
pengiriman? Itu pada dasarnya biaya penanganan.”
“Itu diskon gratis karena ini pembelian
pertamamu. Aku akan meminta jumlah penuh lain kali.”
"Oke. Yah, aku menghargainya.”
"Tapi, tentu saja. Kamu juga
membantuku.”
Keduanya tersenyum satu sama lain.
Sementara itu, Kuu sudah bosan berkeliaran di sekitar ruangan dan sekarang
berbaring di atas kepala Cayna.
“....Bagaimanapun....”
"Ya?"
“Aku tidak pernah membayangkan kamu akan
ditemani peri, Nek.”
“Kurasa peri sangat langka, huh? Aku
tidak tahu.”
Caerick mengerutkan kening dan
memperingatkan Kuu mungkin menarik perhatian para penggemar eksentrik. Mereka
akan mendekati Cayna dengan sanjungan dan uang, atau jika semuanya gagal,
menggunakan kekerasan.
“Karena ini, Nenek, kamu seharusnya tak
tertandingi. Aku harap ada orang bodoh untuk membuktikan kejahatan bisa
menyebabkan kehancuran mereka sendiri.”
“Hei sekarang....”
Cayna kagum Caerick bisa membuat
pernyataan mengerikan dengan seringai di wajahnya. Memang benar Cayna tidak
menunjukkan belas kasihan kepada siapa pun yang mengancam keluarganya, tapi dia
bisa mendapat reputasi buruk jika berkeliling memberikan perlakuan bandit
kepada semua orang. Pada saat itu, dia hanya akan pamer. Tetap saja, itu
melelahkan menjaga pasukan skill OP-nya tetap terkendali.
Saat dia mempertimbangkan metode yang
lebih damai, Caerick menawarkan teh dan manisan kepada Cayna seolah ingin
mengalihkan perhatiannya.
“Kita sudah menyelesaikan cukup banyak
pesanan, jadi mari kita berhenti di sini.”
"Huh? Bukannya kita perlu melakukan
yang di sana?”
“Tidak, para bangsawan yang pesanannya
baru saja kita penuhi adalah pencari perhatian yang terkenal kejam. Bahkan jika
kita tidak mengatakan apa-apa, mereka akan memamerkan dan mempromosikan
dagangan kita.”
Dengan kata lain, ini iklan berjalan yang
bagus. Ini juga berarti Cayna akan dipanggil lebih sering. Itu merepotkan, tapi
Cayna akan melakukan apa yang harus dia lakukan untuk menghidupi keluarganya.
Bahu Cayna terkulai, dia menyeruput teh
yang diseduh Caerick sendiri. Dia hampir menyemprotkannya ke mana-mana ketika
nada pesan yang mendesak tiba-tiba terdengar di kepalanya.
"Apa—?"
“Kamu mendapat pesan mendesak dari Shining Saber:
'Potensi serangan masuk ke ibukota. Meminta bantuan.’”
"Serius?! Aku memalingkan muka
selama dua detik dan ini terjadi?!”
"Nenek?"
“Maaf, Caerick. Sepertinya ada sesuatu
yang terjadi di Felskeilo. Kita bisa menyelesaikan ini lain kali!”
"'Sesuatu'? Apa maksudmu?"
“Aku juga belum tahu, jadi aku tidak bisa
memberitahumu. Sampai jum[a!"
“O-oke. T-tolong berhati-hati.”
"Terima kasih! Maaf untuk masalah
ini.”
Teleportasi menyelimuti Cayna dengan
pancaran khas cahaya ungu, dia menghilang dalam sekejap. Rasa tidak nyaman
menimpa Caerick saat dia melihatnya pergi. Jika sesuatu yang besar sedang
terjadi di Felskeilo, Caerick tahu dia harus memeriksa situasinya dengan
ibunya. Meski enggan, dia tidak punya orang lain untuk dihubungi dalam waktu
sesingkat itu dan menggunakan Telepati.
Semuanya dimulai segera setelah Cayna dan
keluarganya kembali ke desa. Seorang petualang laki-laki compang-camping dan
kudanya yang gila menabrak gerbang barat Felskeilo. Gerbangnya kokoh, jadi
tentu saja orang yang menabrak mengalami kerusakan paling parah. Kuda yang
roboh mengeluarkan busa di mulutnya, lalu penunggangnya terlempar karena
tumbukan, sambil berlumuran darah. Dia terluka, tapi armor pria itu begitu
tercabik-cabik sehingga hampir tidak menempel di tubuhnya..
Para prajurit di gerbang bergegas untuk
merawatnya. Mereka menyiram pria itu dengan ramuan dan memeriksa kondisinya.
"T-tolong."
“Hei, bertahanlah! Bisakah kamu memberi
tahu kami apa yang terjadi?
“Ini, minumlah air. Pelan-pelan!”
Seorang penjaga membawa cangkir ke bibirnya.
Air tumpah saat petualang itu minum, dia dengan suara serak memohon bantuan.
Kata-kata yang berhasil mereka tangkap membuat mereka ngeri.
Segerombolan binatang buas dan monster
telah menyerang karavan pedagang. Rekan-rekannya dibunuh oleh monster yang memperlakukan
mereka seperti mainan, pria yang terluka parah satu-satunya yang dikirim ke
Felskeilo sebagai pembawa pesan. Setelah tergesa-gesa menyampaikan informasi
ini kepada para penjaga, dia pingsan karena kelelahan.
Bahkan prajurit yang tidak berpengalaman
tahu lebih baik untuk tidak mengabaikan kata-kata pria ini sebagai kebohongan
atau lelucon, mereka segera mengirim utusan ke segala arah.
Seseorang pergi ke kastil untuk mencari perintah
raja, komandan gerbang menggunakan penilaiannya sendiri untuk menyewa petualang
agar mengintai daerah tersebut dan memeriksa rute perdagangan barat. Untungnya,
mereka mengejar para ksatria yang berpatroli dan memberi tahu kapten tentang
situasi dan tindakan yang diambil komandan.
Familiar dari para penyihir petualang
yang mencari di area tersebut mengkonfirmasi adanya kelompok monster campuran, laporan
serupa juga datang dari pelancong lain. Menyadari situasinya mengerikan, para
pemimpin peringkat tinggi mengadakan pertemuan darurat dan memberi tahu seluruh
ibu kota untuk waspada. Persetujuan High Priest mempercepat prosesnya.
Bahkan Guild Petualang dipanggil untuk
bertugas. Beberapa party tersedia, sekitar lima puluh orang mengajukan diri.
Pengawal penjaga sangat dibutuhkan sejak rute perdagangan barat dibuka kembali,
sejumlah besar petualang telah menjawab panggilan itu. Untungnya,
kelompok-kelompok ini menghindari gerombolan monster. Pengawal yang menjaga
karavan yang diserang terakhir kali berangkat dari Felskeilo.
Bangsawan mengirim tentara pribadi mereka
untuk mempertahankan kota, healer Akademi serta apoteker bergabung bersama
pasukan utama dengan risiko mereka sendiri.
Kepala sekolah Akademi, Mai-Mai, direkrut
oleh para ksatria karena dia memiliki pengalaman. High Priest Skargo, meskipun
ditentang oleh sekitarnya, memilih untuk bergabung dengan adiknya ke garis
depan. Bos sebuah galangan kapal besar, Kartatz, telah membangun barikade dan
kamp darurat tetapi juga membawa gadanya.
“....Kenapa kalian berdua ada di sini?”
Mai-Mai bertanya.
“Hei, di saat-saat seperti inilah aku
harus menunjukkan barang-barangku,” jawab Kartatz.
"Hmph," kata Skargo. “Cedera
akan tetap terjadi, jadi penyembuh sangat penting.”
Staf dari Akademi, gereja, dan bengkel
semuanya berkumpul, benteng yang dibangun dengan tergesa-gesa itu sudah penuh
sesak.
"Sepertinya kita mendapatkan kembali
tim-A yang lama." Shining Saber, kapten ksatria yang memimpin prajurit dan
ksatria, memasuki tenda pusat yang penuh sesak dan melihat sekeliling. Dia
tersenyum canggung.
"Oh, kamu baru datang sekarang,
Kapten?"
“Seolah-olah aku akan membiarkan para
prajurit dan ksatria menjadi liar! Ngomong-ngomong, bagaimana situasinya?”
Tanda tanya melayang di sekitar Skargo,
Shining Saber menjawab komentar kosongnya dengan kejengkelan.
Komandan gerbang yang bertanggung jawab
atas zona ini bergegas untuk memberikan pembaruan.
Dia melaporkan kamp ini masih dalam
pembangunan, para petualang menggunakan familiar mereka untuk memastikan
kembali skala gerombolan monster. Shining Saber menginstruksikan para prajurit
bersamanya untuk membantu Kartatz dan lainnya, wakilnya memerintahkan para
ksatria untuk membantu pembangunan kamp atau mengirimkan perbekalan ke pasukan
utama.
Saat para prajurit dan ksatria pergi
dalam kelompok dua atau tiga orang, Shining Saber menghela nafas berat.
“Aku terlalu tua untuk ini....”
“Bukannya ini yang terbaik? kamu pasti
lelah dengan semua dokumen. Ini bahkan mungkin menjadi berkah
tersembunyi."
"....Diam."
Shining Saber tidak berusaha
menyembunyikan kekesalan atas komentar sinis yang dibuat oleh wakilnya.
“Kita tidak memiliki banyak tentara yang
tersisa untuk mempertahankan kota. Penjaga pribadi bangsawan masih ada, tapi mereka
rantai komando yang berbeda. Aku tidak tahu bagaimana kita harus menavigasi mereka.“
“Para petualang juga pergi. Ini bukan
waktu yang ideal.”
Keluhan terbang karena bawahan mereka
tidak dapat didengar. Saat keduanya mulai bersinggungan panjang tanpa harapan,
Mai-Mai dan Skargo bertukar senyum tegang.
Familiar penyihir mengkonfirmasi skala
keseluruhan pasukan musuh di sore hari. Monster dan binatang buas sedang menuju
ke perbatasan nasional. Ini termasuk predator seperti beruang bertanduk dan
mangsa seperti kelinci. Ditentukan beberapa metode buatan mungkin memaksa
makhluk untuk melawan naluri alami mereka. Karena tidak ada yang tahu apa yang
mungkin terjadi, larangan bepergian diberlakukan di seluruh ibu kota sebagai
tindakan pencegahan.
“Monster dan binatang beraksi
berkelompok? Apa ada monster raksasa yang terlihat sejak korban pertama?”
Shining Saber bertanya.
“Ada laporan tentang goblin yang
bercampur dengan serigala, beruang, dan kelinci, tapi tidak disebutkan apapun
yang berukuran besar,” jawab komandan kedua.
Penyihir mereka yang sangat penting telah
dikalahkan hanya setelah beberapa perjalanan pengintaian. Mengirim lebih banyak
lagi untuk mengumpulkan bukti akan bermasalah. Mai-Mai mengangkat tangannya
saat para ksatria bingung dengan dilema mereka.
"Kalau begitu, haruskah aku mengirim
roh?" dia bertanya.
Ini proposal dari seseorang yang setara
dengan Shining Saber. Menurut Cayna, Mai-Mai dibesarkan untuk menjadi spesialis
serangan sihir, jadi dia bisa menangani tugas ini tanpa masalah.
“Hmph. Aku tidak tahu kamu bisa
menggunakannya, Mai-Mai,” kata Skargo.
“Ayolah, Skargo. Jangan menganggap aku
hanya berspesialisasi dalam Flame Magic. Ibu mengajariku cara memanggil
beberapa roh.”
"Jadi begitu. Yah, itu melegakan. Aku
akan menyerahkan masalah ini kepadamu.”
Skargo mengangguk puas, tapi Mai-Mai
hanya dua detik dari membungkamnya ketika dia melihat awan gelap kecemasan
bergolak di belakangnya. Semua orang diam-diam mengira Skargo pantas
mendapatkannya.
Roh Angin Mai-Mai memastikan hanya
monster dan binatang buas yang membentuk kamp musuh, tapi sayangnya ia tidak
tahu ada monster raksasa di antara mereka. Juga, jumlah musuh hampir dua kali
lipat sejak laporan awal?
Butuh satu hari penuh untuk membentengi
gerbang barat ibu kota. Keesokan harinya, barikade didirikan jauh dari kota,
kamp pertahanan dasar dibangun untuk pelajar, priest, dan pasien. Relawan juga
menuju ke medan perang, jadi mereka yang diangkut ke sini termasuk korban yang
terluka parah dan tewas.
Selain itu, kontingen utama prajurit dan
ksatria dikerahkan ke garis depan, yang didirikan beberapa jam lagi. Sekelompok
tentara bayaran dan petualang terakhir bergabung dengan mereka, prajurit
pribadi bangsawan juga hadir. Namun, kelompok terakhir ini membuat para
petualang gelisah.
Untuk mencegah kebingungan dalam rantai
komando, setiap orang ditempatkan di bawah otoritas kapten ksatria. Namun, para
petualang memastikan mereka diizinkan melarikan diri jika nyawa mereka
terancam. Ini situasi di mana segala sesuatu bisa salah. Sementara itu, Skargo
dan Mai-Mai tetap berada di barisan belakang yang jelas membuat resah beberapa
orang.
Saat fajar menyingsing, aliran laporan
datang dari benteng mereka di luar kota. Semua kecuali laporan yang paling
mendesak ditangani oleh komandan kedua dan dikirim ke Kapten Shining Saber.
Dragoid telah memanggil Skargo serta Mai-Mai dan saat ini sedang berunding
dengan mereka. Sebagai seorang insinyur tempur, Kartatz sibuk membangun banyak
barikade.
Pertemuan tersebut membahas rumor seperti
transportasi yang terluka, pertolongan pertama, dan menggabungkan siswa yang
bisa menggunakan sihir.
“Pertama, barisan belakang kita akan
melakukan serangan pendahuluan pada monster sebelum mundur. Mengerti?"
“Ada banyak pemuda yang bersemangat, tapi
kita tidak bisa begitu saja melemparkan mereka ke dalam pertempuran. Ingatlah
hal ini.”
"Apa kamu berniat untuk bergabung ke
garis depan, Tuan Skargo?"
“Aku mungkin tidak bisa dibandingkan
dengan Ibu, tapi aku bisa memberikan sihir pertahanan pada pasukan kita.
Satu-satunya pilihanku yang lain adalah melayani sebagai tenaga medis, tapi
lebih baik tidak ada yang terluka.”
Kehadiran High Priest di garis depan bisa
meningkatkan semangat, tapi tidak diragukan lagi itu berbahaya. Tetap saja,
pukulan beruang bertanduk tidak bisa meninggalkan goresan pada kedua elf
bersaudara, keduanya di level 300.
Hanya Shining Saber yang mengetahui hal
ini, jadi semua orang memohon agar Skargo tetap tinggal. Lagi pula, setiap kali
High Priest berpidato di hadapan orang-orang, dia selalu memberi kesan, dia
orang yang berkilauan dan berbunga-bunga.
“Astaga. Aku berharap masa jabatanku tidak
termasuk perang habis-habisan....”
"Ayolah. Kedengarannya bukan seperti
Shining Saber yang kuat dan berani yang kukenal,” kata Mai-Mai.
“Ya, aku punya kekuatan tapi tidak
banyak. Aku sudah terbiasa memimpin pasukan setelah bertahun-tahun, tapi
bagaimana aku bisa tahu perang akan pecah? Kita harus pergi ke sana dan membunuh
monster-monster itu.”
“Ya, aku yakin kita bertiga bisa mengurus
mereka. Namun, melakukan hal itu akan merampas tujuan hidup para ksatria.”
Saat Skargo yang telah menugaskan healer
utama priest dan sister ke setiap unit, memberikan pendapat seriusnya, benteng
itu terdiam dengan suasana Tunggu, siapa
orang ini?
"Apa?! Kenapa kalian berdua diam?!”
"....Huh? Yah, kau tahu....”
"Ya, aku juga penasaran apa dia
benar-benar kakakku."
Ketika suasana hati Skargo tiba-tiba
anjlok dan dia mulai mundur ke pusaran kegelapan, keduanya menariknya kembali
dan meminta maaf: "Itu lelucon!" "Maaf soal itu." Skargo cemberut
—pemandangan langka yang bisa membuat para penggemar manapun melompat pada
kesempatan untuk menyaksikannya.
Ketegangan di kamp utama untuk sementara
terangkat, tapi pertanyaan Shining Saber berikutnya dengan cepat membekukannya
kembali.
“Cayna masih belum menjawab. Apa dia
menerima pesanku....?”
"Huh?"
"Apa?"
Skargo dan Mai-Mai menatap Shining Saber
dengan tatapan kosong, dia menjelaskan bagaimana dia mengirim Pesan Teman.
Pasangan yang terkejut itu lepas kendali.
“Ka-kamu meminta bantuan Ibu?!”
“Bagaimana kamu bisa....? Apa kamu mencoba
mengganggu keberadaan damai Ibu?!
“Um, dia seorang petualang. Apa salahnya
meminta bantuan?”
Kakak beradik dengan mother-complex bersama-sama menembak Shining Saber yang bingung
dengan tatapan yang bisa membunuh. Skargo khususnya memiliki kata menggigil
gemetar dan menggeliat di belakangnya. Dragoid itu praktis bisa merasakan
kebencian mengalir darinya.
Saat komandan kedua mendekati mereka, dia
memiringkan kepalanya ke atmosfir yang berbahaya tapi tetap melapor kepada
kapten.
“Garis depan telah melihat gerombolan
itu. Semuanya, tolong ambil posisi kalian. Selain itu, kami telah menerima
laporan aneh dari menara pengawas di tembok selatan kota.”
"'Aneh'? Apa yang aneh?”
“Kelihatannya seseorang atau sesuatu
sedang bertarung di hutan selatan.”
"Apa? Tunggu, tunggu. Bagaimana kamu
tahu seseorang bertarung di sana?”
Tembok selatan tidak memiliki gerbang, tapi
ladang di luar kota menghidupi orang miskin yang tinggal di sana. Daerah
sekitarnya tertutup pepohonan, jadi tidak mungkin untuk mengetahui situasi yang
terjadi di dalam hutan dari atas tembok kota.
“Mereka melaporkan lolongan dari hutan
dan menyaksikan beberapa sambaran petir yang tidak wajar.”
Ketiganya segera mengerutkan kening
mendengar berita itu dan saling melirik.
“Itu pasti Ibu, kan?”
“Ya, itu pasti Ibu.”
“Kenapa dia bertarung sendirian? Dia
bahkan tidak mampir....”
Mencengkeram kepalanya, Shining Saber
meninggalkan komandan kedua di belakang dan menyiapkan pasukannya. Skargo dan
Mai-Mai yang mengenal ibu mereka dengan baik, mengirimkan pemberitahuan untuk
menghindari selatan jika ada yang ingin menghindari garis serangan Cayna. Lagi
pula, orang hanya bisa menebak seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh
serangan sihir terkuat Cayna.
2 Comments
akhir ny ad update
ReplyDeleteAkhirnya nemu juga chapter 1 nya.. semoga setelah chapter 2 tetap update
ReplyDelete