Rabu, 18 Agustus. Tatsuya dan
kawan-kawannya tiba di pinggiran barat laut Bukhara pada malam hari setelah
mendapatkan [Kunci] Kuning di Chol Bakr.
Dua universitas dapat dilihat
dari mobil. Salah satunya adalah kampus Universitas Bioteknologi Negeri
Bukhara. Satunya lagi adalah kampus Universitas Sihir Federal IPU Uzbekistan,
yang dibuka setelah perang.
Universitas Hyderabad, tempat
Chandrasekhar memegang posisi pengajar merupakan universitas umum yang memiliki
Departemen Teknik Sihir. Universitas Federal lebih mirip dengan universitas
Sihir, di mana fokusnya membina para penyihir. Meskipun Universitas Hyderabad
adalah institusi terkemuka untuk penelitian sihir di Federasi Indo-Persia,
Institusi Federal adalah institusi yang menghasilkan penyihir paling banyak
untuk pemerintah federal.
IPU dibentuk sebagai negara
federal segera setelah perang, didorong oleh kebutuhan mendesak untuk menantang
pemain seperti Uni Soviet Baru dan Great Asian Union. Penggabungan tersebut
dipimpin oleh Iran, yang berganti nama Persia setelah menjadi pusat kekuatan di
Asia Barat selama perang dan India kekuatan besar di Asia Selatan. Dengan begitu,
nama mereka mencerminkan nama negara saat ini.
Karena keadaan asal-usulnya,
terjadi perebutan dominasi internal yang berkelanjutan antara fraksi India dan
Persia di dalam IPU. Fraksi Persia tidak menghargai konsentrasi talenta di
Universitas Hyderabad yang terletak di bekas India. Fraksi India juga tidak
menyukai gagasan fraksi saingannya mencoba melemahkan pengaruhnya. Ini adalah
konteks di mana Universitas Sihir Federal IPU didirikan di setiap negara yang
membentuk federasi.
Tujuan Tatsuya dan kelompoknya
adalah menyelinap ke kampus Universitas Sihir Federal untuk mendapatkan artefak
apapun dari Shambhala, atau setidaknya petunjuk untuk itu. Meski begitu, mereka
tidak memiliki bukti konklusif mengenai benda yang mereka cari dapat ditemukan
di sini. Tempat ini muncul dari dugaan belaka, berdasarkan bukti yang terlalu
sedikit. Mereka lebih suka mengumpulkan lebih banyak bahan untuk melengkapi
teori mereka, kemudian membuat persiapan penuh untuk penyusupan.
Alasan mereka tidak melakukannya
karena mereka sedang terburu-buru. Pagi ini, saat mengumpulkan informasi
penting untuk merencanakan penyusupan mendatang mereka dengan Miyuki dan Lina,
Tatsuya menerima panggilan telepon dari Fujibayashi yang tetap berada di
Jepang, mendesaknya untuk kembali.
Setengah bulan sudah berlalu
sejak dia berangkat dari Jepang dengan dalih menghadiri upacara penandatanganan
antara Magian Society dan FEHR. Meskipun ada kekhawatiran studi Tatsuya dan
Miyuki, kedudukan sosial mereka saat ini di Komunitas Sihir Jepang tidak
memungkinkan mereka berdua jauh dari Jepang untuk waktu yang lama. Tatsuya juga
memiliki posisinya sebagai pencegah militer, ia tidak ingin mencari
ketidaksenangan dari tokoh-tokoh berpengaruh tertentu di belakang layar.
Tatsuya sendiri merasa sadar
diri, dia telah memperpanjang batas tinggalnya di negara asing selama beberapa
waktu. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk bergerak malam ini, meskipun itu
berarti mengambil risiko.
"Hyougo-san. Jika ada
tanda-tanda bahaya, tolong jangan khawatirkan kami dan pergilah sendiri."
"Mengerti, Tuan. Jika itu
yang terjadi, saya akan menunggu di titik yang telah disepakati. Tatsuya-sama,
Miyuki-sama, Rina-ojou-sama, harap berhati-hati."
Setelah diantar oleh Hyougo dari
dalam mobil, mereka bertiga menuju Universitas Sihir Federal.
◇ ◇
◇
Masuk ke halaman universitas
bukanlah tugas yang menakutkan bagi mereka bertiga. Tatsuya dan kawan-kawannya
dapat memasuki area tanpa kesulitan, terlepas dari perangkat keamanan yang ada
untuk menangani penggunaan sihir. Sudah lama Tatsuya unggul dalam menggunakan
sihir tanpa terdeteksi, lalu setelah Miyuki melepaskan segel Tatsuya, dia
mendapatkan kembali banyak kendali atas sihirnya dan tidak lagi memancarkan
gelombang psion yang berlebih. [Parade] Lina juga terbukti mengoperasikan sihir
di bawah sensor. Padahal sensor yang dipasang di fasilitas ini jauh lebih
sensitif dibanding yang dipasang di tempat-tempat seperti fasilitas militer,
ketiganya lolos tanpa terdeteksi.
─Namun.
"Kita sedang diawasi."
Tatsuya bergumam dengan nada
pelan sesaat setelah mengeluarkan tiga [Kunci] dari kantong pinggangnya untuk
memeriksa reaksi dari reruntuhan. Tampaknya itu lebih seperti soliloquy dari pihaknya, tapi itu jelas
dimaksudkan untuk didengar oleh Miyuki dan Lina.
(Soliloquy:
Percakapan seoramg diri)
Miyuki tanpa kata-kata
mempersiapkan diri, sedangkan Lina bertanya, menjaga suaranya tetap rendah,
"Di mana?" sambil mengamati daerah sekitar dengan cepat.
"Di sana."
Tanpa menggerakkan tangannya,
Tatsuya menjawab Lina dengan melirik ke arah target.
Di ujung tatapannya ada atap
gedung sekolah berlantai tiga.
"Haruskah kita pergi ke
sana?"
"Tidak."
Miyuki bertanya apa mereka akan
mencoba melakukan kontak dengan para penjaga, yang ditolak Tatsuya tanpa
isyarat.
"Mereka bereaksi ke lokasi
yang berbeda."
"Mereka" adalah [Kunci]
Putih, Biru, dan Kuning. Dia sebelumnya berharap hanya Kunci Putih yang akan
menunjukkan respon di lokasi ini. Ternyata, ketiga [Kunci] menunjukkan reaksi
yang kuat.
Karena mereka tidak menunjukkan
reaksi semacam ini ketika berada di luar tembok yang mengelilingi bangunan,
pasti ada semacam sistem di universitas ini yang bekerja dalam kaitannya dengan
[Kunci]. Mungkin semacam penghalang.
Apakah itu dipasang di tembok
atau di tanah tidaklah jelas. Masih dapat diasumsikan pembangunan gedung
Universitas Sihir di tanah ini mungkin bukan suatu kebetulan. Baik itu
pemerintah, pejabat, pegawai sekolah, atau pemilik tanah setempat, terlepas
dari siapa yang memengaruhi keputusan untuk membangun gedung sekolah, mereka pasti
tahu tentang relik magis kuno pada umumnya, bukan hanya tentang [Kunci].
Mengingat pengalamannya baru-baru
ini di Bukhara, jika ada relik atau artefak, mereka pasti akan ditemukan jauh
di bawah tanah, tanggapan [Kunci] di tangan Tatsuya sepertinya setuju dengan
penilaian itu.
Sekarang, apakah mereka
meletakkan gedung sekolah di atasnya untuk menyembunyikan artefak? Atau mungkin
untuk membuat wadah di mana orang-orang muda dengan kualitas magis yang tinggi
dapat berkumpul untuk melengkapi relik dengan Psion dan Pushion?
Terlepas dari itu, Tatsuya
memutuskan relik (atau artefak) adalah prioritas di atas para pengamat, jadi
mereka menuju gedung yang seharusnya menjadi gudang.
Sayangnya, tampaknya para
pengamat tidak berniat membiarkan mereka lewat begitu saja.
Universitas tiba-tiba menghilang
dari pandangan mereka bertiga.
Langit malam cerah. Bulan terlihat
hampir penuh di cakrawala, Cahaya bulan memandikan gurun pasir putih yang
terbentang di hadapan Tatsuya dan lainnya.
"Tatsuya-sama?"
"Ini ilusi yang cukup kuat.
Menggunakan sistem yang rumit untuk melakukan boot."
Tatsuya mengayunkan tangan
kanannya ke udara, seolah-olah dia sedang membersihkan kepulan asap.
Pandangan universitas dibawa
kembali pada saat yang sama.
Namun, sedetik kemudian,
pemandangan itu sekali lagi digantikan oleh pemandangan malam gurun putih.
"Seperti yang
kupikirkan."
Tatsuya mengangguk ringan
mengerti.
"....Apa ini mungkin
menggunakan prinsip yang sama dengan Phalanx?"
"Senang kau mengerti
itu."
Ekspresi wajah Tatsuya tidak berubah
saat dia membalas Miyuki, tapi sedikit perubahan dalam suaranya menunjukkan dia
benar-benar terkesan dengan kecerdasan Miyuki.
"Lalu, dalam hal ini, apa
mereka memiliki ilusi berikutnya yang siap siaga, dengan asumsi ilusi ini
terhapus?"
"Meskipun itu tidak
dilakukan oleh satu penyihir. Setidaknya ada tiga orang atau lebih yang
berkoordinasi satu sama lain di sini."
Tatsuya mengakui dugaan Lina
dengan melengkapinya, lalu sekali lagi menepis ilusi tersebut.
Sekali lagi, dalam rentang waktu
yang singkat, pola kejadian yang sama terulang kembali.
"Lebih cepat dan pasti
menyingkirkan semua perapal sihir...."
Tatsuya bergumam dengan nada suara
yang tidak memihak.
"Tatsuya-sama. Aku minta
maaf jika ini terlihat lancang, tapi...."
"Aku tahu. Aku tidak akan
membunuh mereka."
Keduanya tidak menolak pembunuhan
dalam konteks ini karena rasa bersalah. Juga bukan karena takut berkonflik
dengan otoritas kehakiman negara. Sebaliknya, ada kekhawatiran mereka mungkin
membutuhkan kerja sama dari "musuh" hari ini di kemudian hari.
Mereka saat ini belum siap dan
sangat kekurangan informasi. Ini menjadi keputusan yang sangat tidak
bertanggung jawab, Tatsuya tidak mau melakukannya. Biasanya, dia lebih suka
melakukan penyelidikan menyeluruh dan mempersempit lokasi survei, tetapi
kendala waktu membuat hal ini tidak mungkin dilakukan.
Tanpa penelitian pendahuluan yang
diperlukan, pilihan tersisa hanyalah mengumpulkan informasi di tempat. Untuk
mendapatkan informasi tersebut, yang mencakup dengan tepat apa yang musuh ingin
rahasiakan, mereka mungkin harus bergerak untuk memacu segala sesuatunya
menjadi bergerak.
Sayangnya, mengingat banyak
faktor yang berperan, tidak ada cara pasti untuk menangani situasi yang ada.
"Ini agak merepotkan, tapi
mari kita coba kontes gesekan."
Tatsuya bergumam pada dirinya
sendiri, tidak terlalu menanggapi Miyuki.
Disaat yang sama suasana hatinya
berubah. Wajahnya sebelumnya telah mencerminkan pikirannya, menguatkan diri
untuk setiap pertempuran yang mungkin datang, sekarang telah melangkah lebih
jauh; Dia sedang dalam pertempuran, ekspresinya menunjukkan itu.
Ilusi lenyap, realitas mengambil
alih. Tidak ada tangan yang melambai darinya, tidak ada satu jari pun yang
bergerak. Tidak ada cahaya psion. Dari semua penampilan, dia hanya berdiri di
sana.
Seperti sebelumnya, ilusi
mengambil alih segera setelah itu.
Lebih cepat itu kembali, lebih
cepat lanskap palsu dihapuskan.
Situasi terus berlanjut.
Lapisan ilusi baru menutupi
realitas, dan realitas muncul saat ilusi tersapu. Siklus berlanjut selama
beberapa detik.
Miyuki merasa pusing, matanya
berputar-putar saat setiap skenario berlangsung, berulang kali saat pertempuran
berlangsung. Lina merasa mual, seperti mabuk laut yang parah.
Melupakan risikonya, keduanya
menutup mata. Kalau tidak, serangan visual itu tidak akan tertahankan. Dengan
menutup mata, mereka tidak bisa merasakan apa-apa. Sepertinya ilusi ini
bertindak atas tindakan melihat.
Malam yang tenang kembali begitu
mereka memejamkan mata.
Itu membuat sulit untuk
membayangkan pertempuran sihir yang sengit terjadi di dekatnya.
Sebagian karena Tatsuya memainkan
perannya dalam konflik dengan kesunyian dan keseriusan.
"─Sekarang tidak masalah
untuk membuka matamu. Tidak ada tanda-tanda sihir baru diaktifkan. Tidak ada
tanda-tanda permusuhan juga."
Suara tenang Tatsuya mencapai
telinga Miyuki dan Lina setelah "malam yang sunyi" berubah selama
puluhan detik, menit, atau bahkan berjam-jam.
Tidak ada tanda-tanda intensitas
pertarungan, tidak ada kegembiraan, hanya nada suara yang tenang.
Miyuki langsung membuka matanya
dan Lina melakukannya dengan ketakutan.
Pemandangan yang terbentang di
depan mata mereka adalah cahaya bulan purnama yang menerangi tidak lain dari
universitas tempat mereka berada. Meskipun berasal dari negara lain, ada rasa
nyaman dan keakraban tertentu. Mungkin karena itu universitas pertama dan terkemuka
yang memiliki suasana sama, walaupun melampaui batas negara. Atau mungkin
karena ini "Universitas Sihir".
"Bagaimana perasaan kalian
berdua?"
"Aku baik-baik saja."
Miyuki tidak terdengar memasang
wajah pemberani.
"Aku juga baik-baik
saja."
Lina masih agak pucat, tapi dia
tampaknya tidak terlalu terpukul untuk meminta istirahat.
Menilai tidak ada masalah,
Tatsuya melanjutkan kemajuannya menuju ─ setidaknya dia meyakini sebagai ─
sebuah gudang.
Wajar saja mengingat jamnya,
gedung itu dikunci. Pada pandangan pertama, itu terlihat seperti kunci silinder
sederhana, tetapi setelah dianalisis lebih dekat dengan Elemental Sight,
terungkap itu menggunakan kombinasi mekanisme penguncian biometrik dan mekanis.
Ini memiliki sistem keamanan bawaan, jika dibuka dengan cara apapun selain
kunci, akan membunyikan alarm, lalu jika perangkat keamanan dilemahkan, itu
juga memberi tahu pemilik tentang ketidaknormalan.
Menghadapi tantangan ini, Tatsuya
memutuskan untuk menghancurkan seluruh pintu. Sistem keamanan disambungkan ke
sekeliling pintu, bukan ke pintu itu sendiri. Dia menguraikan sebagian besar
pintu menjadi debu, menyisakan 10 sentimeter dari bagian luar.
"Aku masih tidak bisa
melupakan betapa busuknya sihirmu ini, Tatsuya."
Lina menggerutu pada Tatsuya, setelah
hal yang sama berlanjut, Tatsuya memimpin mereka melalui lubang yang dia buat
dengan [Dekomposisi] kemudian mengembalikan debu kembali ke pintu dengan
[Regrowth], meninggalkan semuanya tanpa jejak. Tentu saja, Lina tidak
bersungguh-sungguh, tetapi memang benar dia merasa iri.
"Lina."
Miyuki memanggil dengan suara
rendah untuk mengingatkannya agar tidak membuat keributan yang tidak perlu.
"Jangan khawatir tentang
itu."
Tatsuya melindungi Lina untuk
beberapa alasan. Mereka segera mengerti mengapa.
Bangunan itu sudah pasti sebuah
gudang, dengan kontainer berjejer yang tersusun rapi di rak-rak tinggi, siap
untuk dipindahkan keluar masuk dengan forklift.
(Forklift:
mesin pengangkut barang)
"Haruskah kami menganggap
fakta kamu tidak menyerang kami sebagai tanda kamu terbuka untuk
negosiasi?"
Tatsuya bertanya dalam bahasa
Uzbekistan ke sisi lain rak.
"Itu niat kami."
Jawaban kembali dalam bahasa
Jepang yang fasih, tidak diragukan lagi jauh lebih baik daripada bahasa Uzbekistan
Tatsuya.
"Lalu bagaimana kalau kita
mulai dengan kamu menunjukkan dirimu?"
Tatsuya tidak bersikeras dan
beralih ke bahasa Jepang saat dia memanggil mereka.
Tiba-tiba lampu di gudang
menyala; Miyuki dan Lina mengangkat tangan mereka untuk melindungi mata mereka,
Tatsuya hanya menyipitkan mata sedikit.
Dari bayang-bayang kontainer,
laki-laki yang ciri-cirinya merupakan perpaduan antara Asia Timur, khususnya
Mongolia dan Eropa Timur. Berjumlah delapan orang, usia mereka berkisar dari
dewasa hingga lanjut usia. Tidak ada yang khas dari pakaian mereka, setidaknya
tidak ada nuansa religius. Itu yang biasanya kamu lihat dikenakan orang-orang
di pusat kota Bukhara.
"Kami adalah [Penjaga
Warisan Leluhur (Guardians of the
Ancestral Legacy)]."
Pria berambut abu-abu yang tertua
dari kelompok delapan pria, mengidentifikasi diri mereka seperti itu.
"Karena kamu menjawab dalam
bahasa Jepang, kurasa kamu tahu siapa kami, bukan?"
Tatsuya menjawab, menyiratkan
tidak perlu memperkenalkan dirinya.
"Kami memang tahu. Kamu pengunjung
dari Jepang."
Mungkin ada larangan agama untuk
memanggil orang dengan nama depannya atau mungkin itu hanya tradisi.
Itu sedikit merugikan, Tatsuya
memutuskan untuk melanjutkan percakapan seperti itu. Kebetulan, Tatsuya memilih
bahasa yang cukup sopan semata-mata sebagai kesopanan minimal kepada orang
yang, meskipun menyerangnya tiba-tiba, tidak ada salahnya dilakukan, terutama
karena mereka masuk ke wilayahnya tanpa izin.
"Jika kamu tidak keberatan aku
bertanya. [Warisan] yang kamu sebutkan adalah milikmu, apa itu terkait dengan
Shambhala?"
"Apa pengunjung kami percaya
pada legenda Shambhala?"
"Kami datang ke sini
sebagian untuk mencari tahu sendiri."
Pria tua itu dan rekan-rekannya
saling memandang. Mereka tampaknya tidak bertukar kata, tetapi mereka sepertinya
tidak kesulitan berkomunikasi satu sama lain.
"Seperti yang dikatakan
pengunjung kami, Warisan yang kami jaga adalah harta terpendam Shambala."
Pria tua itu menjawab lebih jujur
dari yang diharapkan Tatsuya.
"Sekarang jika aku boleh
mengambil giliran untuk bertanya. Apakah tamu kami yang terhormat sedang
mencari warisan Shambhala?"
"Kamu benar."
"Bolehkah aku bertanya apa
tujuannya?"
Pria tua itu khususnya tidak
menatap Tatsuya dengan tajam, tidak seperti teman-temannya yang mengunci
tatapan tajam padanya.
"Untuk saat ini, seperti
yang sudah dikatakan. Aku datang mencari reruntuhan dan jika mungkin, relik
Shambhala."
Sedikit permusuhan muncul di
antara yang paling dekat dengan masa jayanya di kelompok pria tua itu.
Pria tua itu mengangkat satu tangan
untuk mengekang mereka.
"....Mari kita ubah
pertanyaannya. Apa tujuan pengunjung kita yang terhormat setelah mendapatkan
warisan Shambhala?"
Ketenangan pria tua itu tetap
tidak terganggu.
"Aku belum tahu, aku bisa
mendapatkannya."
Sikap Tatsuya tetap sama sejak
awal. Dalam cahaya yang menguntungkan, dia tenang dan percaya diri. Sombong dan
kurang ajar, bagi sebagian orang.
"Boleh aku bertanya maksudmu?"
"Bahkan jika aku menemukan relik,
aku belum memutuskan mau menyimpannya atau tidak. Jika itu sesuatu yang tidak
berbahaya bagi masyarakat, aku akan membawanya."
"Jika itu berbahaya?"
"Aku akan
menyembunyikannya."
"....Menghancurkan atau
menyegelnya sepertinya tidak dipertimbangkan."
"Karena itu bukan sesuatu
yang bisa aku lakukan sendiri."
Kebingungan menyebar di antara
[Penjaga Warisan Leluhur].
"Keputusanku terbatas pada
itu berbahaya atau tidak. Aku tidak bisa seenaknya menghancurkan warisan
peradaban. Aku tidak punya hak seperti itu."
Tatsuya menjelaskan, tidak
menyembunyikan niatnya sendiri.
"Untuk menyegelnya, aku
tidak punya keahlian untuk melakukan itu."
"Jadi, aku bertanya kepadamu,
pengunjung yang terhormat .... Apa kamu berniat memikul seluruh tanggung jawab
atas keputusanmu sendirian?"
Pria tua itu menatap Tatsuya
dengan tatapan menilai.
Mungkin menilai kemanusiaannya
atau kemampuannya.
"Apa kamu mengacu pada
[Warisan] yang dinilai tidak berbahaya, tetapi akhirnya membahayakan
masyarakat?"
Pria tua itu tidak membuat
gerakan tertentu, tetapi ekspresinya adalah salah satu penegasan dan undangan
baginya untuk melanjutkan.
"Kalau begitu, aku akan
bertanggung jawab atas mereka yang melakukan perbuatan yang merugikan
masyarakat."
"....Jadi seseorang tidak
dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan orang lain?"
"Jika kita berbicara tentang
kemungkinan, kita juga harus mempertimbangkan kasus di mana warisan yang kita
anggap berbahaya sebenarnya adalah sesuatu yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Dengan logika yang sama, kita akan membatasi keputusan kita hanya
dengan rasa takut, "kemungkinan". Tidak ada yang bisa dilakukan jika
itu masalahnya. "
"...."
"Aku belum berniat menjadi
pertapa yang bijak."
"....Kami boleh meminta
waktu sebentar?"
Dengan itu, pria tua itu
membentuk lingkaran dengan rekannya [Penjaga Warisan Leluhur] dan mulai
berdiskusi di antara mereka sendiri.
Tatsuya, serta Miyuki dan Lina,
diam-diam menunggu kesimpulan mereka.
Argumen keras bisa didengar.
Cuplikan yang bocor bukan dalam bahasa Uzbekistan modern yang diketahui
Tatsuya. Juga bukan bahasa Hindi, Farsi, atau Inggris. Itu bahasa yang tidak ia
mengerti.
Diskusi mereka tidak memakan
waktu lama. Kemudian pria tua itu menoleh ke Tatsuya lagi dan membuka mulutnya.
"─Pengunjung yang terhormat,
kami tidak yakin apakah ini yang kamu cari, tetapi kami telah diberi tahu
warisan yang telah kami lindungi ada di sini."
Ungkapannya terdengar aneh.
"Kamu belum pernah
melihatnya dengan matamu sendiri?"
"Kami tidak pernah
memverifikasi sendiri."
"Tapi itu ada di sini, kan?"
"Ya, di sini."
Pria tua itu kemudian menunjuk ke
kakinya.
"Bawah tanah, huh?"
Dari nadanya, Tatsuya tidak
menganggap ini mengejutkan.
"Tapi bukannya itu digali
ketika mereka sedang membangun fondasi gedung sekolah?"
"Itu juga harapan kami,
ketika kami membujuk universitas untuk dibangun di situs ini."
Pria tua itu membalas dengan
sedih.
"Apa itu sangat dalam?"
Tatsuya bertanya, kali ini
terdengar sedikit terkejut. Di Mausoleum Samanid dia harus mencapai kedalaman
lebih dari 30 meter untuk mencapai Kunci, tidak biasa melihat fondasi yang
dalam, setidaknya mencapai kedalaman itu. Dengan pemancangan tiang pancang, di
mana tiang pancang yang sudah jadi ditancapkan ke tanah di tempat, ada risiko
sisa-sisa arkeologi mungkin telah hancur. Namun, jika itu kasus pengeboran di
tempat, di mana sebuah lubang dibor di lokasi bangunan dan tiang pancang
dibuat, tidak perlu khawatir akan kerusakan.
"Mereka tidak menggali
terlalu dalam selama konstruksi."
"Kurasa karena gempa bumi
tidak biasa terjadi di sekitar sini."
Tidak ada tanggapan verbal
terhadap poin Tatsuya. Hanya ada suasana sedih bersama di udara.
"....Karena kami sendiri
tidak bisa memastikan keberadaan warisan itu secara langsung, kami membuat
mereka membangun gudang ini sebagai pengganti tutup untuk mencegahnya dicuri.
Untuk saat ini kami sudah puas dengan itu."
"Dengan begitu, kamu
mengetahui lokasinya. Apa kamu tidak pernah berpikir untuk menggalinya sendiri,
selain bagian konstruksi universitas? Bahkan jika itu masalah keuangan, aku
yakin ada sejumlah alternatif."
"....Tentu saja, kami
memiliki kesempatan untuk sampai ke [Kubah]. Tapi, tanpa kunci, kami tidak bisa
masuk ke dalam. Jika aku tidak salah .... yang kamu miliki itu adalah [Kunci]."
"Maksudmu ini?"
Tatsuya membuka tangannya untuk
menunjukkan kepada pria tua itu tiga [Kunci] yang dia pegang di tangan kirinya
sampai sekarang.
"Ooh .... tepat sekali.
Bolehkah aku bertanya bagaimana pengunjung kami yang terhormat bisa menemukan [Kunci
Bulan] yang hilang?"
"Kunci Bulan? Apa itu?"
Dia samar-samar tahu dari tatapan
pria tua itu, tapi Tatsuya bertanya, hanya untuk memastikan.
"Permisi. Aku mengacu pada
batu putih di antara [Kunci] yang kamu pegang."
"Kurasa yang lain juga punya
nama...."
"Yang kuning disebut [Kunci
Matahari], yang biru disebut [Kunci Langit]."
"Bulan, Matahari, dan
Langit, huh. Jadi ketiganya sebenarnya adalah kunci dari relik itu
sendiri?"
Meskipun dikatakan dengan nada
impersonal, Tatsuya tersenyum masam pada kebetulan ini, "Aku tidak pernah
menduga ini benar-benar kunci."
"Menurut tradisi yang
diturunkan dari nenek moyang kami, pintu ke [Kubah] tidak dapat dibuka tanpa
ketiganya, [Kunci] Matahari, Bulan dan Langit. Tapi sudah lama dipercaya [Kunci
Bulan] telah hilang."
"Untuk waktu yang
lama?"
"Sejauh apa yang telah
diwariskan, lebih dari seribu tahun .... mungkin hilang selama [Kubah] ditutup.
Mungkin disembunyikan, agar [Warisan] tidak jatuh ke tangan siapa pun."
"Maka tidak akan ada gunanya
memiliki [Kunci]."
Pria tua itu menjatuhkan
pandangannya yang telah tertuju pada Tatsuya. Rasanya kata-kata Tatsuya tidak
menyakitinya. Mata pria tua itu terlihat menatap ke suatu tempat yang jauh.
"....Cobaan Māyā diberikan
kepada siapa pun yang memegang [Kunci] [Matahari], [Bulan] dan [Langit]."
"Māyā? Maksudmu kekuatan
yang diperintahkan dewa-dewa Hindu untuk menciptakan ilusi? Cobaan maksudmu
ilusi yang kau dirikan sebelumnya di Ismail Samani, Chol Bakr, dan
sebelumnya?"
"Hanya mereka yang mengatasi
cobaan yang harus ditunjukkan jalan menuju Warisan."
(Ilusi
(幻力) dengan
Māyā (マーヤー) sebagai
furigana.)
Pria tua itu tidak menjawab
pertanyaan, tetapi kalimat yang diberikannya pada akhirnya memenuhi tujuan yang
sama.
"Pengunjung dari Jepang yang
terhormat. Terima kasih, kami akhirnya dibebaskan dari tugas tanpa akhir
ini."
Rupanya pria tua dan rekannya
terbebani oleh peran mereka sebagai [Penjaga Warisan Leluhur].
Bahkan dengan kesadaran itu,
Tatsuya tidak menunjukkan simpati tertentu. Dia hanya menyuarakan "Aku
mengerti" dan mengalihkan perhatiannya ke lantai yang baru saja ditunjuk pria
tua itu.
"Tatsuya. Jadi, semua ilusi
itu merupakan ujian untuk hak mengakses [Warisan] ini?"
"Sepertinya begitu."
Dia menjawab pertanyaan Lina
sambil tetap menatap lantai, jauh di bawahnya.
"Jadi, kita lulus ujian,
kan?"
"Ya, kita
melakukannya."
Sekarang Miyuki yang berbicara
dengannya, Tatsuya meliriknya, tapi itu hanya untuk waktu yang singkat.
Perhatiannya segera kembali ke lantai, lalu ke [Kunci] di tangan kirinya.
"Ooh!"
Para [Penjaga] berseru dengan
campuran keterkejutan, antisipasi, dan kekaguman.
[Kunci] memancarkan cahaya redup yang
terlihat mata.
Salah satu dari mereka berlari ke
dinding dan mematikan lampu.
Cahaya dari [Kunci] menjadi
jelas.
Tatsuya kemudian mengambil
[Kompas] dari kantong pinggang dengan tangan kanannya dan meletakkannya di
tangan kirinya dengan [Kunci].
Cahaya yang sebelumnya bersinar
merata ke segala arah, kini miring.
Tatsuya bergerak ke arah itu;
maju, ke kirinya. Saat dia perlahan maju ke arah itu, kemiringannya secara
bertahap bergeser ke bawah.
Sampai pada titik tertentu, itu
menunjuk lurus ke bawah.
Berhenti di sana, Tatsuya
mengembalikan [Kunci] dan [Kompas] ke kantong pinggangnya.
"Apa itu ada?"
Lina yang tidak tahan menunggu Tatsuya,
bertanya hampir sampai meraihnya.
"Lina, tenanglah .... Tatsuya-sama,
apa kamu mau menggali di sana?"
Sama seperti Lina, Miyuki juga
kehilangan ketenangannya, meskipun itu tidak sepenuhnya di luar kemungkinannya,
Tatsuya orang yang akan menggali, mengingat bakatnya yang lebih baik.
Secara alami, itulah yang ingin
dilakukan oleh orang itu sendiri.
"Aku akan segera mulai. Aku
akan memanggil ketika menemukannya."
"Baik."
"Kami akan menunggu di
sini!"
Balasan Miyuki disertai dengan
teriakan Lina.
Tubuh Tatsuya tenggelam ke dalam tanah
di depan mata mereka.
Para penjaga membeku karena
takjub. Bahkan sulit untuk mengetahui apakah mereka masih bernapas. Mereka
tidak dapat mengalihkan pandangan dari sihir Tatsuya saat ia menguraikan
lantai, kemudian mulai menguraikan tanah di bawahnya.
"....Aku tidak pernah
berpikir, hari ketika aku bisa melihat Māyā Shiva dengan mata tuaku ini...."
Pria tua yang mewakili [Penjaga
Warisan Leluhur] berseru, diliputi emosi.
Kalimat yang dia ucapkan diputar
dalam bahasa mereka, jadi baik Miyuki maupun Lina tidak bisa mengerti apa yang
dia katakan. Satu-satunya kata yang bisa mereka ucapkan adalah "Shiva"
dan "Māyā".
"....Apa orang-orang ini
beragama Hindu?"
Lina berbisik kepada Miyuki
segera setelah pertanyaan itu muncul di kepalanya.
"Tatsuya-sama menyebutkan
[Māyā] adalah kekuatan para dewa Hindu, jadi kupikir pasti ada hubungannya,
bahkan jika mereka tidak secara spesifik beragama Hindu."
Mereka menjaga volume percakapan
tetap rendah, tetapi tidak terlalu banyak sehingga para Penjaga yang berdiri di
sekitarnya, tidak dapat mendengar mereka.
Setidaknya, pria tua yang mewakili
mereka bisa mengerti bahasa Jepang. Tapi jika yang lain bisa, mereka tidak
memberikan tanggapan apapun terhadap percakapan Lina dan Miyuki. Sihir Tatsuya
berada di garis depan perhatian mereka, bahkan jika mereka telah mendengar
Miyuki dan Lina, mereka tidak akan pernah menyadarinya.
Tatapan panas di mata mereka
mengatakan ini lebih dari sekadar kesempatan bagi mereka untuk mencapai [Kubah],
reruntuhan yang begitu lama tidak dapat mereka jangkau sendiri. Tapi ada
sesuatu yang religius, sampai pada titik fanatisme, dalam cara mereka menatap
Tatsuya dan lubang yang dia gali, kedua gadis itu takut untuk bertanya secara
langsung.
Tidak lama berlalu sampai Tatsuya
muncul dari lubang.
"Tatsuya, apa kamu
menemukannya!?"
Lina mengguncang Tatsuya untuk
mendapatkan jawaban, yang menggunakan sihir penerbangan untuk kembali ke
permukaan dari dasar lubang.
"Lina, tolong bersabar."
Miyuki menarik Lina, yang tidak
benar-benar "mengguncang" Tatsuya, tapi hanya meraihnya, menjauh
darinya dan berdiri di tempatnya, di depannya.
"Kamu tidak perlu
cemburu...."
"Aku tidak cemburu!"
Dalam gurauan itu, Lina
mengambilnya dengan wajah datar, mundur sambil berkata, "Oh,
menakutkan...."
Miyuki berdehem, sepertinya
mengingat kembali pengawasan dari pihak ketiga, yaitu [Penjaga Warisan Leluhur]
yang hadir, lalu mencoba awal yang baru.
"Tatsuya-sama, apa
penggaliannya berhasil?"
"Aku menemukan ruang batu
yang aku yakini sebagai tempat reruntuhan. Tinggi dan lebarnya sekitar tiga
meter."
"Itu kecil...."
Lina bergumam dengan campuran kekecewaan
dan keterkejutan.
"Apa yang ada di dalam
itulah yang penting."
Tatsuya menangkap gumaman ini dan
menyampaikan apa yang bisa dianggap sebagai penghiburan atau pengingat.
Tatsuya kemudian bergerak
menghadap tetua Penjaga sementara Lina menimpali, "Y-ya, kamu benar,"
seolah ingin menghibur dirinya sendiri.
"Aku akan memeriksanya
sendiri, apa kamu mau ikut? Aku percaya kamu setidaknya berhak untuk itu."
Mata pria tua itu melebar. Butuh
sedikit jeda dan kemudian dia menggelengkan kepalanya. Itu isyarat yang sesuai
dengan norma budaya yang digunakan Tatsuya dan teman-temannya.
"Kami tidak memiliki hak
untuk berhubungan dengan Warisan, kami adalah Penjaga namun kami telah
kehilangan [Kunci]. Kami mempercayakan warisan kepadamu, pembawa [Kunci] yang
dinubuatkan dan pembawa Māyā Shiva."
Ada apa dengan Māyā Shiva ini,
Tatsuya penasaran. Itu lebih merupakan pertanyaan retoris.
Di sebelahnya, Miyuki dan Lina
memiliki tatapan bertanya pada itu. Khususnya Lina, terlihat bersemangat untuk
menanyakannya.
"Aku mengerti. Kalau begitu,
aku akan menuruti kata-katamu."
Tapi dia tidak bertanya.
Meninggalkan sedikit peluang bagi Lina untuk bertanya. Sepertinya tidak ada
gunanya masuk terlalu dalam.
"Kalian berdua ikut,
kan?"
Tatsuya berbalik di tepi lubang
dan bertanya pada Miyuki serta Lina.
"Ya."
"Tentulah."
Mereka berdua menjawab secara
bersamaan
"Aku serahkan cahaya pada
kalian. Gunakan sihir penerbangan saat kalian mengejarku, bukan sihir perlambatan."
Dengan mengatakan itu, Tatsuya
mengaktifkan perangkat penerbangan yang dia gunakan ketika keluar dari lubang.
Kemudian melompat turun ke lubang
vertikal.
Kedua gadis juga mengaktifkan
sihir penerbangan, lalu mengikuti Tatsuya secara bergantian; pertama Miyuki, kemudian
Lina.
Tatsuya orang pertama yang tiba
di dasar lubang, diikuti oleh Miyuki dan terakhir, Lina. Itu tidak sempit
seperti yang akan dipercayai orang. Lubang yang dibersihkan Tatsuya cukup lebar
untuk mereka bertiga berdiri berdampingan.
Itu memanjang lebih dari lima
puluh meter, tanpa penerangan melalui sihir milik Miyuki, mereka bertiga akan
diselimuti kegelapan total.
"─Apakah ini
reruntuhannya?"
Lina menatap dinding batu datar
yang terbentang di depannya. Permukaan yang rata sempurna, tanpa satu distorsi
pun, halus seolah baru saja dipoles. Meskipun kamu tidak dapat mengesampingkan
kemungkinan itu alami, itu jauh lebih mungkin buatan manusia.
Hanya tiga lekukan melingkar dengan
ukuran yang kira-kira sama, terletak setinggi sekitar satu meter, menandai
permukaan yang rata sempurna. Begitu halus ketiga potongannya, diatur dalam
segitiga sama sisi, seolah-olah telah diukir menggunakan alat modern. Bahkan
jika permukaan dinding batu adalah produk dari erosi yang terjadi secara alami
atau proses yang mirip dengan pembelahan mineral skala besar, lekukan ini
sendiri jelas merupakan hasil pengerjaan.
"Aku tidak bisa bilang
dengan pasti ini situs Shambhala. Tapi di sinilah [Kunci] bereaksi."
"Tapi meskipun ini bukan
relik dari Shambala, bukannya ini menunjukkan - setidaknya ada .... sesuatu di
sana?"
"Itulah yang aku asumsikan."
Miyuki bertanya, berusaha
terdengar menyemangati, Tatsuya mengangguk seolah meyakinkannya, "Jangan
khawatir."
"Kalau begitu mari kita
lihat ke dalam. Rongga yang kamu sebutkan ada di sisi lain? Kamu menyebutkan
sebelumnya tentang ruang batu."
Lina menyenggol Tatsuya, bahkan
tidak berusaha menyembunyikan ketidaksabarannya.
"Tapi aku tidak bisa melihat
apa yang ada di dalamnya."
Tapi jawaban yang dia dapatkan
benar-benar tidak terduga, membuat Lina dan Miyuki melebarkan matanya karena
terkejut.
"Kamu tidak bisa?! Bahkan
dengan Elemental Sight?!"
Miyuki sangat terperangah, dia
pucat, semua darah terkuras dari wajahnya.
"Ada kepadatan tinggi dari
informasi yang sangat dikodekan berserakan di sekitar bagian dalam dinding. Karena
itu, aku tidak dapat membaca informasi dengan benar di ruang itu."
"Kedengarannya seperti kesepakatan
nyata bagiku!"
Lina memerah karena kegembiraan.
Tidak mungkin konsentrasi informasi yang cukup tinggi untuk memblokir akses
dalam dimensi informasi dapat terakumulasi dengan sendirinya. Tidak ada
keraguan dalam benak Lina sesuatu dari relik atau alam terletak di balik
dinding batu ini.
"Seberapa tebal dinding ini?
Bisakah [Molecular Divider] menembusnya?"
"Tenang, Lina, kita mungkin
bisa masuk tanpa harus merusaknya."
Tatsuya berkata begitu dan
mengeluarkan [Kunci] dari kantongnya.
Lina mengikuti Tatsuya dengan
tatapan ingin tahu, dia tidak sendiri; Miyuki juga memandang Tatsuya dengan
intensitas yang sama.
Tiga lekukan melingkar di dinding
disusun sebagai segitiga sama sisi yang menghadap ke atas.
Tatsuya memasukkan piringan batu
putih, [Kunci Bulan], ke bagian atas.
"Sepertinya pas...."
Lina bergumam dengan suara penuh
semangat.
Selanjutnya, dia memasukkan piringan
batu Biru [Kunci Langit] ke lubang kanan, kemudian piringan batu Kuning [Kunci
Matahari] ke lubang kiri.
Ketiganya pas dengan rapi. Ukuran [Kunci] dan dimensi lubang sangat cocok, sehingga [Kunci] tidak jatuh dari dinding bahkan saat dia melepaskan tangannya.
Segera setelah Tatsuya melepaskan
[Kunci Matahari] ketiga dan terakhir, getaran kecil mengalir di sepanjang
dinding batu.
Itu berlangsung kurang dari satu
detik.
Setelah berhenti, sebagian
dinding mulai bergerak.
Bagian dari dinding batu berukuran
tinggi sekitar dua meter dan lebar satu meter dari pusat tempat [Kunci]
dipasang, cukup besar untuk dilewati seseorang, bergerak ke dalam.
Secara bersamaan, ketiga [Kunci]
dikeluarkan dari dinding. Tatsuya dengan cepat menangkap mereka semua di udara.
Blok dinding batu berhenti
setelah bergerak ke dalam sekitar 30 sentimeter. Lalu meluncur ke kiri. Setelah
batu berhenti bergerak, ketiganya dihadapkan pada pintu masuk setinggi dua
meter dengan lebar delapan puluh sentimeter.
"Akan kupastikan aman. Tunggu
di sini."
Suara Tatsuya mengguncang Miyuki
dan Lina dari keterkejutan mereka.
"Tolong tunggu! Ini
berbahaya!"
Miyuki bergegas menghentikan
Tatsuya.
"Pegang ini, untuk
jaga-jaga."
Tatsuya berkata sambil
menyerahkan [Kunci] kepada Miyuki.
"Jika sesuatu terjadi,
gunakan itu untuk membuka 'pintu'."
Dihadapkan dengan ekspresi
khawatir Tatsuya, Miyuki tahu, seperti biasa, dia tidak bisa menghentikannya.
"Baiklah. Harap
berhati-hati."
Tatsuya melangkah ke ruang batu
tanpa sedikit pun keraguan. Bahkan setelah dia masuk, bagian dalam ruangan itu
masih gelap gulita. Mungkin dia memanfaatkan penglihatan melebihi apa yang bisa
dilihat oleh mata telanjang. Hanya suara samar langkah kaki yang terdengar dari
dalam.
Kira-kira tiga menit kemudian,
dia muncul dari ruang batu.
"Ada juga lubang kunci di
bagian belakang pintu. Sepertinya dirancang untuk dibuka dari dalam."
"Jadi tidak ada kemungkinan
kita terjebak di sana."
"Itu tidak masalah, bahkan
jika itu terjadi. Temboknya bisa [Didekomposisi] dari dalam. [Rekonstruksi]
juga bisa dilakukan setelahnya."
"Maka benar-benar tidak ada
yang perlu dikhawatirkan."
Kata-kata Tatsuya membuat Miyuki
lega.
"Kalau begitu, ayo masuk ke
dalam."
Desak Lina dengan tampang seperti
tidak sabar untuk melihat apa yang akan datang.
Mereka bertiga memasuki ruang
batu dengan urutan Tatsuya, lalu Lina, diikuti oleh Miyuki.
"Ngomong-ngomong, aku lupa
menyebutkan─"
Saat mereka semua memasuki ruang
batu, Tatsuya berbalik untuk mengingatkan mereka.
Seolah diberi isyarat, mereka
semua mendengar suara gesekan dari belakang Miyuki dan Lina.
Miyuki dan Lina berbalik pada
saat yang sama dengan panik.
Derit yang tidak menyenangkan merupakan
suara pintu batu dari ruangan yang menutup.
"Hei! T-Tunggu!"
Dalam tampilan kegelisahan, Lina
bergegas ke arah pintu. Kemungkinan dalam upaya untuk membuatnya keluar sebelum
ditutup. Atau mungkin dengan niat menghentikan batu besar yang merupakan pintu
dengan kekuatan tangannya?
Pintu ditutup cukup cepat. Jika
pintunya seberat kelihatannya, menutup dengan kecepatan seperti itu bisa
berakibat fatal jika seseorang terjepit di antara pintu dan dinding. Mereka
tidak memiliki pilihan untuk mengandalkan keberadaan mekanisme keamanan
hipotetis.
"Lina, tenang."
Tatsuya meraih lengan Lina untuk
menahannya sebagai reaksi alami.
"Aaah!"
Teriak Lina.
Pintu batu itu tertutup
sepenuhnya.
Penerangan yang diciptakan Miyuki
dengan sihir berada di luar ruang batu. Meninggalkan kedua gadis itu buta dalam
kegelapan total.
"A-a-apa yang akan kita lakukan sekarang! Aku tidak mau mati terperangkap di sini!"
"Tenang, santai."
"S-Sekarang aku harus menggunakan
[Molecular Divider] .... Ah!"
Jeritan terakhirnya merupakan
efek benturan di dahinya.
Atas kebaikan jentikkan jari
Tatsuya ke dahinya.
"Oww...."
"Aku menyuruhmu untuk
tenang, Miyuki, cahaya, tolong."
"B-Baik."
Miyuki juga kaget dengan
tertutupnya pintu, tapi dalam kasusnya, dia kehilangan waktu untuk
mengekspresikan kecemasannya karena keributan Lina.
Mengikuti permintaan Tatsuya,
bagian dalam ruangan batu dimandikan oleh cahaya yang baru dibuat.
Dia menatap Lina dengan ekspresi
putus asa di wajahnya.
"─Pintu itu tampaknya
ditutup ketika seseorang dengan [Kunci] masuk ke dalam ruang batu. Sepertinya
dibuat untuk bekerja seperti ini, jadi tidak perlu khawatir."
"Kenapa kamu tidak bilang
begitu dulu!"
Dengan mata berlinang air mata,
Lina memukul Tatsuya yang berdiri tak gentar.
Untuk sekali ini, Miyuki tidak
mengkritik rasa tidak hormat Lina (?) untuk Tatsuya.
"Salahku. Kamu takut?"
"S-Siapa? Aku? Aku sama
sekali tidak takut!"
"Aku hanya mengira kau tidak
akan takut dikurung di sini."
"Aku baru saja
memberitahumu, aku tidak takut!"
"....Baiklah, kalau begitu.
Mari kita berhenti di situ."
"Hei, apa maksudmu dengan
itu!"
"Lina, saatnya kamu tenang,
tolong Tatsuya-sama, jangan terlalu menggodanya."
Keduanya terlihat ingin
mengatakan sesuatu, tetapi keduanya tutup mulut. Mereka berdua tahu ini bukan
waktunya membuang-buang waktu untuk hal-hal seperti itu.
"Ngomong-ngomong,
Tatsuya-sama. Apa di belakang itu altar?"
Sudah jelas dengan melihatnya,
tapi Miyuki memintanya untuk mengubah topik pembicaraan.
Tepatnya, itu terlihat jelas
dengan melihat.
Apa yang ada di belakang ruang
batu jelas merupakan sebuah altar.
Di atas panggung setinggi sekitar
1,2 meter yang menonjol dari dinding terdapat mangkuk dan tongkat sihir.
Mangkuk itu memiliki diameter
sekitar 30 sentimeter. Itu transparan, mungkin terbuat dari kristal kuarsa
dengan kemurnian tinggi.
Tongkat itu berukuran panjang
sekitar 50 sentimeter. Jika menurut ukuran panjang, sebuah "tongkat (stick)" akan menjadi sebutan yang
lebih cocok, tetapi permata yang dipasang di ujung atas benar-benar
mengingatkan kita pada gambaran "tongkat sihir (wand)", meskipun itu masih kecil. Bahan pembuatnya tidak dapat
diidentifikasi. Tiangnya menyerupai kuningan, tetapi memiliki tekstur kayu saat
disentuh. Bola permata yang bulat sempurna, tidak terdistorsi, mungkin terbuat
dari kaca kuarsa. Itu mungkin kristal kuarsa yang ditempa, dibentuk oleh kuarsa
cair bermutu tinggi alami yang mengeras. Namun, itu memiliki struktur mikro
yang tidak diketahui, bahkan dengan penggunaan Elemental Sight Tatsuya tidak
mungkin untuk menilai materi sepenuhnya.
Pengamatan lain adalah panjang
tongkat 50cm dinilai oleh Elemental Sight. Hanya bagian atas tongkat yang
terlihat jelas, bagian bawahnya tertanam di altar.
"Ugh .... bagaimana kita
menariknya keluar? Sepertinya akan patah jika kita menariknya terlalu kuat...."
Miyuki bertukar tempat dengan
Lina dan meletakkan tangannya di tongkat.
"Sepertinya tidak keluar...."
Berbeda dengan Lina, Miyuki tidak
memaksa dan segera menarik tangannya dari tongkat.
"Aku menyerah. Tatsuya-sama,
bagaimana kamu mau menariknya keluar?"
Sikap santai Miyuki didasarkan
pada keyakinannya, Tatsuya mampu melakukannya. Sebenarnya, alasan dari semua perjuangan
ini hanya karena Lina telah mendorong Tatsuya saat dia berdiri di depan
tongkat, berkata "biarkan aku mencobanya."
"Seharusnya bekerja seperti
ini."
Kata Tatsuya, mencengkeram
tongkat dengan tangan kanannya dan mengulurkan tangan kirinya di atas mangkuk
kristal yang terpasang di altar.
Seolah mengisi cangkir dengan
sake, Tatsuya menuangkan psion dari tangan kirinya.
Mangkuk yang tadinya transparan
kini diselimuti cahaya warna-warni pelangi yang berkilauan.
Cahaya ini berpindah ke permata
tongkat setelah jeda singkat.
Saat cahaya menerpa permata itu,
hambatan tongkat ke alas menghilang.
"....Ini mekanisme yang
sangat sederhana."
"Ya, kurasa benar."
"Bahkan aku tahu figur gelas
piala digunakan sebagai simbol wadah kekuatan magis. Tapi siapa yang mengira
sesuatu yang tidak menyerupai gelas piala sebenarnya juga digunakan sebagai
alat untuk menuangkan psion?"
Lina tahu ia sudah kalah, itulah
sebabnya Lina menggumamkan alasannya pada dirinya sendiri.
Mangkuk di altar memang
menyerupai sejenis gelas piala: sakazuki berukuran besar yang dikenal banyak
orang Jepang, tapi itu penyimpangan.
"Aku ingin tahu apakah
tongkat ini Warisan Shambhala."
"Aku berani bertaruh itu
mungkin benar."
Kata Tatsuya lalu menoleh untuk
melihat dinding samping.
Berdampingan, Miyuki dan Lina
mendekatkan wajah mereka ke dinding.
"Sepertinya ada bagian di
mana panel batu dari bahan yang berbeda disatukan...."
"Ada cekungan halus di panel
.... sepertinya itu sangat cocok dengan permata di tongkat...."
"Sangat tanggap, Lina."
Tatsuya berkomentar dengan pujian
yang jujur, tidak ada sarkasme atau cemoohan.
"Ap-, Kenapa sekarang entah
dari mana?"
Lina lebih bingung daripada
senang.
"Aku sudah menyadari cekungan
dengan Elemental Sight, tapi untuk dicatat dengan mata telanjang .... aku
benar-benar takjub."
"Itu hanya kebetulan. Bukan
masalah besar."
Kegelisahan Lina sangat jelas,
mungkin tidak terbiasa dipuji oleh Tatsuya, dari semua orang.
"Panel itu .... sebuah tablet
batu yang merupakan sumber dari kepadatan informasi tinggi yang mencegah
pengamatan dari luar."
Lina memalingkan muka karena
malu, Miyuki yang menatapnya dengan sedikit iri, melihat lagi ke panel, atau
tablet batu yang dipasang di dinding.
"Ada enam tablet di
masing-masing dinding samping. Bahannya sepertinya sama dengan [Tablet
Guru]."
"Kamu benar .... ada lebih
dari satu."
Mendengar ucapan Tatsuya, mata
Lina beralih dari satu sisi ke sisi lain,
"Sama dengan tablet batu
itu...."
Miyuki menyentuh tablet batu
untuk memastikan rasanya.
"Jika cekungan di dalamnya
cocok dengan cekungan bola permata tongkat, maka kurasa begitulah
penggunaannya."
Mengatakan itu, Tatsuya menekan
permata tongkat itu ke cekungan tablet batu.
Itu dengan sendirinya tidak menyebabkan
sesuatu terjadi.
Tapi saat dia menuangkan psion
dari tangan kanannya yang memegang tongkat.
Sebuah dengungan, seolah-olah
ratusan suara berbicara pada saat yang sama, menyerang Miyuki dan Lina.
Terperangkap oleh kebisingan yang
ramai, baik Miyuki dan Lina menutupi telinga serta mata mereka sambil menundukkan
kepala mereka ke bawah. Namun, tindakan refleksif ini sama sekali tidak
menghalangi suara-suara itu. Setelah mencoba melindungi indra penglihatan dan
pendengaran fisik mereka, kedua gadis itu menyadari "suara" itu
bukanlah suara fisik.
Setelah mengetahui hal ini,
keduanya secara bersamaan mengaktifkan tindakan pertahanan masing-masing
terhadap serangan sihir mental.
Miyuki mengerahkan [Cocytus]
untuk menciptakan penghalang yang membekukan gelombang psikis apapun yang
mencoba untuk bersentuhan dengan kesadarannya. Lina menggunakan [Parade]
miliknya untuk mengatur lokasi pikirannya ke "di suatu tempat selain di
sini".
Setelah membebaskan diri dari
pengaruh gelombang pikiran yang bergerak cepat, mereka beralih untuk memeriksa
keamanan Tatsuya yang bersentuhan langsung dengan tablet batu yang tampaknya
menjadi sumber dari fenomena ini.
"Tatsuya-sama!?"
"Tatsuya, ada apa!?"
Mereka mengangkat suara dengan
cemas setelah menemukan kekhawatiran mereka tepat sasaran.
Ada sesuatu yang aneh tentang
Tatsuya. Dia berdiri diam seperti patung, tubuh dan ekspresinya membeku di
tempat. Matanya tidak fokus, seolah dia tertegun, menatap ke tak terbatas.
"Tatsuya-sama, kamu
baik-baik saja?"
"Miyuki!"
Lina menghentikan Miyuki yang
berlari dan mencoba meraih Tatsuya dengan menahannya dari belakang.
"Jangan gerakkan dia! Kurasa
Tatsuya mungkin sedang kerasukan."
"Kerasukan?"
"Ya. Aku punya rekan di
STARS bernama Alec, dia mewarisi kemampuan shaman,
ini sangat mirip dengan dia ketika kadang-kadang menunjukkan teknik kerasukan
roh. Alec bilang kepadaku kamu tidak boleh memindahkan shaman yang berkomunikasi dengan roh, yaitu dalam keadaan kerasukan.
Tatsuya sekarang terlihat seperti itu. Jadi, kupikir lebih baik tidak menyentuhnya."
"Tapi...."
"Tatsuya pasti baik-baik
saja apapun yang terjadi. Aku yakin kamu lebih tahu daripada aku, bukan?"
"....Ya, kamu benar. Aku
minta maaf karena bertindak di luar kendali. Terima kasih telah
menghentikanku."
Melihat Miyuki telah menenangkan diri,
Lina melepaskannya.
"Selain itu, jika reruntuhan
ini sangat berbahaya, tidak mungkin dia membawamu."
"Aku tahu. Aku juga tahu
Tatsuya-sama bukanlah tipe orang yang menempatkan dirinya dalam bahaya yang
tidak bisa dia tangani. Tidak apa-apa .... ya. Tentunya, tidak apa-apa."
Mengatakan ini, Miyuki
menggenggam kedua tangannya erat-erat di depan dadanya.
Seolah-olah dalam doa.
Tatsuya kembali sekitar empat
menit kemudian, atau tepatnya empat menit enam belas detik. Beberapa kedipan
dan dia segera kembali ke keadaan semula.
"Salahku. Aku akhirnya membuatmu
khawatir."
"Eh. Tidak .... tidak masalah."
Ketika Tatsuya datang untuk
meminta maaf, Miyuki dengan cepat mencoba memalsukannya.
"Kamu juga Lina, aku
menghargaimu karena telah menenangkan Miyuki."
"Tatsuya, kamu...."
"Tatsuya-sama, apa kamu
kebetulan sadar?"
"Aku bisa mendengar kalian
berdua. Tapi aku terlalu sibuk memproses informasi yang masuk sehingga aku
tidak punya banyak kesempatan untuk bicara."
"Astaga."
Miyuki menutupi wajahnya dengan
tangannya saat mendengar pengakuan Tatsuya. Dia berasumsi dengan mata terbuka,
Tatsuya tidak dapat melihat atau mendengar apapun yang sedang terjadi.
“....Aku telah menunjukkan diriku
yang memalukan.””
Suara itu terdengar menciut dari
bawah tangannya yang menutupi.
Dia tetap seperti itu selama
sekitar 30 detik.
"Terima kasih telah
mengkhawatirkanku."
Melihat rasa malunya telah mereda,
Tatsuya memanggil Miyuki yang dengan ragu-ragu menurunkan tangan yang menutupi
wajahnya, akhirnya membiarkan percakapan berlanjut.
"─Jadi, Tatsuya, apa yang
terjadi?"
Lina langsung mengejar, dia
berdiri di sana dengan ekspresi kosong sampai Miyuki keluar dari rasa malunya.
"Warisan Shambala adalah
pengetahuan."
"Pengetahuan!"
"Jadi panel itu benar-benar
[Tablet Guru]?"
Lina berteriak dengan kegembiraan
yang jelas, sedangkan Miyuki bertanya dengan campuran harapan dan perhatian
dalam suaranya.
Kekhawatiran di balik pertanyaan Miyuki
berasal dari kecurigaannya terhadap [Tablet Guru] dan caranya memasang sihir,
ini mungkin juga mencoba untuk menimpa Area Perhitungan Sihir atas
kebijaksanaannya sendiri.
"Kurasa bukan begitu.
Meskipun pasti berisi pengetahuan tentang sihir yang tidak diketahui, itu bukan
sesuatu yang memasang secara otomatis. Rasanya seperti kamus besar .... tidak,
seluruh informasi perpustakaan, mungkin sebanding dengan perpustakaan kecil
yang dijejalkan ke dalam satu tablet ini. Mungkin kita bisa menemukan sebanyak
itu di sebelas lainnya."
"Informasi yang sama?"
Untuk pertanyaan Lina, Tatsuya
menggelengkan kepalanya sebagai "Tidak."
"Saat ini hanya tebakan,
tapi menurutku masing-masing berisi jumlah informasi yang setara tentang
hal-hal yang berbeda."
"Dengan kata lain,
sepertinya ada dua belas perpustakaan yang menyimpan pengetahuan di sini?"
"Jika itu benar, maka ini
bisa menyaingi koleksi Universitas Sihir."
Menanggapi pertanyaan Miyuki,
Tatsuya mengangguk tegas sambil menambahkan spekulasi.
"Ini benar-benar perpustakaan
yang sangat besar...."
Jawaban Tatsuya menimbulkan
desahan keheranan dari mulut Miyuki. Dengan sendirinya, koleksi digital
Universitas Sihir tidak tertandingi oleh perpustakaan pada masa ketika buku
kertas menjadi norma.
"Apa kamu mendapatkan semua
pengetahuan perpustakaan itu hanya dalam beberapa menit tadi, Tatsuya?"
"Kurasa aku sudah
memikirkannya. Tapi ada terlalu banyak entri untuk kuingat."
"....Tidak diragukan lagi.
Kamu menjejalkan sebanyak itu ke dalam kepalamu sekaligus, kupikir kamu mungkin
memerlukan mesin pencari."
Lina menatap Tatsuya dengan
sedikit simpati.
"Aku akan meluangkan waktu
untuk menyelesaikannya. Ada beberapa informasi di antaranya yang tidak bisa aku
abaikan begitu saja."
"Apa ada sesuatu yang tidak
baik direkam di sana....?"
Miyuki melangkah lebih dekat ke
Tatsuya, menatapnya dengan ekspresi khawatir di wajahnya.
"Aku entah bagaimana
mengharapkan ini, tapi diantaranya, Warisan Shambala mengandung sihir yang
sangat berbahaya."
"....Sihir skala besar,
bahkan sebanding dengan Sihir Kelas Strategis, seperti yang kita duga?"
"Ya."
"Datanya ada di sini!?"
Lina bertanya dengan nada
mendesak dalam suaranya.
"Aku belum bisa bilang
dengan pasti. Aku hanya memastikan keberadaannya. Oleh karena itu, kita mungkin
harus memeriksa semua tablet."
"Aku mengerti, kamu ada
benarnya."
Miyuki setuju dengan pengertian
dan keengganan, karena itu tidak bisa dihindari. Untuk bagiannya, dia lebih
suka tidak melihat Tatsuya dalam keadaan sebelumnya lagi, tapi dia tidak setuju
jika Sihir Kelas Strategis dibiarkan begitu saja.
"Sebenarnya, aku baru
membaca sepersepuluh dari tablet itu. Kurasa butuh hampir sembilan jam penuh
untuk melihat-lihat kedua belas tablet batu. Mari kita kembali untuk saat ini
dan kembali lagi setelah kita membuat beberapa persiapan."
"Benar .... jika ada begitu
banyak informasi, bukannya lebih baik membaginya menjadi beberapa hari dan
membagi beban di antara kita?"
"Tidak."
Saat Miyuki menyarankan agar dia
juga bisa mengambil bagian dalam sesi membaca, Tatsuya menolak gagasan itu
dengan cara yang singkat dan lugas.
"Kita tidak punya
waktu."
Dia berhati-hati untuk
menambahkan segera setelah itu, untuk menghindari kesalahpahaman.
"Kita harus pulang besok,
bahkan jika kita harus meninggalkan pencarian yang belum selesai. Kita
beruntung menemukan reruntuhannya malam ini. Besok pagi kita akan mengambil
semua koleksi Warisan."
"Kamu benar."
Miyuki juga menyadari Fujibayashi
telah mendesak mereka untuk kembali ke negara asal. Dia dengan mudah mengerti
ini situasi di mana mereka harus memaksakan diri jika ingin berhasil.
"Kalau begitu, kupikir jika
kita membaginya di antara kita bertiga...."
"Sebaliknya, itu terlalu
tidak efisien. Aku hanya perlu air, tabung oksigen jika sudah tersedia dan aku
akan membaca sendiri."
"Kamu yakin bisa
mengatasinya? Kepalamu tidak akan meledak?"
Menggoda, tapi dengan perhatian,
tanya Lina.
Kedua tatapan mereka pada Tatsuya
menyampaikan pesan yang sama: "Jangan gegabah."
"Pikiran manusia tidak
begitu lemah."
Tatsuya bisa mengerti dari mana
mereka berasal, tapi dia tidak akan berubah pikiran.
◇ ◇ ◇
Sekarang sudah pukul 05.00 waktu
setempat. Miyuki dan Lina yang telah meninggalkan Universitas Sihir Federal
setelah berpisah dengan Tatsuya untuk sementara waktu, sekarang memasuki kampus
secara sah melalui gerbang utama. Salah satu [Penjaga Warisan Leluhur] yang
juga seorang juru tulis di universitas, membuka gerbang dan membiarkan mereka
lewat.
Dengan kecemasan yang terlihat
jelas di wajah Miyuki dan perhatian padanya dalam ekspresi Lina, mereka
bergegas ke gudang tempat reruntuhan dibangun di atasnya. Pada saat mereka
sampai di depan gedung, pintu terbuka dari dalam memperlihatkan Tatsuya.
"Tatsuya-sama, kamu
baik-baik saja!?"
Miyuki bergegas untuk melihat
lebih dekat ke Tatsuya. Sejauh yang dia tahu, dia hanya terlihat sedikit lelah.
"Apa kamu merasa tidak
nyaman? Apa ada kelelahan mental?"
"Kamu tidak perlu terlalu
khawatir. Tidak ada yang salah dengan pikiran atau tubuhku."
Senyum yang dia berikan
menunjukkan rasa nyaman. Tidak ada tanda-tanda dia memasang wajah sok kuat.
Mengkonfirmasi ini dari dekat,
Miyuki menepuk dadanya dengan lega.
"Tatsuya, apa itu?"
Melihat Miyuki sekarang sudah
tenang, Lina bertanya, ingin tahu apa yang terbungkus dalam bungkusan kain
panjang dan tipis yang Tatsuya pegang di tangan kanannya.
"Ini?"
Kata Tatsuya, membawa bungkusan
setinggi dada dan melepaskan sebagian dari kain itu untuk mengungkapkan apa
yang ada di dalamnya.
"Apa ini .... tongkat dari
reruntuhan?"
"Ya. Mereka bilang mereka
tidak keberatan jika aku membawanya pulang."
"Itu milikmu, kamu diakui
sebagai pewaris sah dari [Kubah]."
Kata-kata Tatsuya menggemakan
kalimat pria tua yang mewakili [Penjaga Warisan Leluhur].
"Pewaris yang sah....?"
"Kurasa itulah yang mereka
putuskan di antara mereka."
Lina bertanya dengan bingung, lalu
ditanggapi Tatsuya dengan senyum masam.
"Jika wali telah mengakui
kepemilikan sahmu, bukannya itu tidak masalah? Maka kamu dapat membawanya kembali
ke Jepang tanpa rasa takut."
"Kupikir itu masih termasuk
dalam definisi perampokan makam di bawah hukum IPU, meskipun...."
Ucapan kurang ajar Miyuki
menimbulkan tawa masam, tawa tidak begitu sarkastik dari Tatsuya.
"Tapi kamu masih mau
membawanya, kan?"
Ucap Lina dengan senyuman yang
masuk dalam kategori seringai.
"Aku akan berterima kasih
kepada mereka atas hadiahnya."
Bagi Tatsuya, pengakuannya atas
saran Lina cukup sesuai dengan sikap "kurang ajar".
"Bisa merepotkan jika tidak."
Dia menambahkan, kali ini dengan
nada yang menunjukkan dia tidak bercanda.
"....Apakah kekuatan tongkat
ini bisa berguna di luar reruntuhan?"
Pertanyaan Miyuki membuat
ekspresi Tatsuya berubah menjadi lebih serius.
"Aku bisa bilang dalam arti
tertentu, [Warisan Shambala] yang sangat diinginkan oleh mageist modern adalah
tongkat ini."
Tatsuya bilang dengan wajah
muram. Miyuki serta Lina juga menjadi muram dan menatap bungkusan kain yang
mengelilingi tongkat.
◇ ◇ ◇
Malam itu. Tatsuya tiba di
Bandara Internasional Bukhara, tidak tidur sedikitpun sejak kemarin.
Di ruang pribadi, awalnya
disediakan untuk staf bandara, di seberang Tatsuya di meja konferensi ada
Chandrasekhar yang terbang dari Hyderabad dalam waktu singkat. Dialah yang
mengatur ruangan ini untuk diskusi rahasia mereka.
"Sayangnya, kami belum
menemukan apapun yang dapat kami sebut sebagai reruntuhan Shambhala."
Mengatakan itu, Tatsuya
meletakkan dua tablet batu di atas meja.
"Ini adalah hasil temuan
arkeologi kami. Aku akan mempercayakannya kepadamu, Dokter."
"Di mana kamu menemukan
ini?"
"Di Mausoleum Ismail Samani
dan Pemakaman Chol Bakr. Artefak yang digali di Gunung Shasta memungkinkan kami
menemukan altar yang terkubur di dalam tanah."
"Gunung Shasta di Amerika
.... kukira kau tidak akan mau mempercayakan artefak ini pada kami."
"Kami berharap memiliki
kesempatan lain untuk mencari artefak. Ketika ada kesempatan, aku harap kamu
bisa menemani kami, Dokter."
"Ya, aku pasti menyukai
kesempatan itu .... tapi apa kamu yakin, aku dapat mengambil alih tablet batu
ini?"
"Aku hanya bisa bilang ini berisi
prasasti ritual yang sangat tua dari sistem Veda. Aku yakin kamu, Dokter, dapat
memberi tahu kami lebih banyak tentang itu."
"....Aku dengan senang hati
menerimanya. Aku akan menyimpannya sebagai bahan penelitian yang
berharga."
Melihat Chandrasekhar menarik
tablet batu lebih dekat, Tatsuya berdiri.
"Sekarang, permisi, Dokter. Aku
seharusnya berterima kasih atas keramahtamahanmu, tetapi sayangnya aku harus
segera kembali ke negaraku."
"Aku sangat memahami posisimu,
Mister. Kuyakin hal seperti itu tidak dapat dihindari."
Sesaat kemudian, Chandrasekhar
juga berdiri.
"Dokter. Terima kasih banyak
atas bantuanmu. Jika ada yang bisa aku lakukan untukmu di masa mendatang,
jangan ragu untuk bertanya dan aku akan melakukan yang terbaik untuk membantumu."
"Namun, aku berterima kasih
banyak atas waktu indah yang kamu habiskan bersama kami."
Tatsuya berjabat tangan dengan
Chandrasekhar sebagai perpisahan.
Sepanjang pertemuan,
Chandrasekhar tidak menunjukkan tanda-tanda meragukan "kami belum
menemukan reruntuhan Shambhala" dari Tatsuya.
◇ ◇ ◇
Tatsuya memanggil jet pribadinya
untuk perjalanan pulang. Itu airframe
pesawat supersonik kecil dengan kontrol inersia dan sihir manipulasi aliran
udara yang terpasang di dalamnya. Tetapi setiap pesawat pribadi, apapun
jenisnya, pasti harus menjalani pemeriksaan keberangkatan.
"Aku terkejut mereka tidak
menemukan tongkat itu."
Komentar Lina kepada Miyuki di
sampingnya segera setelah mereka naik ke kabin dan duduk di kursi mereka. Dia
tidak melihat ke arah Miyuki, tapi ke kopernya.
Tongkat sepanjang 50 sentimeter
yang mereka ambil dari reruntuhan Shambala memiliki ukuran yang pas untuk
dimasukkan ke dalam koper besar, Miyuki dengan pemahaman "pemeriksaan
barang bawaan wanita cenderung lebih lunak," menyelipkan tongkat itu ke
dalam kopernya sendiri.
Tak perlu dikatakan, pemeriksaan bea
cukai pada dasarnya tidak begitu lunak. Terlebih lagi, bagi Tatsuya dan siapa
pun yang bersamanya, mereka diam-diam diawasi. Para pejabat telah
diinstruksikan untuk memeriksa secara menyeluruh setiap artefak yang mungkin
dicoba untuk dibawa ke luar negeri. Tidak banyak keraguan dalam sikap
Chandrasekhar, tetapi dalam benaknya, dia pasti menyimpan keraguan alami.
Meskipun begitu, pada akhirnya,
tongkat yang disimpan di dalam koper luput dari perhatian baik di bawah sinar-X
atau detektor logam. Selama tongkat tidak menunjukkan apa-apa di detektor,
petugas bea cukai tidak dapat membuat panggilan terhadap Miyuki, meskipun bukan
orang biasa, tapi masih warga sipil.
Bahkan jika mereka dapat meminta
Miyuki untuk membuka kopernya dan menunjukkan isinya, petugas bea cukai terlalu
ragu untuk memasukkan tangan mereka ke dalam kopernya dan mengobrak-abriknya,
seperti yang akan mereka lakukan terhadap warga sipil tanpa nama.
Itu juga bisa dimengerti. Mereka
berurusan dengan keluarga raja iblis zaman modern, seorang penyihir yang dapat
bertahan dalam perang melawan negara adidaya militer. Juga bukan keluarga
belaka; tapi tunangan tercintanya. Petugas yang ada di sana hanya menjalankan
tugasnya sebagai pelayan masyarakat, bahkan jika dia benar-benar ingin
membiarkannya berlalu tanpa harus menghadapinya. Mereka tidak ingin mengambil
risiko menyinggung pihak lain dengan melakukan sesuatu yang lebih dari protokol
yang ditetapkan.
Lina bisa bersimpati dengan
petugas bea cukai. Itulah sebabnya dia penasaran tentang fakta tongkat itu tidak
tertangkap oleh benda yang terlihat seperti peralatan inspeksi canggih.
"Tongkat itu seharusnya
tidak ada kecuali kamu melihatnya secara langsung."
Kata Tatsuya, dengan penutup mata
dan bersiap untuk tidur siang lebih awal yang datang untuk menjawab pertanyaan
Lina.
"....Seharusnya tidak
ada?"
"Jika kamu mengambil
spektrum yang terlihat, itu tidak akan bereaksi terhadap gelombang
elektromagnetik apapun kecuali cahaya. Sama halnya dengan sinar-X dan medan
magnet, semuanya melewatinya."
"Bagaimana? Bukannya tongkat
itu terbuat dari logam?"
Lina memiringkan kepalanya. Dia
berasumsi itu terbuat dari logam berwarna kuningan.
"Saat ini aku hanya bisa bilang,
itu terbuat dari bahan yang tidak diketahui."
"Bahan yang tidak diketahui
.... itu sesuatu yang luar biasa. Setelah sekian lama, akhirnya ini terasa
seperti kita berurusan dengan peradaban super kuno yang hilang!."
Mata Lina berbinar sekali lagi
dengan jawaban Tatsuya.
"Lina, sudah cukup, oke. Lalu
Tatsuya-sama, itu bagus untuk menjawab, tapi tolong istirahatlah."
Miyuki sangat khawatir tentang
sifat tongkat ini, tapi perhatiannya lebih pada kondisi fisik Tatsuya yang
terjaga sepanjang malam mempelajari reruntuhan dan bahkan tidak tidur siang
sejak saat itu.
Keheningan menyelimuti kabin karena tekanan Miyuki. Suasana tetap seperti itu bahkan setelah jet kecil lepas landas dan beralih ke jelajah hipersonik.
2 Comments
Hohoho.... Menarik...
ReplyDeletetatsuya makin tak terbendung, menyerap pengetahuan perpustakaan hanya dalam waktu 4 menit
ReplyDeletengeriii