Kami akan menginjak mayatmu dan melanjutkan.
Mayat tidak akan marah pada kita karena hal itu, kan?
Kaarlo Häkli mendapati dirinya tidak mampu menutup mulutnya
saat dia menyaksikan tentara bayaran bertarung dalam keheningan.
“Hei, apa Marx memang sekuat itu?”
“Bukankah lawannya pahlawan?”
“Ya, dia memang pahlawan, tapi itu Craven, kan? Dia baru saja
menjadi pahlawan belum lama ini?”
“Jadi dia yang paling lemah di antara mereka?”
“Meski begitu, menurutku tidak normal jika seorang pahlawan
kalah.”
Bahkan para Ksatria Langit Azure tidak bisa menghentikan gumaman
mereka yang terkesan.
“Tunggu, ingat Marx juga salah satu calon komandan berikutnya,
selain menjadi calon pahlawan.”
“Menurutmu pria pirang itu juga kuat? Gerakannya mengalir
seperti air.”
Entah itu karena seberapa cepat mereka bergerak, seberapa cepat
mereka membuat penilaian di tengah pertempuran, atau seberapa baik mereka
bekerja sama, Kaarlo belum pernah melihat serangan seindah serta terkoordinasi
seperti serangan Jyrki dan Marx barusan.
“Marx Redford dan Jyrki Kuusela....” Kaarlo sudah selesai
bertukar perkenalan dengan anggota Moon Blossom. “Dan anak-anak itu....”
Ia melirik ke arah Salume dan Reko yang sedang berlatih bela
diri di sudut lapangan. Sepertinya mereka sedang menggunakan katas mereka, tapi
mereka sama seriusnya seperti pertarungan sungguhan. Mereka dipenuhi luka
meskipun itu hanya latihan. Bagi Kaarlo, tampaknya mereka bahkan lebih kuat
dari rata-rata orang dewasa, meskipun faktanya mereka hanya anak-anak.
“Lebih penting lagi....” Dia menelan ludahnya. Gadis muda
berambut perak itu, yang menyebut dirinya pemimpin Moon Blossom, sungguh luar
biasa dalam hal teknik bertarung. Iina bergerak cepat dan ringan, bekerja sama
dengan Asura. Lumia terus menangkis mereka hanya dengan pedang. “Bukannya
mereka semua .... lebih kuat dari Ksatria Langit Azure?”
***
Ini sulit! Lumia sudah mendekati batas kemampuannya. Paru-parunya
menjerit. Yang dia inginkan saat ini hanya kesempatan untuk mengatur napas.
Bahkan menghirup udara sedetik pun tidak masalah. Serangan Iina lebih
sederhana, karena itu mudah untuk diblokir. Jarak antara mereka berdua juga
agak terlalu jauh untuk belatinya.
Namun, Asura mencampurkan perubahan kecil dalam serangannya,
memaksa Lumia untuk tetap waspada. Jika ini pertarungan sesungguh dengan
senjata sungguhan, maka Lumia dipastikan dipenuhi luka. Jika dia harus menebak,
maka serangan Iina sengaja dibuat mendasar sehingga tindakan Lumia dapat
diprediksi dalam upayanya untuk memblokir. Sementara itu, Asura akan menemukan
celah dan memberikan pukulan telak. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Jyrki
berlari ke arah mereka.
“Tsk.” Asura mendecakkan lidahnya dan begitu dia mendengarnya,
Lumia menjadi santai.
Ini berarti rencana Asura telah gagal. Dia belum mampu
mengalahkan Lumia sementara Iris mengalihkan perhatian Jyrki dan Marx. Dia
akhirnya bisa mengambil kesempatan untuk mengatur napas. Pikiran itu hanya
bertahan sedetik —bahkan hanya sedetik saja— ketika dia merasakan sakit yang
menusuk di sisi kanannya.
"Apa....?"
Apa yang terjadi? Lumia tidak bisa langsung memahaminya. Dia
menghindari serangan Asura. Adapun serangan Iina yang bisa diprediksi, dia
menggunakan pedang kayunya dan .... tunggu, dia tidak memblokirnya?!
Iina telah mengubah gerakannya pada detik terakhir. Alih-alih
memutar-mutar ke arah Lumia dengan pisaunya, dia malah menusukkannya,
mengarahkannya langsung ke sisi Lumia. Jika ini pertarungan sungguhan, maka
belati itu menusuk tepat ke tubuh Lumia. Mereka memanfaatkan momen singkat
ketika Lumia lengah.
Segera setelah dia menyadarinya, tujuan sebenarnya Asura menjadi
jelas. Dia telah merencanakan segalanya hingga saat ini. Bahkan bunyi decakan
lidahnya hanya sebuah akting. Sejak awal, tujuan mereka untuk menekan Lumia
hingga dia mencapai batasnya lalu kemudian menyerang dalam hitungan detik
ketika pertahanannya melemah.
Itu sebabnya Iina mempertahankan ritme serangan yang sederhana
dan dapat diprediksi. Itu semua agar pada akhirnya, dia bisa mengubah jalur
belatinya. Itu semua agar sampai akhir, Lumia hanya memusatkan perhatiannya
pada Asura. Iina dimaksudkan untuk memberikan pukulan terakhir dalam naskah
Asura.
Ahh, tapi, Asura, luka
tusukan di samping tidak cukup untuk membunuhku.
Lumia menendang Iina menjauh untuk menjaga jarak. Hanya ada
sedikit kekuatan di balik tendangannya, karena itu gerakan yang semata-mata
dimaksudkan untuk menciptakan jangkauan sempurna untuk pedangnya. Segera
setelah Lumia mendapatkan kembali keseimbangannya, dia mengayunkannya ke arah
Iina dari suatu sudut. Di saat yang sama, Asura menebas ke samping dengan
pedangnya dan menghantamkan pedangnya ke sisi kiri Lumia.
“Gah....!”
Asura telah mengerahkan seluruh beban dan niat membunuh di balik
serangan itu. Tubuh Lumia yang terlihat bengkok, terlempar ke udara sesaat
sebelum dia jatuh ke tanah. Bahkan bernapas pun terlalu menyakitkan baginya, dia
meringkuk untuk melindungi tempat pukulan. Iina tergeletak di sebelahnya,
menderita akibat serangan Lumia.
“Wakil Kapten .... kamu terlihat imut sekali saat
kesakitan....” Iina memberinya senyuman kecil, seluruh wajahnya melembut.
“Kamu juga....” Meskipun Lumia ingin tertawa, rasa sakit yang
dia alami mencegahnya untuk melakukannya.
***
“Kau tetap gesit seperti biasanya! Bukankah laki-laki biasanya
terlalu berotot untuk kecepatan seperti ini?”
“Sepertinya kamu orang yang suka bicara! Wanita macam apa yang
suka mengayunkan claymore, eh?!”
“Pedang kayu ini tidak sebesar itu!”
"Aku tahu! Aku sedang bicara tentang bagaimana kamu
biasanya bertindak, dasar bocah!”
Jyrki melesat ke depan mata Asura dan mengayunkan belatinya.
Asura telah mengerahkan seluruh kekuatannya ke Lumia yang berarti dia sedikit
lengah. Jyrki hanya memanfaatkan celah tersebut. Kecepatannya menyaingi Iina,
Asura melemparkan pedang kayunya ke samping dan mengeluarkan belatinya sendiri,
satu di masing-masing tangannya. Karena Jyrki sudah menutup jarak, pedang kayu
tidak akan memberikan kecepatan dan ketangkasan yang dia butuhkan untuk
mempertahankan diri.
“Ada apa, Jyrki? Kamu tidak akan berpura-pura menunjukkan rasa
hormat kepadaku?”
"Ha! Seolah-olah aku bisa fokus pada hal itu dalam
pertempuran!”
Keduanya beradu belati. Meskipun keduanya ingin menggunakan
kaki mereka dan menendang lawan mereka, masing-masing memiliki pemahaman yang
kuat tentang gaya bertarung satu sama lain, jadi ada kemungkinan besar mereka
mendapat serangan balik, sehingga menciptakan celah.
“Lancang sekali! Aku akan segera mengirimmu berguling-guling
di tanah seperti biasa!”
“Bos, kenapa kamu tidak mencoba tidur siang sesekali?!”
Dari segi kekuatan dan teknik, mereka seimbang. Biasanya,
Asura muncul sebagai pemenang, tapi dia telah menggunakan begitu banyak stamina
melawan Lumia sehingga sulit baginya untuk unggul.
“Apa kamu berencana untuk melompatiku setelah kamu membuatku
pingsan?!”
"Seolah-olah aku peduli! Aku lebih suka wanita dewasa
dengan lebih banyak daging di tulangnya!”
Jyrki lebih cepat, dia memiliki lebih banyak energi bahkan
setelah berhadapan dengan Iris. Asura berhasil mengimbanginya melalui kombinasi
teknik dan pengalaman. Dia ingin mempertahankan staminanya untuk pertarungan
ini, tapi jika dia melakukannya, maka dia tidak pernah bisa mengalahkan Lumia.
Perlahan tapi pasti, Asura merasa dirinya kehilangan arah.
“Guh .... tak disangka aku kalah melawanmu!”
"Ha ha! Bos, izinkan aku memberi tahumu sesuatu:
satu-satunya kelemahanmu adalah Marx dan aku. Kami dapat mengalahkanmu dalam
hal kekuatan fisik dan stamina!”
Dia tidak berbohong. Asura sedang mengalami masa yang cukup
sulit saat ini. Jika fokusnya goyah sedetik saja, dia pasti kalah. Dia memutar
otak mencari cara untuk mengalahkan Jyrki. Namun, dia tidak bisa menggunakan
sihir, energinya pun tidak cukup. Tidak ada apapun di tempat latihan yang bisa
dia manfaatkan untuk keuntungannya.
Tunggu, ada.
Asura melompat ke kiri. Itu langkah berani yang menciptakan
sebuah peluang, Jyrki bukan orang yang menyia-nyiakan peluang tersebut. Di saat
yang sama Asura bergerak, Jyrki menusukkan belatinya ke lengan kanan Asura.
Jika ini benar-benar pertarungan, maka lengan kanan Asura bisa dinonaktifkan
secara permanen.
Di saat yang sama kaki Asura menyentuh tanah, dia berlari ke
depan. Jyrki mengikutinya. Di depan Asura ada Iina, yang masih berbaring dan
bergumam, “Ahh .... sakit....” Asura tanpa ampun menginjaknya sambil
melanjutkan perjalanannya, menyebabkan Iina berteriak.
“GURK!”
Asura tidak berhenti dan kali ini, dia menginjak Lumia.
“Tunggu .... KYAH!”
Saat masih berada di atas Lumia, Asura berputar. Untuk
menghindari Iina, Jyrki harus memperlambat kecepatan dan mengitarinya. Dengan
kata lain, dia membiarkan dirinya terbuka. Begitu kaki Jyrki menyentuh tanah,
Asura melemparkan belati di tangan kirinya.
“Whoa!”
Meskipun Jyrki berhasil menghindari senjatanya, dia kehilangan
keseimbangan. Sebelum dia bisa pulih, Asura menyerangnya dan menghantamkan bahu
kanannya ke Jyrki, menjatuhkannya ke tanah.
“Wah....” Iina berguling agar tidak tertimpa.
Dalam keadaan normal, mayat tidak bisa bergerak, tapi tidak
masalah. Saat Asura dan Jyrki sama-sama terjatuh ke tanah, Asura meraih
pergelangan tangan Jyrki dan memutarnya, melucuti senjatanya dan mengambil
belatinya untuk dirinya sendiri. Dia hanya menggunakan tangan kirinya untuk
melakukan tugas itu. Segera setelah dia memegang gagangnya dengan benar, dia
mengulurkan tangan dan menyayat leher Jyrki. Di saat yang sama, belati Jyrki lainnya
menusuk ke paha Asura. Karena itu pisau kayu, pisau itu tidak tertanam di tubuh
Asura. Namun, jika itu nyata, itu pasti sudah terkubur jauh di dalam dagingnya.
“Aku menang, meski harus mengorbankan lengan dan pahaku.”
"Itu gila!" Pipi Jyrki bergerak-gerak. “Orang macam
apa yang mau menginjak Iina dan wakil kapten?”
“Mereka hanya mayat, jadi siapa yang peduli? Ternyata kamu
sangat baik, jadi kupikir kamu akan menghindarinya. Biarpun ini pertarungan sungguhan,
aku berasumsi kamu meluangkan waktu untuk menghindari tubuh Iina,” kata Asura
sambil tersenyum cerah.
“Yah, tentu saja .... Iina dan aku tumbuh sebagai saudara.
Bahkan jika itu mayatnya, aku merasa tidak enak jika menginjaknya.”
“Kejam .... Bos .... kamu kejam sekali.... kamu menginjakku
supaya bisa menang....” Iina terisak, pura-pura menangis.
“Itu lebih baik daripada yang dia lakukan padaku. Dia tidak
hanya berguling-guling di punggungku, tapi dia juga menggunakanku sebagai
landasan untuk menyerang Jyrki.” Suara Lumia terdengar seperti dia tidak bisa
memutuskan apa dia ingin marah atau lelah. “Sekarang aku memikirkannya, apa
kamu harus menginjakku? Apa ini ide leluconmu?”
“Oh, ayolah, di mana salahnya? Kalian hanya sepasang mayat,
jadi kalian tidak perlu mengeluh.”
“Ahh, leherku membunuhku,” desah Jyrki. “Juga, bukankah sudah
waktunya melepaskanku?”
"Hmm? Apa kelihatannya aku sedang menunggangimu dan itu
membuatmu terlalu bergairah?”
“Itu karena kamu berat.” Jyrki mengatakannya dengan wajah
datar hingga Asura menghela nafas panjang.
“Aku tidak seberat itu.” Meski begitu, dia perlahan turun dari
tubuh Jyrki. “Ahh, tidak. Sepertinya aku juga sudah mencapai batas
kemampuanku.” Dengan itu, dia jatuh ke tanah.
“Aku menonton dari samping. Bos, rencanamu sangat
mengesankan,” kata Marx sambil berjalan mendekati mereka.
“Itu tipuan murahan .... seperti, apa orang biasanya menginjak
tubuh temannya?” Iris bertanya sambil tersenyum kecil.
“Siapa yang peduli dengan yang dilakukan orang terhadap mayat?
‘Orang mati tidak bercerita,' begitu kata mereka. Mereka tidak bisa mengeluh
kepada kita.”
“Apa kamu tidak menghormati orang mati, Asura?” Iris bertanya
sambil memiringkan kepalanya. “Maksudku, ini hanya latihan jadi bukan berarti
mereka benar-benar mati atau semacamnya.”
"Tidak. Di medan perang, ada mayat yang harus diinjak.
Itulah dunia yang kita tinggali, Iris. Tahukah kamu tentara yang berusaha
menghindari mayat? Merekalah yang selanjutnya tergeletak di tanah, seperti
Jyrki di sini.”
"Oke. Yang baik bagiku hanya menjadi contoh yang buruk.”
Jyrki duduk dan menyilangkan kaki.
“Hei, Moon Blossom!” Kaarlo berlari ke arah mereka. “Kapan
kamu bisa pergi?”
“Humph. Apa kami cukup baik untuk menjadi pengawalmu?” Asura
bertanya, mengangkat dirinya dan duduk di tanah.
"Tentu saja! Kamu jauh lebih kuat dari para Ksatria
Langit Azure! Tolong jadilah pengawalku!” Seru Kaarlo, terdengar sangat
bersemangat.
“Lalu di mana kata ajaibnya?” Asura bertanya sambil
menatapnya.
"Ah, iya! Tolong! Aku minta maaf atas kekasaranku tadi! Aku
salah!"
“Kaarlo, kamu pria yang baik dan terus terang. Apapun yang
terjadi, kami pastikan kamu bisa kembali dari hutan tanpa satupun luka di
tubuhmu. Namun, seperti yang kamu lihat, kami kelelahan. Kami ingin mengambil
cuti satu hari untuk memulihkan diri, jadi bagaimana dengan lusa?”
“Tidak apa-apa! Aku akan membuat beberapa persiapan, tapi
bisakah kamu membawa kantong tidur dan perbekalanmu sendiri?!”
“Kami bisa melakukannya besok.”
“Kalau begitu, datanglah di pagi hari keesokan harinya! Kita
akan pergi ke wilayah yang belum dipetakan, jadi totalnya memakan waktu sekitar
lima hari. Pastikan kamu mengemas persediaan yang cukup! Terima kasih, wahai
pemimpin kecil yang kuat!” Saat Kaarlo berbicara, dia dengan kasar mengusap
rambut Asura, mengacak-acak helaian peraknya.
“Kamu orang baik dan terus terang, tapi bukankah kamu terlalu
bersemangat?” Asura bertanya, ekspresi sedikit lelah di wajahnya.
Sepertinya Kaarlo bukan tipe orang yang bisa tetap tenang.
Tapi itu bukan suatu kejutan. Tidak mungkin seseorang yang mau mempertaruhkan
nyawanya untuk menjelajah bisa menjadi tipe orang yang tetap tenang.
***
Blessed Child, Tina, mampir ke ladang obat Felmafia. Ladang
tersebut ditanami di ruang luas antara pegunungan, delapan puluh persen
obat-obatan yang dijual Felmafia berasal dari sini. Mereka menanam tanaman yang
disebut ganja, dan mengolahnya di sini juga. Mayoritas daunnya dikeringkan dan
dikemas dalam gulungan. Mereka mudah untuk dihisap, sehingga mudah dijual.
Begitu penjaga di depan gerbang melihat wajah Tina, dia
menyingkir dan membiarkannya lewat. Tina melangkah ke properti sambil menghela
nafas. Ada banyak orang yang bekerja di ladang. Beberapa dari mereka berasal
dari organisasi kriminal yang telah diasimilasi oleh Felmafia ke dalam barisan
mereka. Lainnya adalah budak yang mereka beli melalui perdagangan manusia. Tina
langsung menuju kantor administrasi dan masuk.
“Tania, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”
Kantor
administrasi adalah sebuah pondok kayu yang cukup kecil. Pasalnya, kantor
tersebut hanya menyimpan catatan penjualan dan pekerjaan. Asrama pekerja, serta
pabrik pengolahan, jauh lebih luas.
"Astaga. Aku penasaran siapa yang mampir ke kantor
sederhana ini, tapi kalau bukan Blassed Child itu sendiri.”
Tania sedang bersantai di sofa panjang, tapi dia duduk ketika
Tina masuk. Dia berusia akhir tiga puluhan, dia menata rambut hijau gelapnya
dengan model bob pendek. Seluruh tubuhnya kencang, terlihat jelas bahkan dari
pandangan sekilas dia terlatih dengan baik.
“Namaku Tina.”
“Semua orang menyebutmu Blassed Child, jadi mengapa kamu tidak
menerimannya? Kami semua iri padamu karena cinta yang dicurahkan Nyonya Jeanne
padamu.”
“Itu karena kami bersaudara,” kata Tina dengan tenang. “Lebih
penting, apa kamu bermalas-malasan?”
"Oh, tidak. Tugasku hanya mengawasi, itu berarti aku
menyakiti orang-orang yang malas. Jika tidak ada, maka aku tidak punya
pekerjaan apapun. Jadi aku hanya istirahat.” Tania menyeringai setelah
mengatakan itu.
"Aku mengerti. Tidak apa-apa. Kami menerima laporan
tingkat produksi menurun, jadi aku datang untuk menanyakan hal itu kepadamu.”
Sebenarnya Tina sudah tahu alasannya. Itu karena mereka
kekurangan staf. Jika kamu berhenti bekerja sedetik pun, Tania akan menempatkanmu
dalam siksaan yang sangat berat, sehingga membuat sebagian besar tenaga kerja
tidak dapat digunakan.
"Apa? Apa Nyonya Jeanne marah?”
“Dia tidak marah.” Tina menurunkan pandangannya sambil
berpikir, Lagipula, meski dia marah, satu-satunya
orang yang dipukul pantatnya adalah aku. Karena Tina tidak ingin hal itu
terjadi maka dia berusaha semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan masalah
apapun yang muncul dalam operasi Felmafia.
“Kalau begitu, kamu bisa mengirimiku beberapa budak baru? Kami
tidak punya cukup orang.”
"Aku mengerti. Tapi aku boleh memintamu untuk tidak menyiksanya?
Budak sumber daya penting.”
“Jika mereka pekerja keras, maka aku tidak akan menyiksanya.
Tapi, kalau mereka malas .... yah, aku harus memberi contoh pada mereka, kan?”
“Kau bahkan tidak perlu repot-repot menyembunyikannya lagi. Bisakah
kamu tidak menyiksa orang karena pelanggaran kecil?”
"Huh? Kamu tidak menyukai caraku menjalankan tempat ini?”
Ekspresi Tania berubah. “Kupikir aku dipromosikan ke posisi ini karena keahlianku.”
“Ya. Karena reputasi dan kemampuan luar biasamu, kami
menyerahkan tanggung jawab kepadamu.” Tania menghela nafas. “Namun, akhir-akhir
ini kamu bersikap berlebihan. Kamu menyiksa para budak lebih dari yang diperlukan,
kamu juga melakukan perilaku tidak senonoh baik dengan pria maupun wanita
ketika kamu punya waktu luang. Selain itu, kamu telah menggunakan produk kami
tanpa izin, kan?”
"Ha! Seolah-olah peliharaan kecil sepertimu dapat
memahami apapun tentang pekerjaan nyata!"
“Peliharaan .... kecil?”
“Bukannya begitu? Dengan tubuh imut dan wajah cantikmu, aku
yakin tugasmu hanya menghangatkan tempat tidur Nyonya Jeanne! Pakaianmu yang jelek
itu memperlihatkan perutmu, rokmu sangat pendek sehingga aku bisa melihat pakaian
dalammu .... segala sesuatu tentangmu tipe Nyonya Jeanne, kan? Kita semua tahu!
Ha! Andai saja kami semua bisa berjalan mondar-mandir sepertimu, mengira kamu
jauh lebih baik dari kami hanya karena kamu tidur dengan Nyonya Jeanne!”
Perkataan Tania yang mengerikan membuat darah Tina mendidih.
Dia mencengkeram leher Tania dengan tangan kirinya dan mengangkatnya
tinggi-tinggi di udara.
“Panggil Petir.” Mantra ini adalah sihir manifestasi yang
memanfaatkan Elemen Tetap miliknya, Petir. Tina mengumpulkan listrik di telapak
tangannya.
“GAAAAAHHHHH!!!!!!!!!!”
Dia menciptakannya dengan tangan yang sama yang melingkari
leher Tania, sengatan listrik bertegangan tinggi mengalir ke seluruh tubuhnya.
Tentu saja, Tina berusaha keras untuk menyesuaikan kekuatan sehingga dia tidak
membunuh wanita itu secara tidak sengaja.
“Tania Cafaro, dengan rendah hati aku memintamu menarik kembali kata-kata itu. Aku tidak suka bertarung, aku juga tidak suka menyiksa musuhku dengan sia-sia. Jadi ini bukan sesuatu yang biasa aku lakukan. Namun, itu bukan berarti kamu boleh menyebutku peliharaan.” Dengan itu, Tina melepaskan leher Tania.
Tania jatuh ke lantai dan terbatuk. Dia menangis karena
kesakitan.
“Aku dengan rendah hati memintamu menarik kembali kata-kata
itu,” kata Tina lagi.
Tina dan Jeanne adalah saudara. Meskipun mereka tidak memiliki
hubungan darah, mereka saling mencintai seperti keluarga sejati. Dia bukan
peliharaan Jeanne. Walaupun, Jeanne tidak segan-segan memukul Tina, ketika dia
melakukannya, dia tidak pernah menahan diri. Kadang-kadang, dia menampar Tina
di depan orang lain hanya karena provokasi sekecil.
Tina tahu Jeanne menggunakan kekerasan ini untuk menjaga
kewarasannya. Dia juga tahu Jeanne senang menyakitinya. Namun lebih dari itu,
dia tahu Jeanne melakukannya atas dasar cinta. Tina juga mencintai Jeanne dan dia
bukan peliharaannya.
“Aku .... mengambilnya kembali .... kamu bukan ....
peliharaannya .... tolong .... Nyonya Tina .... mohon maafkan....”
Mereka mengandalkan satu sama lain. Begitulah cara mereka
hidup selama sepuluh tahun terakhir. Namun perlahan tapi pasti, Jeanne mulai
terpuruk. Beban di pundak Tina semakin berat. Yang ingin dia lakukan hanya
melindungi dan menyelamatkan Jeanne....
Jeanne memukul Tina. Lagi, lagi, lagi, dan lagi .... Tina
berada di ujung talinya. Segera, dia akan mencapai batasnya sendiri. Begitu dia
melakukannya, dia dan Jeanne hanya berakhir sama-sama hancur.
“Lumia....” Dia menatap ke langit-langit.
Jika itu adik Jeanne yang asli, mungkin Jeanne bisa
diselamatkan dari dirinya sendiri? Jeanne ingin mencari Lumia, tapi di saat
yang sama, dia takut melihatnya. Jadi yang dia lakukan hanya mengawasi Lumia
dan dia belum menemuinya.
Aku harus meyakinkan dia
untuk menemukan Lumia. Tina tidak lagi mampu mendukung
Jeanne sendirian. Dia mencintainya, ingin dicintai olehnya, tapi dia tidak lagi
percaya diri untuk melewati badai ini.
“Tolong bantu aku, Lumia Canarre .... tidak, pertama....”
Dia terdiam, menggumamkan kata-kata itu dengan lembut pada
dirinya sendiri sehingga Tania tidak bisa mendengarnya. Namun, Lumia memulai
hidupnya sendiri sebagai wakil kapten kelompok tentara bayaran, Moon Blossom.
Itulah Lumia sekarang.
“Sepertinya .... aku harus menggunakan taktik yang kuat untuk
merekrutnya....”
Moon Blossom juga membutuhkan Lumia. Dalam skenario terburuk, perang bisa terjadi antara kedua fraksi. Namun, Tina juga membutuhkannya dan Jeanne yang paling membutuhkannya.
0 Comments